Wed 7-May-2025

25 Tahun Oslo Proyek Ilusi dan Pelemahan Isu Palestina

Senin 10-September-2018

Baru-baru ini SekretarisKomite Eksekutif PLO Saeb Erekat mengungkapkan kesalahan utama dalamperjanjian Oslo yang ditandatangani oleh PLO dengan “Israel” padatahun 1993. Hal itu disampaikan Erekat menandai ulang tahun ke 25 daripenandatanganan perjanjian tersebut. Dia mengatakan “Kesalahan utama dalamperjanjian ini adalah tidak adanya pengakuan timbal balik.”

Dia menambahkanbahwa “Israel terus menduduki sebagian besar wilayah Palestina terus memperluaspermukiman Yahudi terus memaksakan dikte-diktenya dan blokade.” Hal ini yangmenimbulkan pertanyaan luas apakah yang salah hanya dalam penandatangananperjanjian “Oslo” setelah Erekat membela dengan mengatakan bahwakesalahannya bukan pada penandatanganan perjanjian tapi pada item ini.

Erekatmengatakan “Kami pada saat itu meminta pengakuan Israel pada negaraPalestina. Namun pihak Israel tetap gigih dan menolak. Ini adalah kesalahan utama.”Dia mendesak untuk menangguhkan pengakuan Palestina pada “Israel”sampai Israel mengakui negara Palestina sebagaimana dinyatakan dalam keputusan-keputusanDewan Pusat PLO.

Fase palingberbahaya

“Oslotelah membawa kita ke stadium lanjut dalam bahaya seperti membawa kita untukmelihat isu perjuangan Palestina hilang dan dihapus di depan mata kita”kata analis politik Zulfiqar Suergo menjelaskan bahwa perjanjian tersebut hanyamemenuhi tujuan utama pendudukan penjajah Zionis.

Kepada PusatInformasi Palestina Suergo menyatakan bahwa perjanjian “Oslo” mengandungbahaya dengan segala yang ada di dalamnya tetapi bahaya yang sesungguhnya adalahbahwa perjanjian itu tanpa ada persyaratan penting yaitu menghentikan permukimanYahudi di satu sisi dan pengakuan terhadap negara Palestina di sisi lain.

Dia mengatakan”Perjanjian tersebut sayangnya memenuhi tujuan utama penjajah Zionisdan tujuannya yang paling menonjol adalah melikuidasi isu Palestina dan membawanyake titik kritis seperti yang kita alami sekarang.” Dia menjelaskan bahwa setelah25 tahun penandatanganan perjanjian Oslo “Israel” masih menduduki sebagianbesar Tepi Barat dan menggagalkan proyek solusi dua negara.

Kondisi lainkata Suerjo adalah tidak adanya syarat pengakuan timbal balik antara Israeldan Palestina. Dia menjelaskan “Ini telah merampas hak kita untuk diakuisebagai negara dan menetralisir masalah-masalah utama seperti al-Quds atau Yerusalemhak kembali pengungsi dan lain-lain.”

Dia menegaskan bahwaperjanjian tersebut tampaknya telah ditujukan untuk membawa kita kepada kondisiseperti sekarang ini kepada apa yang disebut deal of century danpenghapusan Palestina dan mengubahnya menjadi isu kemanusiaan. Dalam arti menjadisebuah pemerintahan otonom yang diperluas. Dan ini yang dulu ditolak olehPalestina. Tapi tampaknya kita terperangkap dalam jeratan yang tidak mudahuntuk keluar darinya.”

Suergo pernahmelakukan semacam referendum yang memberikan pilihan antara perlawanan dan negosiasisebagai solusi untuk mencapai hak-hak Palestina setelah 25 tahunpenandatanganan perjanjian Oslo. Lebih 70% memilih perlawanan sementara yangmemilih negosiasi kurang dari 30% .

Ketelanjanganpolitik

Analis politikIyad Qara menegaskan bahwa yang terburuk dari kepergian Otoritas Palestina ke Osloadalah karena pergi ke sana dengan telanjang tanpa sikap politik atau nasionalmasih tetap menjadi sandera kemauan politik dan tujuan yang akan dicapai oleh “Israel”yang paling utama adalah melukuidasi dan memberangus isu Palestina.

Kepada PusatInformasi Palestina Qara menyatakan bahwa kepergian ke Oslo merupakanupaya dari PLO untuk mencari jalan keluar dari masalah yang berkaitan denganurusan internal serta yang berkaitan dengan hubungan regional. Saya menemukanbahwa beberapa orang Arab saat itu memperdagangkan isu Palestina dan PLO adalahbagian dari perdagangan ini. Mereka pergi menuju gerbang penjajah Zionis secaralangsung karena mereka percaya itu adalah jalan keluar dan akhirnya mereka jatuhke dalam dilema nyata.”

Dia menekankan bahwarakyat Palestina telah dan masih terus membayar sangat jauh lebih besar dariharga krisis yang dialaminya sebelum penandatanganan kesepakatan Oslo. Dia menjelaskanbahwa bahaya yang paling serius kita petik dan kita dapatkan di Oslo adalahbahwa orang-orang Arab telah menganggap masuknya Palestina dalam perundingan denganIsrael adalah applauseuntuk karena tidak ada intervnsi atau setidaknyaidentik dengan sikap Zionis.

Qaramengingatkan bahwa masalah yang paling serius dan berbahaya adalah bahwamasalah Palestina telah lemah dan meleleh. “Meskipun dunia yakin bahwa adaotoritas yang kuat untuk memerintah Palestina dan mewakili mereka menikmatihubungan yang positif dengan pihak Israel dan dapat memecahkan masalah di siniatau di sana” tegasnya.

Akhir proyekilusi

Akademisi dananalis politik Ibrahim Habib menyebut apa yang terjadi ini sebagai “akhirproyek ilusi” yang sudah berlangsung selama 25 tahun. Dia menjelaskanbahwa tujuan perjanjian ini adalah untuk menghentikan perlawanan dan intifadhahserta membelenggu rakyat Palestina. Dan itulah yang terjadi sekarang.

Kepada PusatInformasi Palestina Ibrahim Habib mengatakan “Sayangnya kita sampaikepada akhir proyek ilusi yang mereka pasarkan kepada kita sebagai proyeknasional. Dan akhirnya nmpak jelas bahwa semua ini adalah upaya palsu yangtujuannya adalah untuk menghentikan perlawanan dan intifadhah pertama demimemuluskan fakta-fakta di lapangan yang mengarah pada pengokohan dan peneguhanIsrael serta memotong setiap link yang menghubungkan perlawanan dengannasionalisme.”

AkademisiPalestina ini sepakat dengan dua analis sebelumnya bahwa tujuan mendasar dibalik perjanjian Oslo adalah untuk menghapus dan memberangus isu Palestina danmengubahnya dari isu nasional menjadi masalah populasi saja.

Habibmenjelaskan bahwa apa yang kita saksikan hari ini adalah pertanda-pertanda yangmulai terungkap dan nampak jelas kepada semua orang tentang proyek yang dibuat 25tahun yang lalu.Tampak jelas bahwa pimpinan PLO dan Otoritas Palestina telahmenipu masyarakat dan sekarang mencoba untuk menciptakan jalan baru untukmenyelesaikan proses pemberangusan dan penghapusan isu Palestina ini. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied