Antara Kamissiang dan Jum&rsquoat malam adalah jarak waktu yang pendek. Namun bisa meringkas apayang terjadi di Tepi Barat selama bertahun-tahun pelaksanaan koordinasikeamanan antara aparat keamanan Otoritas Palestina dengan pasukan penjajahZionis Israel tentang kebrutalan para pemukim Yahudi dan kelemahan OtoritasPalestina untuk melindungi warganya.
Aisyah Rabi &ldquoUmmuMuhammad&rdquo kala itu dia dengan suaminya sedang dalam perjalanan pulang darimengunjungi putrinya di Hebron wilayah selatan Tepi Barat menuju rumahnya dibarat Selfit wilayah utara Tepi Barat. Tiba-tiba keduanya disergap parapemukim Yahudi di dekat pos militer Za&rsquotarah di selatan Nablus wilayah utaraTepi Barat.
Dalam hitunganmenit sebuah batu yang dilemparkan oleh para pemukim Yahudi menghantam bagiandepan kaca mobil dan langsung mengenai kepada Aisyah. Dia langsung dilarikan kerumah sakit dan akhirnya gugur begitu tiba di rumah sakit Hawarah.

Kebahagiaanyang belum sempurna
Aisyah ibuberusia 48 tahun ini sedang menyiapkan pesta pernikahan putrinya dua pekanlagi. Namun kebahagiaan ini belum sempurna. Persis seperti yang dialami saudaralaki-lakinya Fauzan Bolad beberapa tahun yang lalu yang gugur di haripernikahannya.
Gugurnya Aisyahini terjadi kurang dari dua hari setelah aksi penikaman yang dilakukan pemudaPalestina Maiz Ahmad Qasim dari kota Jamain di pos militer Hawarah yang mengakibatkanseorang serdadu Zionis mengalami luka parah di dadanya. Hari itu juga pasukanpenjajah Zionis menangkap pelaku penikaman.
Sinkronisitas peristiwaini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di antara warga yang membandingkanprosedur-prosedur yang diberlakukan pendudukan Israel setelah insiden hari Kamisdan prosedur-prosedur yang dilakukan Otoritas Palestina setelah kejahatan hari Jumat.
Pada hari Kamislalu seluruh wilayah propinsi Nablus mengalami saat-saat yang sulit ketikapendudukan Israel memberlakukan pengepungan ketat terhadap kota. Ratusantentara dan kendaraan militer dikerahkan di jalan-jalan di dalam desa-desa dankota-kota di bawah naungan pesawat pengintai dan ribuan warga dihalangi ke rumah-rumahmereka.
Pada saat yangsama ratusan pemukim Yahudi melaksanakan hobi favorit mereka dengan melakukankekacauan dan penyerangan warga dan propertinya memutus jalan antara Nablusdan sekitarnya tanpa atas intervensi dari pasukan pendudukan Israel.

KetidakberdayaanOtoritas Palestina!
Namun pembunuhanterhadap Aisyah lewat begitu saja tanpa ada respon apapun dari OtoritasPalestina dan aparat keamanannya. Karena menganggap bukan termasuk dalamkompetensi dan tugasnya yang ditetapkan dalam perjanjian Oslo untuk melindungiwarganya dari serangan pendudukan Israel dan para pemukim Yahudi dan hanyamembatasi hubungannya untuk mengembalikan pemukim Yahudi yang masuk ke zona yangberada di bawah kontrolnya yang bersifat sementara.
Kontradiksi inimendorong Adnan Mulhim akademisi dari gerakan Fatah usai pembunuhan Aisyah menulisdengan mengejek sikap Otoritas Palestina dan aparat keamanannya dengan mengatakan”Kami ingin pesawat pengintai untuk mencari para pembunuh. Kami ingin adasebuah tim yang mengambil kamera-kamera yang dipasang di sisi jalan-jalan diatas bangunan-bangunan dan di toko-toko untuk memeriksa gambar para penjahattersebut.”
Diamenambahkan “Kami ingin pasukan yang menangkap ibu-ibu saudari-saudaritetangga-tetangga dan sahabat-sahabat para pembunuh. Kami ingin pos-pos yangmenutup gerbang-gerbang permukiman Yahudi dan mencari semua orang yang memilikihubungan dengan tindak pidana pembunuhan pengecut ini. Kami ingin mobil-mobil kolonal tidakmembahayakan siapapun di jalan-jalan protokol. Kami ingin serangan malam untuk menghancurkandan menggedor kamar-kamar semua orang yang tanganya berlumuran darah sang ibu(Aisyah) yang dibunuh.”
Ammar Duweik DirekturUmum Komisi Independen Hak Asasi Manusia menulis hal yang sama. “Sejauhini belum ada kecaman resmi dari otoritas Palestina atas insiden tersebut yangmenghubungkan insiden ini dengan kekerasan dan tindak kriminal pemukim Yahudi yangmengubungkan insiden ini dengan bahaya keberadaan para pemukim Yahudi di Tepi Baratdan peran tentara Israel dalam memberikan perlindungan kepada mereka”ungkapnya.
Bagaimana seandainya?
Pos pemeriksaanmiliter Zatara tempat di mana Aissyah gugur terbunuh berada tidak jauh darikota Haris tempat di mana lima warganya menghabiskan 15 tahun di penjaraIsrael karena dituduh membunuh pemukim Yahudi.
Pada tahun2013 seorang pemukim tewas setelah kendaraannya bertabrakan dengan sebuah trukdi jalan utama dekat kota Haris. Setelah itu pasukan pendudukan Israel menangkaplima pemuda kota tersebut. Yaitu Ali Shamlawi Muhammad Kulib Muhammad SulaimanTamer Souf dan Ammar Souf. Mareka semua usianya antara 15 dan 16 tahun.
Tidak pedulibahwa kenyataannya usia mereka di bawah umur namun penjajah Israel menuntut merekadengan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan tuduhan mereka melemparkanbatu ke mobil pemukim Yahudi dan yang mengakibatkannya tewas. Kemudian hukumandikurangi menjadi 15 tahun penjara.
Dalam konteksini Duweik bertanya-tanya apa yang akan terjadi seandainya pelempar batuadalah orang Arab (Palestina) dan korbannya adalah pemukim Yahudi?
Maka yangterjadi adalah sejumlah sanksi segera diterapkan terang Duweik. Dimulai denganpenutupan pengenaan jam malam digelar operasi penangkapan massal dan dilanjutkandengan prosedur-prosedur keamanan sampai penangkapan tersangka.
Setelahterdakwa terungkap lanjutnya rumahnya ditutup sebagai persiapan untuk dihancurkan.Setelah itu terdakwa dijatuhi hukuman penjara seumur hidup rumahnya dirobohkandan dihancurkan diberlakukan sanksi pada keluarganya termasuk larangan bepergianatau mendapatkan izin ke Israel. (was/pip)