Sejak didirikan tahun 1946 Dewan Tinggi Arab telahmelalui 45 kali KTT yang terbagi kepada KTT biasa darurat dan ekonomi. KTT sekarangmerupakan KTT biasa yang ke 29 kalinya setelah bertumpuknya masalah Palestina berkelindandengan sejumlah problem dunia Arab dan regional mulai dari Yaman Suriah Libanonkrisis Teluk Hubungan Arab-Teheran yang kian memburuk serta sejumlah masalahpenting lainya.
Sepanjang sejarahnya KTT yang telah berumur sekitar 71tahun ini telah melahirnya sejumlah terkait masalah Palestina namun resolusinya tersebut masih terpasung denganpancaroba politik. Meski secara sentral masih terkait dengan masalah Palestina namunhingga saat ini belum juga menghasilkan sesuatu yang signifikan akibat perpedaaninternal Arab itu sendiri.
Setiap kali bangsa Palestina menggantungkan harapanyakepada KTT Arab semua keputusanya masih berjalan di tempat tertimpa denganKTT baru dan keputusan baru yang juga tidak menghasilkan sesuatu yang baru.
Kali ini Pusat Informasi Palestina menyajikan sejarah urgensiKTT Arab sejak didirikannya serta sejumlah keputusan penting yang diambil untukkepentingan masalah Palestina namum masih berjalan di tempat.
KTT pertama yang bersifat darurat digelar pada Mei 1946di kota Anshas Mesir untuk solidaritas masalah Palestina dan menegaskan tentangstatus kearabanya yang merupakan jantung problem dunia Arab yang palingmendasar. Nasib Palestina sangat terkaitdengan peran negara-negara di Liga Arab. Apa yang menimpa bangsa Arab Palestina juga menimpabangsa Arab di liga tersebut.
Konferensi Liga Arab pada tahun tersebut merupakankonferensi pertama yang diadakan di Kairo pada 13 Januari 1964 yang dipimpinlangsung oleh Jamal Abdul Nasher dihadiri perwakilan Palestina Ahmad Syaqiri.
KTT tersebut menghasilkan sejumlah keputusan penting meliputi kesepakatan untuk mengakhiri perselisihan pentingnyamenetralkan suhu Arab dan merealisasikan rekonsiliasi Arab yang berkeadilansecara bersama. KTT ini juga menyerukan dunia dan bangsa-bangsa Arab lainya untuk mendukungmasalah bangsa Arab dan membelanya dari agresi Israel. Namun perselihan antaranegara-negara Arab itu sendiri makin meruncing dan perpecahan semakin lama semakin banyak.
Pada tahun itu juga tepatnya 5 September 1964 diadakanKTT di Qishrah Iskandaria Mesir dan berhasil menelorkan sejumlah keputusanpenting terkait masalah Palestina. Diantaranya setrategi kerjasama Arab dalam membebaskan Palestina dari penjajahan Israel secepatnya. Menyambut baik lahirnya OrganisasiPembebasan Palestina (PLO) dan mendukung dibentuknya tentara Pembebasan Palestina.
Pada 13 September 1965 dilakukan KTT Arab di Dar El Baidhadi Maroko yang diikuti PLO menghasilkan sejumlah keputusan penting. Diantaranyamendukung PLO dan tentara pembebasan kajian pembentukan Dewan Nasional Palestinamenetapkan setrategi Arab bersatu untuk melindungi masalah Palestina di tingkat PBB dan tingkat internasional.
Pada 29 Agustus 1967 di Khurtum Sudan digelar KTTdarurat menyusul kekalahan pasukan Arab dalam perang bulan Juni 1967. Semua negaraArab berkumpul kecuali Suriah. KTT tersebut menyerukan untuk segeramenyingkirkan efek agresi Israel dan memutuskan tiga keputusan penting. Pertamatidak ada perdamaian dengan israel. Kedua tidak ada perundingan dengan Israel.Ketiga tidak akan mengakui Israel. Namun waktu membuktikan yang palingbersemangat melakukan normalisasi dan kerja sama keamanan dan budaya denganIsrael justru datangnya dari negara-negara Arab tersebut.
Pada 26 Nopember 1973 di Aljazair KTT Liga Arab menetapkandua syarat untuk bisa berdamai dengan Israel. Pertama Israel harus menarikdiri dari seluruh wilayah Arab yang dijajah terutama Al-Quds. Kedua mengembalikanhak-hak nansional bangsa Palestina. Ketiga memberikan semua bentuk dukunganmateri dan militer kepada Front Suriah dan Mesir untuk melanjutkan pertempuranyadengan Israel.
Terakhir presiden Amerika Donald Trum mengumumkan deklarasinyamengakui Al-Quds sebagai ibu kota satu-satunya bagi Israel. Namun hingga kinitak membuat negara Arab bergeming. (asy/pip)