Tue 6-May-2025

Keteguhan Rakyat Benteng Penghalang Pemberangusan Isu Palestina

Senin 9-Juli-2018

Peperangan permukiman pengusiran dan kesepakatanpolitik semua itu adalah potret yang dikembangkan dari penargetan Israel dalamkonfliknya dengan rakyat Palestina yang menjadi pilar keteguhan dan perlawanansepanjang abad yang lalu.

Konflik ini sesungguhnya sudah terjadi sejakKonferensi Basel (1897) janji Balfour (1917) yang mempromosikan kebohongantanah tanpa bangsa revolusi Al-Buraq (1929) dan bahkan pemogokan panjang(1936) datangnya pembantaian Nakba dan pengusiran kemudian intifadhah batu(1987) intifadhah al-Aqsha (2000) yang dimaksudkan untuk menghapuskankeberadaan bangsa Palestina secara keseluruhan.

Keteguhan rakyat ini masih menjadi tulangpunggung perlawanan dalam menghadapi proyek-proyek pemberangusan politik di tengah-tengahperpecahan bagian Palestina blokade atas Jalur Gaza dan kegagalan proyek Oslo.Dan barangkali pawai kepulangan akbar telah menjadi pengungkit yangsesungguhnya untuk memobilisasi kebangkitan kekuatan rakyat.

Bangsa yang hidup

Di tengah-tengah kelemahan masyarakatinternasional dan dukungan Inggris para permukiman Yahudi yang tumbuh menjadientitas negara bernama Israel yang selanjutnya didukung Amerika maka bangsa Palestinadari tahun 1948-1993 menjadi sasaran pengusiran pembantaian dan deportasihingga perjanjian Oslo 1993 yang tidak lain adalah proses pemberangusan bangsaPalestina. Namun keteguhan rakyat terus menghadangnya melalui serangkaian aksihingga yang terjadi baru-baru ini berupa pawai kepulangan untuk menghadangproyek &ldquothe deal of century&rdquo tahun 2018.

Pakar Urusan Pengungsi dan Isu PalestinaRamzi Rabah menegaskan bahwa masalah penjajah Zionis sejak awal proyek Zionis hinggamelewati semua kesepakatan politik adalah rakyat Palestina terlepas dengankeberadaan kekuatan-kekuatan nasional yang aktif di setiap tahapan.

Gerakan rakyat sekarang merupakan responspraktis terhadap rencana pemberangusan ini. Barangkali Komite Tinggi yangmenurut Ramzi Rabah merupakan lembaga yang menghimpun kekuasaan-kekuatanPalestina komite-komite dan lembaga masyarakat telah memperkuat peran perlawananrakyat untuk menghadang pemberangusan ini dan menerjemahkannya ke dalampersatuan lapangan.

Dia melanjutkan &ldquoPersatuan rakyat sekarangini katup pengaman menghadapi proyek pemberangusan. Yang terpenting adalah mengakhiriperpecahan sampai kita kembali melakukan intifadhah rakyat dan pembangkangan nasionalmelawan penjajah Zionis dan isu Palestina kembali menjadi perhatian lembaga-lembagamasyarakat internasional dan agenda diplomatik yang menolak rencana Trump.”

Sedang Muhammad Muslih seorang ahli urusanIsrael melihat bahwa mentalitas penjajah Zionis memiliki referensi Tauratnamun bersandar pada perspektif yang nyata yang aktif menghapus eksistensi Palestinaakan tetapi ketabahan dan keteguhan rakyat Palestina masih menjadi tantanganyang menghadangnya.

Dia menambahkan “Sikap rakyat Palestinayang berpegang teguh pada identitas Palestina adalah hambatan paling penting yangmenghadang penjajah Zionis.&nbspFokus penjajah Zionis selama bertahun-tahun adalahmengubah kurikulum pendidikan Arab dan Palestina yang mengganggunya. Hal itutidak terjadi kecuali dengan menghapus hak Palestina dan mengurangi eksistensi.Maka mereka (Israel) menebar cerita-cerita alkitab dan manuver-manuver politik kepadasebagian besar opini publik dunia.&rdquo

Demografi dan rakyat

Menghadapi penggusuran dan pembantaiankekuatan rakyat telah memanifestasikan dirinya dalam melawan dan merespon terhadapagresi. Dengan reaksi lapangan dan sikap konsisten yang mencerminkan kondisi yangmengakar dalam perjuangan melawan permukiman selama tujuh puluh tahun.

Menurut Rabah tragedi Nakba tahun 1948 menargetsatu juta 200 ribu rakyat Palestina untuk memperkuat pemukiman 100 ribu orangYahudi. Masuknya imigran Yahudi yang terorganisasi ke Palestina dan pengusiranorang Palestina mencerminkan ketakutan penjajah Zionis terhadap ancamandemografis. Karena itu mereka berusaha menghentikan perang demografis.

Migrasi para pengungsi Palestina setelah Nakbake Gaza sebesar 70% (dari total jumlah penduduk Gaza) dan ke Tepi Barat sebesar(35% dari total penduduk di Tepi Barat) menjadi kedalaman demografi serta faktorperlawan dan konfrontasi dalam episode-episode konflik serta upaya-upaya pemberangusanpolitik yang terus berlangsung.

Penjajah Zionis &ndash dalam bentuk koloni dankolonialisme &ndash tujuannya selalu ingin menguasai tanah dan mengusir penduduknyaserta menempatkan para pemukim pendatang Yahudi di atas tanah tersebut. Di sinirakyat selalu berada dalam pertempuran bekerja banyak dengan cara perlawananrakyat atau di bawah perlawanan nasional.

Apa yang dilakukan penjajah Zionis adalah kebalikansepenuhnya dari hak-hak dan konstanta nasional. Proyek (Israel) pada dasarnyaadalah invasi (kolonialime dan imperialisme) dengan dukungan Barat. PenjajahZionis itu infrastruktur utamanya adalah infrastruktur (koloni) permukiman danbukan militer.

Rabah menambahkan “Misalnya konflik dilapangan baru-baru ini untuk memperkuat permukiman Yahudi di wilayah zona C diTepi Barat yang melahap 60 persen wilayah Tepi Barat.&rdquo

Baru-baru ini penjajah Zionis mengeluarkanperintah militer (1797) yang melarang pembangunan rumah Palestina di daerah Cuntuk segera dibongkar. Ini adalah protret relokasi yang dikembangkan terhadapeksistensi Palestina setelah penjajah Zionis pasca tahun 1967 menghambatpemberlakuan hukum Yordania di Tepi Barat. Ini adalah pendahuluan bagi proyekpemberangusan baru bernama &ldquothe deal of century&rdquo.

Sementara itu Muhammad Muslih menegaskan bahwapara elit dan pemimpin penjajah Zionis sejak dimulainya proyek Zionis merekafokus pada pemindahan (pengusiran atau relokasi penduduk Palestina) menolak hakuntuk kembali pengungsi Palestina dan berulang kali mengajukan proyekpertukaran tanah.

Proyek pemberangusan

Sponsor Amerika pada proses perundinganpolitik memberikan kesempatan kepada penjajah Zionis untuk mengisolasi PLOyang tidak dapat menghadapi masalah setelah menjauhkan isu Palestina dari resolusi-resolusilegitimasi internasional dan di sini para elit berbicara tentang kekuatanrakyat yang berada di garis terdepan dalam konflik.

Perjanjian Oslo adalah hadiah untuk Israeldalam memperkuat sikapnya menarget rakyat Palestina. Jumlah pemukim Yahudi sebelumtahun 1993 sekitar 97.000. Sementara setelah Oslo melonjak menjadi 600.000. Sepanjang25 tahun kamera-kamera mengambil foto-foto para petani Palestina dalam membeladan mempertahankan tanah dan rumahnya.

Muhammad Muslih mengatakan &ldquoPenandatanganan kesepakatanperjanjian dengan bagian dari kepemimpinan politik dan elit yang secararesgional menyepakati normalisasi yang tidak memberikan (Israel) apa yangdiinginkannya tetap ditolak dan mendapatkan perlawanan rakyat.&rdquo

Dia menambahkan &ldquoBen-Gurion Begin Goldmayerdan yang lainnya mempropagandakan gagasan &lsquotidak ada bangsa&rsquo. Ketika Israelmengakui di Oslo mengakui PLO dan tidak mengakui hak Palestina. KepemimpinanPalestina (pimpinan Otoritas Palestina) memiliki kelemahan dalam mengaktifkankekuatan rakyat menghadapi penjajah Zionis dan takut menggalang rakyat untukmemuluskan kesepakatan politik.&rdquo

Redaksi media sejak perjanjian Oslo di media OtoritasPalestina &ndash menurut Muslih &ndash adalah redaksi (bertetangga baik) sementara rakyatdi kamp-kamp pengungsi dan kebun-kebun zaitun masih melawan agresi pemukim Yahudidan dan polisinya.

Mislih mengkhawatirkan perkembangan penipuanpolitik yang disponsori oleh Amerika dan kepemimpinan Otoritas Palestina bermanuverterhadap rekonsiliasi selaras dengan &ldquodeal of century&rdquo.

Tahun-tahun blokade tindak menghentikanketeguhan rakyat Jalur Gaza. Penjajah Zionis menggunakan alat eksternal yangmenekan Otoritas Palestina untuk memecah belah kesatu-paduan rakyat yangbelakangan terus meningkat dalam pawai kepulangan akbar. Namun vitalitas rakyatdan kedalaman nasional tidak akan membantu penjajah Zionis meskipun para elitdan pimpinan politik Otoritas Palestina salah. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied