Sebuah memoyang diterbitkan oleh surat kabar Zionis Yediot Aharonot Sabtu(2/9/2018) mengungkap bahwa Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu”takut selama perang di Gaza pada tahun 2014.”
Surat kabar Zionisini mengatakan vagwa pada 4 September ini pihaknya akan menerbitkan memoarmantan Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry. Di dalam memoar tersebut Kerrymengatakan &ldquoNetanyahu takut perang 2014 di Gaza. Saya bertemu Netanyahusetelah larangan penerbangan ke Israel karena ada ancaman roket dari Gaza.&rdquo
Seperti dikutipYediot Aharonot Kerry mengatakan “Untuk pertama kalinya saya melihatNetanyahu gugup dan takut atas apa yang sedang terjadi. Saya kasihan karena sayabelum pernah melihatnya begitu lemah seperti itu sebelumnya.” Dia menggambarkanada keanehan saat melihat &ldquopemimpin Israel itu di bawah kepungan roket Hamas.&rdquo
Yediot Aharonot menyatakan bahwa mantan menteri luar negeri Amerika itu menuduhNetanyahu menawarkan rancangan rahasia untuk perjanjian gencatan senjata denganHamas pada saat itu tetapi Kerry terkejut dengan pemaparan Netanyahu kepadamedia yang menyatakan bahwa gencatan senjata tersebut atas permintaan dariHamas dan dia menunjukkan penolakan Israel terhadap gencatan tersebut.
Faktapencapaian
Penulis dananalis politik Ayman Rafati menegaskan bahwa empat tahun setelah berakhirnyaperang tahun 2014 mulai nampak apa yang disebutnya sebagai “faktapencapaian” perlawanan Palestina selama pertempuran tahun 2014.
Dalam pernyataankhusus kepada koresponden Pusat Informasi Palestina Rafati mengatakan “Tampaknyajelas bahwa serangan yang dilancarkan oleh perlawanan Palestina terhadap penjajahZionis saat itu kuat dan menyakitkan di semua leve militer keamanan danpolitik Israel. Itu yang tercermin pada diri Perdana Menteri Israel BenjaminNetanyahu yang merasa malu setelah penutupan sektor udara entitas Zionis dankemudian waktu itu mencari jalan keluar untuk mengatasi krisis yang akanmempengaruhi masa depan politiknya itu.”
Rafati menyatakanbahwa pernyataan Kerry saat ini menegaskan bahwa Netanyahu tanpak lemah dihadapan masyarakat Israel dan tidak mampu mengendalikan gerakan perlawanan diJalur Gaza bahwa ia tidak memiliki cakrawala politik untuk memberikan keamananbagi negara penjajah Zionis.
Dia menjeaskan bahwaindikator-indikator kelemahan Netanyahu nampak jelas dengan kemampuanperlawanan mematahkan doktrin keamanan Israel yang didasarkan pada doktrin bahwaperang harus tetap berada di luar tanah Israel.
Rafati menegaskabahwa “kali ini Kerry mengungkap besarnya tekanan dan krisis yang dialami olehpimpinan politik di negara penjajah Zionis selama perang dan kesediaannya untukmencari solusi dengan Jalur Gaza sekiranya bukan karena keadaan dan tekananeksternal pada Netanyahu yang mendorongnya untuk melanjutkan perang selama 51hari.” Dia menjelaskan bahwa hal ini sekali lagi membuktikan perlawanan memilikiurgansi lingkungan regional dan internasional dalam konfrontasi apa pun makapenjajah Zionis akan tunduk pada perlawanan jika hal ini dibiarkan tanpalingkungan ini.
Kejutan perlawanan
Apa yangterjadi pada tahun 2014 adalah kejutan dan benturan kuat dari perlawanan terhadappenjajah Zionis dan pimpinannya. Hal ini diperkuat oleh analis politik danpakar urusan Zionis Imad Abu Awad. Dia menjelaskan abhwa pernyataan Kerrymenegaskan sejauh mana pengaruh dan kecemasan Israel terhadap meluasnyakemampuan perlawanan untuk mewujudkan respon yang kuat untuk mencegah penjajahZionis.
Dalam wawancaradengan koresponden Pusat Informasi Palestina dia menjelaskan &ldquoNetanyahukala itu takut gagal. Pada tahun 2008 dia datang dengan penampilan yang kuat. Bahwadia adalah satu-satunya yang mampu menyelamatkan &lsquokeamanan Israel&rsquo. Ketika dia terlibatperang 2014 dia mengalami dilema terbesar dibandingkan dilema yang dialami Olmertdan Livni dalam agresi tahun 2008.&rdquo
Abu Awwadmenyatakan wawancara Kerry mengungkapkan bahwa Netanyahu takut gagal dia merasabahwa hal itu mungkin bisa menyebabkan kemunduran keamanan nyata pada”publik Israel”. Dia mengingatkan bahwa level keamanan merasakan sangatputus asa dan frustrasi. Sementara level politik tidak tahu apa-apa. Hal ituyang membuatnya berani gagal sendiri.
Analis politik inimengatakan “Pernyataan Kerry menunjukkan bahwa Israel takut terlibat perangterhadap Jalur Gaza di masa depan.” Dia menyatakan bahwa”Israel” tampak bingung dan takut perang takut pada kejutan yang mungkinlebih besar dari pada tahun 2014.
Abu Awad yakin bahwaketakutan dan ketegangan terbesar yang menyelimuti Netanyahu dalam hal tentarayang ditangkap oleh perlawanan. Dan kejutan lebih besar jika perlawanan memilikitentara yang belum diumumkan sampai sekarang. Hal ini yang akan mengganggu levelpolitik dan keamanan di “Israel”. (was/pip)