“Dia menyerudengan suara keras tolong saya saya tidak bisa bergerak. Dia merayap dalamkondisi berdarah tersungkur di tanah. Saya tidak bisa menjangnkaunya. Dia jatuhdi dalam kegelapan sampai saya berhasil meloloskan diri setelah tentara Israel menculiknyadan membawanya ke kendaraan kemudian dibawa dengan pesawat.” Demikian Ahmadmerangkum peristiwa dan menjadi saksi saat-saat terakhir menyaksikan sahabatnyaImad Shaheen.
Pada Sabtu (3/11/2018)malam tentara penjajah Israel menembak Shaheen (17) ketika dia mendekati pagarpemisah di timur kamp pengungsi Maghazi di perbatasan timur wilayah tengahJalur Gaza. Dia terluka parah dan kemudian dibawa dengan helikopter ke rumahsakit Israel di kota Beersheba. Keesokan paginya pihak Israel mengumumkankorban telah meninggal dunia dan menolak untuk menyerahkan tubuhnya kepada keluargaatau kerabatnya.
Di tendaberkabung Ahmed dalam keadaan shock menceritakan menit-menit terakhirketidakmampuannya yang dia disesali untuk membantu temannya di bawah rentetantembakan peluru tentara penjajah Zionis.
Teman permanen
Selama tujuhbulan Ahmad menemani sahabatnya Imad Shaheen dalam pawai kepulangan akbar yangdigelar secara damai di perbatasan timur Jalur Gaza. Untuk kali kali keduaAhmad membawa Imad pada hari dia terluka dan kehilangan jadi-jadi kakinya. Dia selaluberasamanya di pawai hari Jum&rsquoat.
“Hariterakhir kami bersama-sama. Dia selalu diam dan tidak banyak bicara. Kamimendekati perbatasan. Karena diseranga tembakan. Dia terpisah dari saya dantemah saya yang satunya lagi. Tiba-tiba dia jatuh ke tanah dan dalam keadaan berdarah-darah.Saya berlari ke arahnya tetapi tentara Israel menembaki kami. Saya mencobauntuk membawanya namun mereka terus melepaskan tembakan&rdquo terang Ahmad.
Datang kelokasi penembakan empat tentara Israel dan berbicara kepada Shaheen dalambahasa Arab. Mereka bertanya di bagian mana kamu tertembak. Kemudian datang limatentara Israel dengan kendaraan militer. Setengah jam kemudian tiga tentaraIsrael membawanya ke dalam pagar pemisah sebelum akhirnya pesawat helikopterpenjajah Zionis tiba membawa tubuh Shaheen dan menghilang.
Penjajah Zionismenahan tubuh Shaheen. Di hari berikutnya mereka mengumumkan korban telahmeninggal dunia akibat luka-lukanya yang dialaminya. Mereka menolak menyerahkantubuhnya. Hal ini memaksa keluarganya untuk melakukan shalat ghaib dan membukarumah duka untuk berkabung.
Seruankemanusiaan
Kakak kandung Shaheenayah dan paman-pamannya sepakat dalam seruan mereka menuntut agar tubuh Shaheendiserahkan dan dapat dimakamkan di dekat keluarganya. Mereka menuntutperlindungan atas tubuh Syaheen dari pencurian organ-organ manusia yangdilakukan penjajah Zionis.
“PenjajahIsrael tidak hanya membunuh. Namun melakukan penculikan. Adik saya bocah yangtidak berdosa menghilang pada Sabtu malam. Dia selalu mengikuti aksi-aksi damaidi pawai kepulangan di perbatasan. Saya diberitahu bahwa dia terluka danberdarah-darah sebelum kemudian dia diculik. Kami menerima berita dia meninggaldi sebuah rumah sakit Israel. Saya menyerukan kepada lembaga-lembagainternasional dan kemanusiaan untuk turun tangan membebaskan jasadnya agar kamibisa menshalatkan dan memakamkannya” kata Bassel Shaheen kakak terlukaImad Syaheen.
Dia menegaskanbahwa adiknya pergi keluar mengikuti pawai kepulangan untuk menuntut hak rakyatPalestina untuk kembali ke tanah nenek moyangnya di “Lembah Hanin”yang terletak di tenggara kota Jaffa yang diduduki penjajah Zionis sejak tahun1948.
