Diperlakukan sepertiseorang pria dewasa pengadilan pendudukan Zionis menjatuhi hukuman 35 tahunpenjara dan denda satu juta shekel pada bocah Palestina Ayham Shabah bocahberusia tujuh belas tahun yang kini mendekam di penjara Israel. Dia ditangkap danditahan tiga tahun lalu saat berusia 14 tahun. Dia dituduh melakukan aksipenikaman di kompleks permukiman Yahudi &ldquoRami Levy&rdquo di timur Ramallah padatahun 2015 yang menewaskan seorang serdadu Zionis.
Terluka dan ditawan
Luka yangdalam yang dialami oleh Ayham Shabah dan temannya Umar Rimawi ketika merekaditembak penjajah Zionis dan terluka parah tidak menghentikan penjajah Zionisuntuk menangkap keduanya dalam keadaan terluka parah yang sebelumnyadikabarkan telah meninggal dunia akibat luka parah tersebut.
Ayham terlukadi bahu kanan dan kaki kirinya yang menyebabkan terputusnya pembuluh nadi ditangannya. Setelah itu dia menjalani operasi untuk pencangkokan pembuluh nadi. Selanjutnyasecara bertahap kondisinya mulai membaik dan bisa berjalan dengan kedua kakinya.
Hukuman palingkeras
Bassem Shabahayah dari Ayham kepada Pusat Informasi Palestina menegaskan bahwa hukumanberat dan keras terhadap Ayham ini merupakan pertama kalinya diberlakukan pada anakkecil di bawah umur. Itu menunjukkan mentalitas nilai dan rasisme penjajah Zionis.Mereka ingin memaksakan arogansi kekuasaan dan hukumnya terhadap rakyatPalestina.
Dia menambahkan”Ayham adalah bocah pertama yang mendapatkan hukuman berat dan keras dalamsejarah pendudukan Israel. Angka hukuman ini sangat keras bagi kami. Namun kamiberharap kepada Allah ada jalan kemudahan untuk Ayham dan semua keluarganyadalam waktu dekat. Kami yakin penjajah ini akan hilang dengan cara apa pun.&rdquo
Semangat tinggi
Mengenai kejiwaanAyham yang dalam kondisi terluka ayahnya yang menunjukkan kesedihan yangmendalam akibat hukuman lalim ini menyatakan “Alhamdulillah Ayhammemiliki semangat yang tinggi dan tekad yang kuat. Tidak pernah berkurangselama periode penahanannya sejak tahun 2015. Dia adalah orang yang memberikami aliran strum iriman positif dan tekad yang tinggi ketika kami dapatmengunjunginya.”
Bassem  Shabah menambahkan “Pengacara Ayhammemberitahuku bahwa dia memasuki ruang sidang sambil tersenyum dan keluar dariruang sidang sama seperti saat dia masuk dia tersenyum juga tidak pedulidengan hukuman keji jumlah tahun dan besarnya uang denda yang dijatuhkankepadanya.”
Tekanan mediadan HAM
Bassem Shabahmenyatakan lega dengan respon dan kalangan HAM domestik terhadap kasus Ayhamini sebagai seorang anak di bawah umur yang dijatuhi hukuman keji dan tidakadil. Akan tetapi dia menyerukan agar ada gerakan HAM dan kemanusiaan ditingkat Arab dan internasional terhadap kasus Ayham ini. Bukan pada kasus Ayhamsaja namun juga pada kasus anak-anak di bawah umu lainnya kasus wanita danpasien yang mendekam di dalam penjara penjajah Zionis.
Dia menambahkan”Sayangnya penjajah Zionis dengan bebas melakukan praktik-praktik yangmelampaui batas hukum kemanusiaan dan internasional. Hal ini terjadi karenatidak ada tekanan internasional dan Arab pada penjajah Zionis untukmenghentikan agresinya. Semua cerita yang datang dari dalam penjara-penjaraZionis menyatakan bahwa penjajah Zionis telah melanggar secara sangatsignifikan pada piagam-piagam dan perjanjian-perjanjian tersebut.&rdquo
Kepribadianyang kuat
Meskipun masihmuda dan polos Ayham Shabah nampak memiki karakter kepribadian yang kuat. Itu terbuktidengan keteguhannya dalam menghadapi penjajah Zionis undang-undang dankeputusan hukumannya yang tidak adil. Saluran TV2 Zionis beberapa waktu yanglalu melakukan wawancara dengan Ayham dari dalam penjara. Dalam wawancaratersebut dia menolak untuk mengatakan bahwa dia menyesali apa yang dia lakukan.Dia menegaskan akan terus bersikeras dengan sikapnya meski setelah dua puluhtahun ditahan.
Dalam wawancaradengan saluran TV2 Israel tersebut dia mengatakan “Kami adalah generasiperlawanan dan kami dididik pada perlawanan. Mereka mengira tidak seorangpun yangmelawan. Ketika mereka berusaha untuk menghabisi para pejuang perlawanan pada intifadhahkedua kami kami adalah anak-anak yang baru dilahirkan dan kami yang memegangkelanjutan estafeta perlawanan setelah mereka.”
Masih dalam wawancaratersebut Ayham menegaskan bahwa dia tidak memusuhi orang-orang Yahudi. Namun diahanya memusuhi orang-orang Yahudi yang menduduki dan menjajah tanah Palestina. Diatetap melakukan aksinya meskipun dia berprestasi dalam studinya dan tidakmemiliki masalah sosial. Dia tahu betul bahwa dia berangkat untuk melakukanaksi yang bisa menyebabkannya gugur dalam aksi tersebut.
Ayham Shabahlahir pada 10 Mei 2001. Saat ditangkap dia duduk di bangku kelas 9. Orang tuanyaberasa dari kota Qafin di utara Tulkarem wilayah utara Tepi Barat. Dia adalahputra tertua dari empat anggota keluarganya: ayah ibu Ayham saudaranyaMohammed. Ayahnya pindah ke Ramallah setelah kuliah di Universitas Birzeit. Diabekerja sebagai guru sains dan matematika di Ramallah. (was/pip)