Fri 9-May-2025

Kenapa Ketapel Kembali Digunakan dalam Konfrontasi di Gaza?

Senin 25-Juni-2018

Di garis terdepan berhadapan dengan pasukanpenjajah Zionis di timur kamp pawai kepulangan di Khuza&rsquoah di timur Khanyuniswilayah selatan Jalur Gaza seorang wanita Palestina mengenakan jilbab hijaudan menyembunyikan wajahnya dengan sorban kotak-kota dan bendera Palestinamelesakkan batu dengan &ldquoketapel&rdquo ke arah tempat konsentrasi pasukan penjajahZionis yang berada di balik penghalang dan paga permisah di perbatasan timurJalur Gaza.

Sesekali mundur ke belakang bumbungan asapban-ban mobil yang dibakar dan berpindah ke sisi lain kemudian kembalimelontaskan batu di tengah-tengah teriakan takbir tidak peduli dengan desinganpeluru dan meriam gas yang berjatuhan ditembakkan pasukan penjajah Zionis.

Ketapel telah berubah menjadi salah satu saranaperjuangan rakyat paling penting dalam menghadapi pasukan penjajah ZionisIsrael di Tepi Barat&nbsp dan Jalur Gaza.

Ketapel ini muncul pertama kali digunakansebagai alat perjuangan pada intifadhah batu tahun 1987. Namun penggunaannyatidak lagi menonjol dalam berbagai konfrontasi yang berjadi dalam tahun-tahunterakhir setelah perlawanan Palestina menggunakan senjata api dalam intifadhahal-Aqsha tahun 2000. Dan ketapel benar-benar hilang penggunaannya di Jalur Gazabersamaan dengan penarikan pasukan penjajah Zionis dari Jalur Gaza padaSeptember 2005 yang ada adalah konfrontasi militer menggunakan senjata api danroket.

Kembali berkecamuknya perlawanan rakyat diJalur Gaza melalui pawai kepulangan akbar yang dimulai pada 30 Maret 2018 dansebelumnya gelombang konfrontasi yang meledak setelah meletusnya intifadhahal-quds pada Oktober 2015 di antara keduanya adalah gelombang kemarahan khususterkait dengan deklarasi Trump yang mengakui al-Quds sebagai ibukota negarapenjajah Zionis Israel telah membuka penggunaan semua sarna perjuangan rakyatdi antaranya adalah penggunaan ketapel dan yang sejenisnya serta ban-ban mobilyang dibakar.

Selain di Jalur Gaza ketapel juga digunakandalam konfrotnasi melawan pasukan penjajah Zionis di Tepi Barat. Karena konfrontasisering terjadi di dekat pos-pos militer dan di wilayah yang relatif terbuka.

Menurut kolomnis dan analis politik PalestinaAdnan Abu Amir. Penggunaan ketapel ini relatif tidak terlihat. Hal ini yangmembingungkan pasukan penjajah Zionis. Meski tidak mematikan namun batu yangdilontarkan bisa mengakibatkan luka bahkan bisa parah apabila dilontaskan daridekat. Lontaran batu bisa mencapai 70-120 meter.

Alat ini memang tergantung pada kekuatanlontaran dan jenis karet yang digunakan. Bila karet yang digunakan memilikikelentusan bagus dan kuat kadang bisa menjaungkau lebih jauh. Semakin dekatjarak lontaran maka semakin keras dan kuat mengenai sasaran.

Abu Amir menegakan bahwa digunakannya kembali saranalama dalam perlawanan ini adalah sebagai jawaban komprehensif bahwa setiap kalipenjajah Zionis berusaha untuk menggunakan taktik baru maka perlawanan terusmengnintai untuk memotong jalan dengan menciptakan metode baru bahkan jika ituadalah metode lama.

Dia menambahkan hal ini juga menjelaskanbanyaknya inovasi-inovasi kecil penciptaan pendahuluan untuk inovasi-inovasi besardan yang lebih penting adalah turunnya rakyat ke arena intifadhah yang padamulanya tidak memiliki apa-apa kecuali kemauan untuk melakukan konfrontasi.(was/pip)


Tautan Pendek:

Copied