Setelah kipermuda Ibrahim Diab (19) terkena tembak sniper Israel maka semua anggotakeluarga dalam satu tim mengalami cidera. Kini keempatnya mencari perawatansetelah mereka meninggalkan permainan dengan terpaksa.
Keempatbersaudara tersebut mengalami luka beragam akibat terkena tembak penembak jituIsrael saat mereka mengikuti pawai kepulangan di perbatasan timur Jalur Gaza. Merekamasih menjalani perawatan setelah kehilangan sumber mata pencaharian dan satu-satunyahobi mereka dalam sepakbola.
Belum lama paradokter melakukan operasi pada kaki Ibrahim. Mereka memperbaiki batang platinumdi kakinya yang patah dan mengeluarkan pecahan peluru dari kaki yang lain.
Sementara itu Mohammed(29) terluka pada Mei lalu akibat tertembak di lututnya yang menyebabkan patahtulang parah. Sedang kembarannya Ahmad terluka tembak pada bulan April lalusetelah pahanya tertembus peluru sniper Israel. Dan Bilal (28) ditembak sniperZionis di bawah lututnya pada bulan Mei lalu. Mereka sekarang sedang menjalanitahapan perawatan beragam. 

Empat cidera
Ibrahim biasaikut berpartisipasi dalam aksi-aksi damai di perbatasan pada awal Intifadhahal-Quds pada Oktober tahun 2016 dan ketika pawai kepulangan dimulai diabersama saudara-saudaranya terus ikut berpartisipasi dalam aksi damai ini.
Di bagian dalamRumah Sakit Syuhada al-Aqsha di Deir Balah Ibrahim adalah orang terakhir darikeluarganya yang terluka di antara empat bersaudara yang bermain sepak bola dancidera tembak oleh sniper penjajah Israel.
Kepada PusatInformasi Palestina Ibrahim mengatakan “Sekarang saya adalah orang keempatyang terluka dalam keluarga saya. Saya telah ikut berpartisipasi di kemah-kemahpawai kepulangan yang dikerahkan di perbatasan timur Jalur Gaza dan sayaselalu ikut dalam aksi ini karena menyakini hak kembali dan pembebasan blokade.&rdquo
Koresponden”Pusat Informasi Palestina” telah mengambil beberapa gambar Diab yangterluka sebelum dan sesudah cedera yang berada di sebelah ban yang terbakar diperbatasan Bureij dengan abangnya Mohammed yang muncul pada saat perawatanlapangan setelah cedera.
Dia menceritakan”Pada hari Jum&rsquoat kami pindah ke tiga titik kontak. Ketika kami di depan alat-alatberat pendudukan penjajah Israel yang mendirikan tembok isolasi perbatasansaya melihat penembak jitu di arah kami. Saudara saya berusaha memperingatkansaja. Namun para sniper tersebut menembak peluru dan menembus kaki saya. Saya pergidan pecahan peluru mengenai kaki saya yang lain.&rdquo
Saat itu saudaranyaMohammed (29) sedang berada di sisi Ibrahim mengasinya jika terkena hantamanpeluru berikutnya. Dia ikut menghentikan pendarahan Ibrahim sampai petugasmedis datang dan membawanya ke tim medis.
Sementara Bilalyang sedang mengenakan kruk menunjukkan bekas luka sangat parah kepada mediayang sebagian besar tidak pernah meliput penderitaan keluarganya yang dari haridemi hari semakin parah. Meski demikian setiap hari Jum&rsquoat dia selalu adadalam pawai kepulangan.

Tim olah raga
Yang palingmengganggu Ibrahim adalah pernyataan dokter secara terus terang yang mengatakankepadanya bahwa dia tidak akan bisa melakukan hobinya lagi sebagai penjagagawang di klub-klub lokal di Gaza.
Dia menambahkan”Hobi saya adalah bermain sepak bola sebagai kiper sejak berusia sembilantahun. Saya bermain dengan beberapa klub di Jalur Gaza. Saya memiliki tawaran kontrakbaru. Ini adalah hobi saya yang menjamin sebagian mata pencaharian saya.”
Sementara Mohammeddia menegaskan bahwa kondisi empat bersaudara tersebut sangat buruk. Dia sebelumnyabiasa bermain sebagai kiper sebelum Ibrahim kini sudah tidak dapat bermain. Diakehilangan pekerjaannya di sebuah pabrik pembuatan batu bata. Hutang untuk sewarumah dia dan saudaranya Ahmad sudah menumpuk.
Dia melanjutkan”Beban kami ganda. Saya sebagai penjaga gawang dan begitu juga Ibrahim. SedangAhmed dan Bilal bermain sebagai pemain bertahan di tim lokal. Sekarang kamitidak bisa melakukan apa-apa tidak bisa bermain olahraga atau juga tidak bisa bekerja.&rdquo
Dia mengatakan”Saya kehilangan impian saya bermain dan menjadi pemain profesional. Saya bermimpibermain di tim Palestina. Saya meminta klub-klub Gaza dan asosiasi sepak bolauntuk membantu kami karena olahraga adalah hidup kami. Kami perlu perawatan untukbisa kembali bermain sepak bola.” (was/pip)