Dia menjelaskanbahwa tuntutan rakyat Palestina di Jalur Gaza intinya agar bisa hidupbermartabat seperti bangsa-bangsa lain di dunia agar blokade dicabut.”Inilah yang dituntut adik saya Imad” tegasnya.
Ayah Imad selamabeberapa hari terakhir ini hanya bisa menerima para pelayat yang menyampaikan tanpabisa menguburkan putranya. Dia menegaskan bahwa putranya telah meninggal dandiculik dari dalam wilayah Jalur Gaza.
Dia melanjutkan”Mereka membunuhnya dan menculiknya. Mengapa mereka menahan jasadnya. Anaksaya masih bocah tidak melakukan kejahatan apa-apa dan tidak menyakiti siapapun.”
Sedang AliShaheen paman dari Imad Shaheen menyampaikan surat dalam bahasa Ibrani yang isinyamenyerukan kepada pemerintah Israel agar meminta pertanggungjawaban kepada paraprajuritnya yang membunuh seorang anak muda yang tidak menimbulkan ancaman bagisiapa pun.
Dia melanjutkan”Putra kami Imad tidak melakukan apa-apa. Dia tidak menyakiti siapa pun. Namunpara prajurit Israel membunuhnya. Apa yang dia lakukan? Saya meminta dunia dan lembaga-lembagauntuk mempertanyakan kepada pemerintah penjajah Israel mengapa merekamembunuhnya dan mengapa mereka menolak menyerahkan tubuhnya?&rdquo
Imad Shaheenterluka tiga kali selama mengikuti aksi-aksi damai dalam pawai kepulangan yangdiluncurkan sejak 30 Maret lalu di sepanjang perbatasan timur Jalur Gaza. Dia telahmenjalani amputasi pada jari-jari kakinya dalam cideera terakhir. Kondisi iniyang memaksanya untuk menggunakan kruk untuk bersandar saat berjalan.
Penahanan mayat
Bassem AbuJari seorang peneliti akademis di lembaga HAM &ldquoAl-Mizan Center for HumanRights&rdquo menegaskan bahwa pasukan pendudukan Israel melanjutkan kebijakanmereka menahan mayat para korban yang gugur pawai kepulangan.
Dia menambahkan”Tindakan ini merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasionalkhususnya Konvensi Jenewa Keempat. Yang menegaskan bahwa menghormati tubuhmanusia yang sudah mati dijamin di bawah hukum kemanusiaan internasional danorang tua berhak untuk menerima tubuhnya dan pemakaman sesuai dengan syariatsebagai hak-hak yang dijamin. Martabat manusia tidak hanya terbatas pada saat hidupsaja namun dia berhak untuk tepat dijaga setelah kematiannya.”
Abu Jarimenyatakan bahwa penahanan mayat dimaksudkan untuk menekan warga terutamakeluarga para korban yang meninggal. Aksi penculikan dan penahanan jasad korbanini terjadi berulang-ulang sejak awal diluncurkan pawai kepulangan akbar di JalurGaza sejak 30 Maret lalu.
Dia menyatakanbahwa lembaga HAM &ldquoAl-Mizan Center for Human Rights&rdquoterus melanjutkanupayanya untuk mengambil kembali jasad Imad Shaheen warga kamp pengungsi Nusairatdi Jalur Gaza.
Dia memintakomunitas internasional untuk turun tangan secara efektif guna menghentikan tindakanpenculikan dan penahanan jasad korban ini yang merupakan pelanggaran beratterhadap aturan hukum humaniter internasional.
Imad Shaheenadalah salah satu dari 11 warga Palestina yang gugur sejak dimulai pawaikepulangan pada 30 Maret 2018 lalu jasadnya diculik dan masih ditahan penjajahZionis. Mereka menolak untuk menyerahkannya kepada keluarga atau kerabatnyauntuk dimakamkan.
Otoritaspenjajah Zionis telah menculik dan menahan sekitar 260 warga Palestina yanggugur yang dikumpulkan di makam khusus yang disebut “Pemakamanal-Arqam”. Lebih dari 24 lainnya masih ditahan di lemari jenazah. Hampir setengahdari mereka dari Jalur Gaza. (was/pip)