Ismail Haniyah Ketua biro politik Hamas mengatakan keputusanPresiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan memindahkan kedubesnya keAl-Quds merupakan awal dari zaman yang mengerikan bukan hanya di tingkatwilayah tetapi akan merambah ke kawasan. Dalam hal ini dia setuju denganPresiden Mahmoud Abbas untuk menyerukan masyarakat Palestina agar keluarmenyuarakan Kemarahan mereka atas keputusan tersebut.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi Al-Jazeera Rabu (6/12) Haniyahmenganggap langkah Amerika ini sebagai bentuk “petualangan danperjudian” yang tidak pernah diperhitungkan. Keputusan itu tidak memilikipayung untuk melindungi dari semua resiokonya.
Haniyah menambahkan Al-Quds adalah problem bangsa Palestina danummat Islam. Keputusan Amerika ini sebuah agresi yang terang-terangan terhadaprakyat dan bangsa Palestina.
Ketua biro politik Hamas ini memperingatkan atas akibat dari semuakeputusan ini. ia minbta keputusan tersebut segara dianulir. Ia minta Trumpmencabut keputusanya. “Tidak ada yang bisa memprediksi konsekuensi apaakibat keputasanya tersebut.
Sikap Palestina
Haniyah menekankan gerakannya meminta segera diadakan pertemuanPalestina di Gaza dan Tepi Barat serta bangsa Palestina yang ada di luarnegeri. Ia juga mengingatkan tentang hubungannya dengan Presiden OtoritasPalestina Mahmoud Abbas dan mengatakan “Kami menyetujui keseriusan dansikap yang diperlukan dalam menghadapi masalah ini.”
Pemimpin Palestina ini menganggap keputusan tersebut merupakanpengumuman resmi dari AS untuk mengakhiri apa yang disebut “prosesakhir”.
Dia menambahkan “Abu Mazen (Abbas) setuju dan mengapresiasisikap kita. Ia sendiri sedang mempersiapkan satu keputusan. Dengan jelas iamengatakan tak ada hubunganya dengan keputusan yang diambil Amerika dalam halini.
Haniyah mengisyaratkan iabersama Abbas setuju kalau semua rakyat dari berbagai wilayah keluar kejalan-jalan melakukan aksinya mengungkapkan kemarahan mereka dan menunjukansikap tegas mereka bahwa Al-Quds adalah ibu kota Palestina. Haniyah sendiritelah menghubungi banyak pemimpin di dunia baik Islam maupun Arabmendiskusikan rencana keputusan AS tersebut.(asy/PIP)