Wed 7-May-2025

Drop Foot Korban-korban Terorisme Israel di Perbatasan Gaza

Rabu 24-Oktober-2018

Serangan penembakjitu Israel yang menarger kaki para peserta pawai damai kepulangan akbarbukanlah dilakukan dengan spontan. Para korban cedera kaki sebagian besar mengalamimasalah kesehatan di saraf dan pembuluh darah.

Dari ribuan korbanyang cedera ada semacam penderitaan khusus yang dialami para korban yaitu &ldquodrop foot&rdquo yangmembuat korban mengalami cacat yang terus menyertai korban sepanjang hidupnya.

Drop Foot adalah penyakit keterbatasan atauketidakmampuan untuk mengangkat bagian depan kaki yang mengacu kepada kelemahanotot-otot yang memungkinkan seseorang untuk melenturkan pergelangan kaki danjari kaki.

Selama pawai kepulanganyang dilakukan secara damai sejak 30 Maret 2018 lalu telah mengakibatkan lebihdari 22.000 orang terluka kebanyakan dari mereka mengalami drop foot.Hal ini menyebabkan berbagai luka dan penderitaan dan semua rumah sakit di Gazatidak dapat membantu mereka.

Meskipuntentara pendudukan Israel fokus manarget para demonstran untuk melukai kaki dandi bawah lutut mereka namun tingkat penderitaan kesehatan menegaskan bahwacedera ini terjadi akibat tembakan yang dibidik dan disengaja untuk mengakibatkankorban mengalami cacat permanen.

Melukai saraf

Di ruang tamurumahnya Jihad al-Masri duduk di sofa dan di sampingnya ada kruk yangdigunakan untuk bersandar sejak dirinya mengenakan sepatu kesehatan dua bulanlalu akibat luka tembak oleh peluru eksplosif di pagar kawat pemisah diperbatasan timur Jalur Gaza.

Pada Jumatpertama pawai kepulangan Jihad al-Masri pemuda berusia 23 tahun ini terlukaoleh peluru eksplosif di lutut kanannya yang menyebabkan putusnya saraf di kakidan pecahnya pembuluh darah. Sampai sekarang dia masih menderita drop foot.

Dia mengatakan”Peluru itu telah menyebabkan putusnya saraf sensoris dan otot. Saya kehilanganperasa di kaki saya. Saya berdiam diri selama 45 hari setelah operasi dan kakisaya diikat. Saya akan terus mengalami drop foot. Saya membutuhkantransplantasi urat setelah setahun.&rdquo

Jihad menjalaniperawatan dan operasi. Bahkan sampai hari ini dia harus mengkonsumsi penguatsaraf dan perawatan kesemutan (seperti kesetrum listrik) yang meningkattiba-tiba setiap malam. Dokter mengatakan kepadanya bahwa dia membutuhkan waktusatu setengah tahun untuk sampai nampak peningkatan yang signifikan.

Korban kedua yangmendeerita drop foot adalah sepupunya Sulaiman al-Masri. Pemuda berusia21 tahun ini terkena peluru eksplosif di pusat saraf di lututnya. Sejak hari pertamacedera ia merasakan kesemutan (seperti kesetrum listrik) dan pembengkakanpermanen di kaki.

Lebih lanjutdia menceritakan “Saya terluka pada Jumat pertama pawai. Saya menjalanioperasi tertunda beberapa bulan. Saya menunggu kondisi harus membaik setelahsatu tahun. Tetapi kaki kanan saya kehilangan perasa. Saya sekarang menggunakankruk. Dokter telah melakukan operasi untuk menghubungkan saraf yang putus yangmempengaruhi pusat perasa.”

Studi Sulaimandi Universitas Al-Aqsa tertunda setelah secara total dia tidak mampu bergerakdan berkativitas. Dia sekarang membutuhkan terapi alami latihan dan operasilainnya setahun kemudian.

Pembantaian Mei

Ahmad Iyadadalah salah satu korban dalam pembantaian yang dilakukan pasukan penjajahIsrael pada 14 Mei 2018 lalu. Dia terkena peluru eksplosif yang memutus saraf skiatik(saraf terpanjang dalam tubuh memanjang darisumsum tulang belakang sampai pantat dan daerah pinggul dan di bagian belakangkaki kaki). Saya menjalani operasi setelah 50 hari kemudian untuk menyambungsaraf ini.&rdquo

Iyad mengatakan”Sekarang saya menjalani perawatan biasa (alami) sampai saya mendapatkankembali sensasi (perasa). Saya kehilangan perasa pada kaki saya. Paha kiri sayatidak bisa bergerak dengan mudah. Saya membutuhkan alat yang dikenakan penderitadrop foot.”

Selain AhmadIyad yang juga terluka pada hari itu adalah kakak kandungnya Ala al-Masri.Pemuda beusia 32 tahun ini terkena peluru yang merusak pusat saraf di kakinya.

Bedah intensif

“Sayamemerlukan keputusan medis pisau bedah dan perawatan berkelanjutan setelahoperasi.” Demikian kata spesialis bedah saraf Mohamed Rantissi yangmenangani para korban drop foot yang mengalami cacat tetap.

Diamelanjutkan “Serangan yang dilakukan tentara Israel sengaja menarget lututdan pusat saraf.” Dia menambahkan bahwa “puluhan operasi telahdilakukan untuk orang-orang dengan cedera kaki seperti ini. Pasien membutuhkanwaktu satu tahun setelah penyambungan sarat sampai mulai pulih sensasi(perasa)nya sebagian.&rdquo

Serangan tentaraIsrael ini biasanya memutus celah saraf yang menyebabkan kaki kehilangan perasadan membutuhkan pembedahan darurat dengan segera serta membungkus kaki yangpatah dengan gibs.

Para serdadudan penembak jitu Israel terus dengan sengaja melukai para pemuda Palestina dipusat-pusat saraf kaki dan lutut. Peluru eksposif yang mereka tembakkan telahmenyebabkan kegagalan dan memburuknya puluhan kasus yang bahayanya melebihi kamampuanmedis di Gaza. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied