Observatorium Euro-Mediterania mengkhawatirkan kondisiburuk yang akan menimpa warga  yangtertahan di kedua wilayah perbatasan Rafah menyusul keputusan pihak berwenangMesir untuk menutup perlintasan bagi warga yang akan melakukan perjanan dari danke Jalur Gaza secara tiba-tiba. Kebijakan ini merupakan tragedi terparah menimparatusan orang yang terdampar di sana. Diantara mereka terdapat para mahasiswadan para pelajar dan orang sakit yang butuh pengobatan. Sangat mungkin kondisiini akan bertambah buruk jika perbekalan mereka habis.
Dalam keterangan persnya yang dilasir pusat informasi PalestinaSenin (12/2) sebelumnya pihak berwenang Mesir telah mengizinkan pembukaanperbatasan Rafah untuk menjamin perjalanan dari dan dan ke Jalur Gaza setelahpenutupan menyeluruh yang berlangsung selama sekitar 50 hari.  Kemudian warga dikejutkan dengan keputusan menutuppersimpangan hanya dua hari setelah keputusan membukanya bersamaan denganpengumuman diluncurkanya operasi tentara Mesir di gurun Sinai yang menyebabkanpenahanan ratusan orang yang kembali ke Jalur Gaza di bandara Kairo dan juga dibagian penyeberangan Rafah di sisi Mesir hanya berjarak satu meter dariperbatasan Mesir- Gaza.
Sementara itu PCHR mencatat pemerintah Mesir hinggahari ini belum mengizinkan warga Palestina melintasi Rafah kecuali hanya 650 orangyang terdampar di Jalur Gaza untuk menyeberang melalui persimpangan. Sementara ratusanwarga lainnya masih terdampar tertahan pihak Mesir. Pihak pemerintah Mesirmemerintahkan kembalinya lebih dari 44 kendaraan yang membawa ratusan wargaPalestina yang akan menyeberangi perlintasan menuju ke bandara Kairo.
Dia menambahkan jratusan warga yang terdampar di persimpanganRafah Mesir. Mereka ingin kembali ke Jalur Gaza sebelum militer Mesirmengeluarkan keputusan untuk mendeportasi mereka kembali ke bandara Kairo. Lebihdari 400 penumpang saat ini masih tertahan di bandara Mesir. Mereka diberitahuakan dikembalikan ke tempat dimana mereka berasal. (asy/pip)
