Hampir di semuasel dan tahanan di penjara penjajah Zionis ada sidik jari tawanan Palestina IbrahimAbdul Razak Ahmad Beyadesa (58). Warga Palestina asal Baqa Gharbiyah di wilayahPalestina yang diduduki penjajah Zionis sejak tahun 1948. Sudah 33 tahun diamenjalani hidupnya di gelapnya sel-sel penjara penjajah Zionis. Namun demikianharapan untuk bebas tidak pernah hilang dari seetiap ruang yang mengelilingnyadan keluarganya.
Di atas ranjangtawanan di penjara padang pasir Zionis di Nagev kini Beyadesa mendekam. Setelahberpindah-pindah dari penjara-penjara Zionis di utara di tengah dan diselatan. Setiap bulan dia dikunjungi oleh saudara-saudaranya. Kedua orangtuanya sudah meninggal setelah menunggu lama hari pebebasan Ibrahim hinggakeduanya tutup usia.
Muhammad SaidBeyadesa kakak paling tua Ibrahim Beyadesa menceritakan kondisi adiknya yangditangkap pada 24 Februari 1986. Setelah itu dia menjalani pemeriksaan yangsangat keras selama satu bulan. Selanjutnya keluar vonis hukuman penjara seumurhidup. Selanjutnya cerita penderitaan dimulai pada rentang 33 tahun hukumanpenjara yang sudah dialaminya. Namun demikian lamanya penahanan tidakmembuatnya kehilangan harapan untuk bebas.
Kepergian KeduaOrang Tua
Saidmenambahkan ayahnya telah meninggal. Lama dia menunggu ingin memeluk Ibrahimsaat dibebaskan. Ibunya meninggal dua tahun lalu. Saudara-saudaranya sudahbanyak melahirkan anak dan bercucu. Dia sendiri (Said) memiliki 23 anak dancucu yang belum pernah menyaksikan pamannya kecuali lewat foto. Demikian jugasaudara-saudara yang lainnya.
IbrahimBeyadesa adalah termasuk tawanan paling lama yang ditangkap sejak sebelumpenjanjian Oslo yang berjumlah 30 orang. Otoritas penjajah Zionis menolakmembebaskan mereka dalam setiap pertukaran yang pernah terjadi meski adatuntutan luas agar kasus mereka ditutup.
Saat ditahanpada Maret 1986 dia didakwa berafiliasi keapda Front Rakyat untuk PembebasanPalestina (PFLP) serta memiliki senjata dan peledak. Selain didakwa melakukanaksi-aksi berani mati di dalam wilayah garis hijau membunuh serdadu penjajahZionis Moshe Tamam pada tahun 1984 setelah dia culik bersama kelompoknya.
Sakit Namun Antusias
Selain tentangpahit dan getirnya penahanan Said menceritakan penderitaan lain yang dialamiIbrahim. Yaitu penyakit-penyakit yang dialaminya selama dekade-dekadepenahanan. Di antaranya: sakit gigi migrain dan tekanan darah. Dia sering dirawatdi klinik penjara sehingga dikenal semua orang.
Jika sebelummasuk penjara dia digelari dengan sebutan &ldquoAbu Lenin&rdquo maka setelah di dalampenjara dia digelari dengan sebutan &ldquoAbu Ismail&rdquo. Sebabnya adalah pada saatsebelum masuk penjara dia adalah aktivis kiri dan setelah berada di dalampenjara dia bergabung dalam gerakan Islam dan berhasil menghafal seluruhal-Quran selama dalam penjara isolasi selama 7 tahun.
Said mengatakanselain menghafal al-Quran Ibrahim memanfaatkan setiap detik waktunya di dalampenjara untuk melanjutkan studi di Universitas Terbuka Ibrani dan mendapatkangelar sarjana hukum. Dia juga fasih berbahasa Inggris terlebih bahasa Arab.
Meskipun usianyasudah terhitung lanjut namun para tawanan yang dibebaskan dari penjara Nagevbaru-baru ini menyatakan bahwa Ibrahim komitmen dengan olah raga tiap hari. Waktu-waktunyadigunakan untuk mengajar para tawanan lain tidak pernah jenuh melayani merekadengan penuh tawadhu. (was/pip)