KepalaBiro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas Ismail Haniyah Ahad (3/12/2017)malam menelpon Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas. Keduanya membahas niatAmerika mengakui al-Quds sebagai ibukota Israel.
Menurutpernyataan yang dikeluarkan kantor Haniyah dalam ranga upaya untuk memperkuatsikap nasional dan kebangsaan terhadap persoalan al-Quds dan tantangan yangditimbulkan dari niat Amerika untuk mengakui al-Quds sebagai ibukota bagipenjajah Zionis Haniyah menelpon Presiden Abbas.
KantorHaniyah mengatakan terjadi dialog mendalam seputar bahaya niat Amerikamengakui al-Quds sebagai ibukota Zionis dan dampak yang ditimbulkannya. Keduanyamembahas pentingnya menyolidkan internal Palestina dalam menghadapi tantanganini dan terus melanjutkan trek rekonsiliasi dengan kuat.
Haniyahmenilai kecenderungan Amerika mengakui al-Quds sebagai ibukota Zionismerupakan langkah yang sangat serius. Hal ini menuntut untuk bekerja bersamadalam perang al-Quds dan melawan kecenderungan ini yang apabila terjadi halini bisa menjadi peluru yang menembus proses perundingan.
Sementaraitu Presiden Abbas menegaskan akan bahaya kecenderungan ini. Dia menyatakanakan mengambil keputusan penting apabila Amerika mengambil keputusan sepertiitu.
Keduanyasepakat pentingnya semua rakyat Palestina di mana saja keluar ke jalan padahari Rabu luka untuk mengekspresikan kemarahan mereka dan penolakannya terhadapkeputusan Amerika tersebut.
Keduanyajuga menegaskan pentingnya bersegera dalam langkah rekonsiliasi dan mewujudkanpersatuan nasional. Keduanya membahas secara mendalam pentingnya melaksanakankesepakatan yang ditandatangani khususnya perjanjian Kairo 2011 danlampiran-lampirannya serta kerja pemerintah. Keduanya menegaskan prinsippartisipasi dan melanjutkan isu nasional termasuk pemilu dan PLO.
Keduanyajuga membahas pentingnya menggalang semua upaya media dalam perang al-Quds danisu-isu nasional serta menghentikan segala bentuk ketegangan atau keteganganinformasi internal. (was/pip)
