Tue 6-May-2025

Tinggal di Autralia Warga Palestina Buat Museum Palestina di Rumahnya

Kamis 17-Januari-2019

Dalam bukunya”Laughter and Forgetting” penulis Ceko Milan Kundera mengatakanbahwa konflik manusia dengan kekuasaan tidak laian adalah konflik memorimelawan lupa.

&nbspDalam kondisiPalestina di tengah-tengah penjajahan warisan peninggalan adalah penerapanyang paling tepat untuk ungkapan ini. Karena warisan peninggalan mewakilisebagian besar dari memori Palestina yang mana penjajah Israel berusaha untukmendominasi atas warisan peninggalan tersebut.

Di sini lahperan orang-orang Palestina untuk melestarikan warisan peninggalan merekadengan cara mereka sendiri.

&nbspDiibukota Australia Sydney Zaher Mirheja memilih untuk mempublikasikan warisan peninggalannegaranya (Palestina) melalui pameran miniatur warisan peninggalan ini dirumahnya sebuah ruangan di mana segala sesuatu yang berkaitan dengan warisan peninggalanPalestina dipamerkan mulai dari bordir barang antik medali-medali pahatan Arabdan yang lainnya yang membentuk sebuah museum kecil di negara yang berjarakbermil-mil dari Palestina.

Zahermengatakan “Kisah minat saya pada warisan peninggalan ini dimulai sejaksaya masih di sekolah menengah di kamp pengungsi Nahr Bared di Libanon utara. Dimana saya meluncurkan Kelompok Warisan Peninggalan Palestina. Ide kelompok ini adalahuntuk mengumpulkan semua warisan peninggalan dari desa-desa asal pengungsiPalestina di Libanon. Tetapi waktu itu kami menghadapi beberapa kesulitanterutama karena terjadi perpecahan politik sampai akhirnya ide itu mati.”

Meskipun adahambatan yang menghalangi Zaher dan dia harus melakukan perjalanan ke Australiauntuk mengejar pendidikan magister manajemen tetapi idenya untuk menghidupkankembali warisan peninggalan tidak mati di dalam dirinya. Rumah Zaher di Sydneyhari ini menaji miniatur museum warisan peninggalan Palestina. Semua orang yangmengunjunginya memberikan apresiasi dan kekaguman. Dia ingin menghubungkananak-anaknya dan para pengunjungnya dengan tanah air mereka meskipun jaraknyayang jauh dan waktu terus berlalu.

“Sayaadalah seorang pemuda Palestina yang telah mengalami banyak kesulitan di negaraini karena kehadiran Palestina di Australia dipandang rendah dan sayaberafiliasi ke tanah suci tetapi setiap kali saya mengalami pengadiayaan atau diskriminasisecara ras maja saya semakin terikat dan semakin teguh afiliasi saya kepadaPalestina” ungkap Zaher yang kini bekerja sebagai Manajer Operasi disalah satu sekolah Arab terbesar di Australia. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied