Dari waktu kewaktu nada ancaman Israel untuk menggempur dengan telak ke Jalur Gaza terusmeningkat. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keseriusan ancaman Israel ini.Apakah sudah waktunya ancaman itu dilaksanakan sekarang?
Situasi lapangandi Jalur Gaza dan di perbatasannya terutama pada Jumat lalu telah meningkatdan memanas. Ketegangan lebih bear dibandingkan pada hari-hari Jum&rsquoatsebelumnya. Hal ini mengengatkan kepada kedua belah pihak pada situasi Gaza sebelum14 Mei 2018 lalu.
Perdana MenteriZionis Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Perang Israel Avigdor Lieberman Ahad(14/10/2018) lalu mengancam untuk melancarkan agresi baru ke Jalur Gaza sebagailangkah untuk menanggapi berlanjutnya aksi pawai kepulangan dan pembebasanblokade di perbatasan timur Jalur Gaza.
Bersamaandengan kedatangan delegasi internasional ke Jalur Gaza pada Selasa (16/10/2018)pagi Avigdor Lieberman kembali malontarkan ancaman untuk melancarkan agresimiliter ke Jalur Gaza guna menghabisi aksi pawai kepulangan dan pembebasanblokade. Dia mengklaim bahwa serangan militer terhadap Hamas akan membawa ketenganbagi para pemukim Yahudi selama 5 tahun yang akan datang.
Menanggapiancaman ini ahli dan spesialis masalah Israel Saleh Naami melihat adapeningkatan nada ancaman Israel terhadap Jalur Gaza terutama karena ancaman itudiulang-ulang oleh lebih dari seorang pejabat politik pendudukan Israel.
Upaya menangkalperlawanan
Dalam wawancarakhusus dengan Pusat Informasi Palestina Naami mengatakan bahwa ancamanini sebagai upaya Israel untuk mencegah perlawanan agar aksi-aksi pawaikepulangan berhenti dan mengendor. Terutama setelah munculnya banyak isyarat yangmenunjukkan dampak dari pawai ini pada warga Israel di pinggiran Jalur Gaza danadanya pemikiran dari keluarga-keluarga di pinggiran Jalur Gaza untukmeninggalkan daerah pinggiran ke dalam Israel.
Dia menekankanbahwa penjajah Israel akan berpikir dua kali sebelum melaksanakan setiap tindakanmiliter yang luas terhadap Jalur Gaza. Karena saat ini penjajah Israel sedangmempersiapkan untuk mengadakan pemilu dini pada musim dingin mendatang. Olehkarena itu tidak logis bagi Netanyahu untuk tertarik dalam konfrontasi baruyang bisa mengancam masa depan politik. Selain karena Israel tidak tertarikpada konfrontasi sebelum menyelesaikan pembangunan sistem penangkal diperbatasan dengan Jalur Gaza.
Dia menambahkan”Meskipun Zionis bising melontarkan ancaman-ancaman namun prediksi umumdi Tel Aviv menyebutkan bahwa meskipun terjadi peningkatan kegiatan mobilitas pawaikepulangan tapi beban tetap jauh lebih sedikit daripada akibat yang harusditanggung apabila melakukan perang dengan Jalur Gaza.”
Naami menyatakanbahwa peningkatan intensitas ancaman Israel untuk menggempur Hamas padadasarnya bisa jadi bertujuan untuk meningkatkan posisi negosiasi Israel dijalur gencatan senjata menjelang kedatangan Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamelke kawasan.
Dia mengingatkanpentingnya pembuat keputusan di Gaza untuk mempertimbangkan ancaman ini danfokus pada kemungkinan terburuk. Mengingat level politik Israel telahmemberikan semacam janji kepada publik Israel untuk menghentikan gerakan diJalur Gaza dan karena itu mungkin saja Israel terpaksa mengambil tindakanmiliter untuk mewujudkan tujuan ini.
Pakar masalah IsraelAdnan Abu Amer sepakat dengan Na&rsquoami seputar memanasnya situasi lapangan yangdisertai dengan keluarnya pernyataan-pernyataan dari tingkat politik Israelyang berpengaruh seperti Netanyahu dan Lieberman.
Dalam pernyataankhusus kepada Pusat Informasi Palestina Abu Amer menilai bahwa pernyataan-pernyataanyang dikeluarkan kalangan politik Israel tersebut sebagai yang terkuat dari duaorang terkuat di pemerintahan Israel untuk waktu yang lama yang berarti bahwakeadaan tawar menawar internal tidak lagi mengecualikan siapapun tokoh pemerintahIsrael.
Risikokonfrontasi militer
Abu Amermenyatakan bahwa kekuatan pernyataan meningkatkan risiko untuk melakukan konfrontasimiliter di Gaza bersama dengan gerakan militer yang cenderung lebih keras terhadappara demonstran Palestina seperti yang terjadi pada Jumat lalu.
Dia menyangsikanbahwa ancaman ini sebagai pendahuluan untuk melaksanakan operasi militerbesar-besaran di Gaza. Dia menambahkan “Ini tidak berarti bahwa kitasekarang segera menghadapi pelaksanaan operasi militer besar-besaran di Gaza. Padasaat yang sama laju kejadian mungkin tidak konstan pada tingkat yang sama baikaksi maupun reaksi.”
Dia melanjutkan”Mungkin pendudukan Israel mengambil kebijakan untuk lebih keras terhadaporang-orang Palestina apakah untuk mengirim pesan intimidasi yang lebihmenakutkan atau mungkin karena adanya keyakinan yang bertambah di kalangan tingkatpolitik Israel bahwa peristiwa di perbatasan Gaza telah semakin mencekik parapemukim Yahudi yang melancarkan tuduhan kiri dan kanan kepada pemerintahpenjajah Israel.”
Menurut AbuAmer tinggal sikap institusi militer yang direpresentasikan oleh tentara dandinas keamanan yang menguasai lapangan. Dia menjelaskan tidak nampak merekabersemangat untuk melakukan konfrontasi dengan Jalur Gaza atau paling tidak meningkatkanintensitas reaksi terhadap pawai-pawai yang sedang berlangsung karena takutperistiwa ini bergulir menjadi konfrontasi luas yang sampai saat ini masihmenjadi hal yang tidak diinginkan. (was/pip)