Kepala BiroPolitik Gerakan Perlawanan Islam Hamas Ismail Haniyah menegaskan pihaknyamenolak segala upaya untuk merusak peran historis kerajaan Yordania di al-Qudsdan tempat-tempat suci Islam di al-Quds serta menolak tegas apa yang disebutdengan tanah air alternatif. Hal tersebut disampaikan Haniyah dalam komunikasilewat telepon dengan Ketua Parlemen Yordania Atef Al Tarawneh Rabu(13/12/2017).
Kantor Haniyah dalampernyataan yang dirilis Rabu malam mengatakan kepala biro poltik gerakan Hamastelah menelpon Ketua Parlemen Yordania Atef Al Tarawneh guna membahaskonsekuensi dan dampak dari deklarasi Trump yang mengakui al-Quds sebagaiibukota penjajah Zionis Israel.
Haniyahmengatakan &ldquoTahap ini menuntut penguatan upaya bersama dan koordinasi bersamayang lebih dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya untuk menghentikankeputusan (Amerika) ini yang merupakan serangan terhadap Palestina dankerajaan Yordania tanpa kecuali ia juga merupakan serangan terhadap seluruhdunia Islam.&rdquo
Haniyah memujiupaya Raja Yordania Abdullah bin Husain dan peran parlemen Yordania serta sikapnyayang jelas dan teguh dalam menolak keputusan (Amerika) ini juga gerakan rakyatyang meluas di Yordania yang mengokohkan keberadaan Yordania sebagai kedalamanstrategis bagi al-Quds dan rakyat Palestina.
Haniyahmenyatakan bahwa sikap parlemen Yordania secara khusus adalah sikap kuat danteguh yang memiliki dampak positif bagi gerakan rakyat dan masyarakat diYordania.
Sementara itu KetuaParlemen Yordania Atef Al Tarawneh menegaskan &ldquoIsu Palestina adalah isunasional bagi Yordania. Isu al-Quds menjadi prioritas bagi Raja Abdullah binHusain dan bagi semua rakyat Yordania terutama bagi parlemen Yordania.&rdquo
Al Tarawnehmenegaskan terus melakukan upaya dengan semua anggota parlemen di seluruh duniauntuk menghentikan keputusan (Amerika) ini. Dia menyatakan pentingnya terusmelakukan kerjasama koordinasi dan komunikasi secara kontinyu di tahap yangakan datang. (was/pip)
