“Wahai para siswa Gaza ajari kamisebagian dari apa yang kalian miliki. Kami telah lupa. Ajari kami menjadilaki-laki. Kami memiliki laki-laki tapi sudah usang. Wahai para siswa Gazakalian tidak peduli dengan siaran kami dan tidak mendengarkan kami. Pukul danserang dengan segenap kekuatan kalian pegang teguh urusan kalian dan jangantanya kami.”
Begitulah penyair Nizar Qabbani menggambarkankepahlawanan warga Gaza dalam salah puisi terkenal “Ya talamidz Gaza&rdquo.
Semua orang telah meninggalkan Gazasendirian melakukan perlawanan. Banyak pihak telah memberikan penawaran sampaidetik-detik akhir. Namun kebebasan memang tidak pernah meninggalkankehormatannya tidak tunduk dengan tekanan apapun.
Mereka berlomba masing-masingmenawarkan maharnya. Siapapun yang menginginkan Palestina bebas merdeka tidakakan terperdaya oleh mahar. Warga Gaza memiliki pandangan yang menakjubkan soalkehidupan. Betul mereka mencintai kehidupan dan merindukannya namun persepsimereka terhadap kehidupan berbeda dengan orang lain &ldquoHidup yang menyenangkansahabat atau mati yang membuat musuh jengkel.&rdquo
Sebuah epik bersejarah yang ditorehkananak-anak Gaza. Meskipun mereka diblokade selama 11 tahun. Hari ini tidak adasuara yang lebih tinggi dari suara para syuhada. Seorang martir menyampaikanperpisahan kepada seorang martir berikutnya. Seorang martir membayar panjiuntuk seorang martir berikutnya. Seorang martir yang meneraiakkan &ldquoJanganengkau kira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati….&rdquo
Seperti biasa Gaza hari ini denganmurah hati mempersembahkan pengorbanan yang dijanjikan. Garis hidup untuk proyekpembebasan nasional Palestina membuka jalan bagi kebebasan dan mengembalikan masalahkepulangan ke garis depan peristiwa yang menyingkirkan &ldquoThe Deal of Century&rdquodan semua proyek Zionis untuk selamanya.
Gaza yang berdarah-darah dan diblokademendapatkan gempuran secara bertubi-tubi membuat peristiwa dan menggerakkansemua kekuatan yang dimilikinya. Revolusi-revolusi pembebasan sepanjang sejarahtelah membuktikan bahwa kebebasan memiliki harga yang harus dibayar. Dan JalurGaza hari ini kembali membayar harga perjuang pembebasan itu.
Kapal syuhada kini tengah mengarunngilaut Gaza menuju al-Quds ibukota abadi Palestina menolak untuk melepaskan tanahPalestina walau sejengkal. Karena Palestina yang mereka kenal adalah mulai darilaut hingga sungai.
Gaza hari ini kembali menulis sejarahPalestina. Gaza sedang membuat epik abadi. Yang mengungkap wajah palsu siapasaja yang memblokade atau melakukan konspirasi atau berkhianat. Gaza tidak akanmengibarkan bendera putih. Gaza akan tetap tidak akan tunduk.
Komite Nasional untuk Pawai Kepulangandan Pembebasan Blokade sebelumnya telah menyerukan masyarakat untuk mengikutiaksi sejuta umat dalam pawai kepulangan guna memeringati 70 Nabkah Palestina(prahara pengusiran warga Palestina sejak tahun 1948) dan mengecam pemindahankedubes Amerika dari Tel Aviv ke al-Quds atau Yerusalem.
Komite menyerukan masyarakat untukberpartisipasi secara luas dalam aksi sejuta umat untuk mengungkapkan kemarahanmereka di perbatasan timur Jalur Gaza untuk menegaskan hak untuk kembalipulang ke kampung halaman dan pembebasan blokade serta menngecam segala bentuknormalisasi Arab dengan penjajah Zionis.
Nakbah yang Berbeda
Warga Palestina sudah biasa pada 15Mei setiap tahun memperingati hilangnya tanah air mereka dan pendirian Israeldi atas puing-puin tanah air Palestina. Kegiatan yang dilakukan di Tepi BaratJalur Gaza wilayah Palestina yang diduduki penjajah Zionis sejak tahun 1948dan di semua tempat para pengungsi Palestina berada fokus pada upayamembangkitkan kembali ingatan dan mencerahkan generasi baru tentang peristiwaNakbah dan maknanya.
Namun peringatan 70 tahun Nakbah kaliini untuk pertama kalinya membawa irama yang berbeda. Ketika Presiden AmerikaDonald Trump datang ke Gedung Putik pada awal tahun 2017 nampak bahwa apa yangditunggu-tunggu Palestina adalah sebuah kesepakatan yang berusaha untukmerampas mereka dan tanah airnya secara keseluruhan. Tanda-tandanya mulai jelasdengan keputusan Washington yang akan memindahkan kedubes Amerika ke al-Quds.
Namun sejak 6 Desember 2017orang-orang Palestina turun ke jalan-jalan di al-Quds Tepi Barat Jalur Gazadan wilayah lainnya. Mereka mengekspresikan penolakan terhadap kesepakatantersebut. Maka tepat pada peringatan hari bumi 30 Maret lalu rakyat Palestinakembali memutuskan perjuangan dama mereka. Menegaskan komitmen mereka untukmemertahankan hak untuk kembali melalui pawai kepulangan di perbatasan timurantara Jalur Gaza dan wilayah Palestina yang diduduki penjajah Zionis sejaktahun 1948. (was/pip)