Penderitaan rakyatPalestina di al-Quds yang diduduki penjajah Zionis terus memburuk sejak pendudukanyang dilakukan penjajah Zionis tahun 1967. Namun tahun 2018 merupakan tahunyang berbeda. Penjajah Zionis memanfaatkan keputusan Amerika untuk melakukan pelanggaranlebih lanjut di kota suci yang mereka duduki.
Keputusan Trumpyang mendeklarasikan al-Quds atau Yerusalem sebagai ibukota untuk negarapenjajah Israel yang dilanjutkan dengan pembukaan Kedutaan Besar AS di kota al-Qudspertengahan tahun ini serta keputusan pembatalan Konsulat Jenderal Amerika di al-Qudsdan menganggapnya sebagai departemen khusus bagi orang Palestina yang melekatpada kedutaan Amerika juga penghentian pendanaan rumah sakit Palestina yang beroperasidi al-Quds semua keputusan tersebut dimanfaatkan oleh Israel untuk melakukanyahudisasi lebih lanjut di kota suci yang mereka duduki tersebut.
Hal ini jelasbahwa deklarasi Trump dan dukungan Amerika yang tidak terbatas pada Israel telahmembebaskan tangan Israel di al-Quds untuk melampiaskan malapetaka di atas malapetakadan kerusakan di atas kerusakan terus melanjutkan proyek yahudisasi secara “gila-gilaan”dan lebih dipaju dan digesa.
Penghancuranrumah
Selama tahun 2018pemerintah otoritas penjajah Zionis Israel telah menghancurkan lebih dari 145bangunan Palestina dengan berbagai dalih yang dibuat-buat yang menyebabkanpenduduk Palestina terlantar dan terusir. Demikian menurut lanporan KantorUrusan Kemanusiaan PBB di Palestina (OCHA).
Organisasinon-pemerintah Israel Ir Amim melaporkan bahwa selama tahun 2018 inipemerintah Israel telah menyetujui rencana untuk membangun 5.820 unit permukimanbaru Yahudi di kota al-Quds dan menerbitkan tender untuk pembangunan 603 unitpermukiman tambahan. Sementara itu kelompok-kelompok pemukim Yahudi telahmengambil alih 6 rumah di Kota Tua di al-Quds.
Penyerbuanal-Aqsha
Selama tahun 2018kelompok-kelompok permukiman Israel meningkatkan serangan dan penyerbuan merekake Masjid Al-Aqsha.
Syaikh UmarKiswani direktur Masjid Al-Aqsa menyatakan bahwa sekitar 28 ribu pemukim Yahuditelah menyerbu masuk ke Masjid Al-Aqsha selama tahun 2018 ini meningkat dibandingkandengan tahun lalu yang berjumlah sebanyak 26 ribu pemukim Yahudi.
“Pihakberwenang Israel juga tercatat melakukan serangan serius lainnya terhadapmasjid al-Aqsha termasuk penutupan dua kali secara total bagi para jamaahshalat kaum muslimin yang mana langkah ini ditolak oleh Departemen Wakaf Islamdi al-Quds dan para jamaah dan dinilai sebagai hukuman kolektif di tempatreligi” ungkap Kiswani dalam keterangan pers.
Eskalasi penangkapan
Sejalan dengan meningkatnyaserangan Israel ke Masjid Al-Aqsha warga Palestina juga telah melihat terjadinyapeningkatan jumlah penangkapan warga Palestina dari kota suci tersebut.
Amjad AbuAssab ketua Komite Keluarga Tawanan di al-Quds (lembaga non-pemerintah)mengatakan bahwa sejak awal tahun 2018 ini otoritas pendudukan Israel telah menangkapsekitar 1.600 warga Palestina dari al-Quds seperempat dari mereka anak-anaktermasuk 30 anak-anak di bawah usia empat belas tahun dan 55 wanita.
Dia menambahkan”Penangkapan tahun ini terjadi dengan tingkat intensitas tinggi sepertibeberapa tahun terakhir disertai dengan aksi serangan pemukulan dan intimidasidi samping terjadi peningkatan secara nyata dalam pendeportasian warga al-Qudsdari kota al-Quds dan masjid al-Aqsha.&rdquo
Abu Assab mengingatkanadanya 4 jenazah syuhada Palestina dari kota al-Quds yang masih ditahan olehotoritas pendudukan Israel. (was/pip)