Wed 7-May-2025

Kakek Abu Gharara Ikon Kepahlawanan di Perbatasan Tanah Air

Senin 16-April-2018

Potret revolusibelum meninggalkan hatinya. Mimpi untuk kembali masih menjadi kayu bakar dalamjiwanya yang hidup. Jauh dari tanah negerinya arogansi penjajah dan kepongahanorang-orang asing semua itu tidak membuatnya kehilangan kekuatan.

Meski usianyasudah lanjut dan punggungnya sudah tidak lagi tegak hari ini Haji Ahmad AbuGharara telah menjadi ikon kepahlawanan dengan sarung tangannya yang putih berubahmenjadi hitam akibat asap ban yang dibakar dengan ikat kepala hitam yangdikenakan dengan penuh kebanggaan dengan tekadnya yang menjadikan dia terdepandi antara para revolusioner dengan jenggot putihnya yang menunjukkantanda-tanda penuaan.

Pada Jum&rsquoatkedua pawai kepulangan akbar di perkemahan pawai di timur Khanyunis wilayahselatan Jalur Gaza nampak kepribadiannya. Dia memimpin para pemuda di dekatpagar perbatasan berada di barisan terdepan dan berteriak takbir yang menggemadi seluruh lokasi.

Berjalan Kaki

Dengan berjalankaki Haji Abu Gharara berangkat dari rumahnya di daerah Main yang berjarakbeberapa kilometer dari kota Khuza&rsquoah yang mana di perbatasan timur kota inididirikan perkemahan pawai kepulangan akbar.

Mimpi untukkembali pulang ke kampung kelahirannya di Kafer Anah masih memikat hati danjiwa Abu Gharara. Terlebih dia diusir dari sana pada saat usianya kala itusekitar 5 tahun.

Bagitu parapemuda revolusioner mulai membakar ban-ban mobil dalam aksi yang dikenal dengan&ldquoJum&rsquoat Ban&rdquo semangat datang dalam hati kakek berusia 70-an tahun ini. Diabertolak layaknya singa di tengah-tengah kawanan.

Tidak lamakemudian dia sampai di pagar kawat dia mulai memotongnya. Kemudian diaberpindah ke pagar kawat kedua bersama para pemuda yang menunjukkan keberanianyang tak tertandingni.

Pemilik Hak

Ketika ditanyaapa alasan yang mendorongnya berada di depan dan memotong pagar kawatperbatasan meski usianya sudah lanjut? Kepada Pusat Informasi Palestinadia mengatakan &ldquoSaat saya menyaksikan para pemuda berbondong-bondong keperbatasan memimpikan kembali ke rumah kakek nenek mereka saya teringat bahwasaya adalah pemilik hak. Saya adalah orang yang harus berjuang untuk negerinyakarena mereka (penjajah) telah mengusir saya dari desa dan tanah air saya.&rdquo

Abu Ghararamuncul dengan semangat dan antusias setelah mengingat dendam lamanya yang tidakpernah dilupakan ketika para tentara penjajah Zionis membunuh kakeknya dalamsatu pertempuran saat dia masih kecil. Dia menegaskan bahwa dia tidak akan melupakanluka yang ditinggalkan penjajah Zionis ini dia berjanji akan melakukan balasdendam.

Dia menambahkan&ldquoOrang-orang Yahudi mengambil tanah dan orang tua saya. Mereka menghalangi kamike tanah kami. Saya bergerak bersama para pemuda agar saya bisa kembali danpulang ke negeri saya yang dirampas.&rdquo Dia teringat Pabrik Sponge milik ayahnyadi Kafer Anah.

Kakek 70-antahun ini menyatakan bahwa dia terkena bom gas yang menghantam tanah dankemudian ke wajahnya. Dia bersyukur Tuhan Yang Maha Kuasa menyelamatkannya dariledakan bom tersebut.

Dia menggambarkanpara tentara penjajah Zionis adalah para pengecut. &ldquoDemi Allah jika kitabersatu kita bisa membebaskan negara ini dari orang-orang Yahudi yang marahkarena saya melihat ketakutan di mata mereka ketika saya mendekati mereka”ungkapnya. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied