Petinggi Gerakan Perlawanan IslamHamas Izet Rasyq Sabtu (3/12/2017) menegaskan bahwa pengakuan kota al-Qudssebagai ibukota penjajah Zionis oleh pemerintah Amerika bila itu bernar-benarterjadi merupakan tantangan terang-terangan dan provokasi besar terhadapperasaan bangsa Arab dan umat Islam. Pengakuan itu akan menjadi pemicukemarahan yang akan menjadi ledakan melawan penjajah Zionis.
Rasyq mengatakan &ldquoKabar semakindekatnya pengakuan Trump al-Quds sebagai ibukota Zionis merupakan tamparankeras kepada mereka yang bergantung kepada perundingan yang diserukan Amerikayang tidak pernah adil sama sekali kepada Palestina. Namun memihak secaraterang-terangan kepada penjajah Zionis selalu berdiri dalam barisan agendapemerintah radika Zionis.&rdquo
Dia menegaskan &ldquoTindakan pemerintahTrump mengakui al-Quds sebagai ibukota Zionis tidak akan memberi hak apapunkepada penjajah Zionis dan tidak akan merubah apapun fakta sejarah di kotaal-Quds yang dari dulu dan akan tetap sebagai kota Arab dan Islam yangkecusiannya akan terus dibela oleh rakyat p dan umat Islam sampai terbebasseluruhnya.&rdquo
Sebelumnya pada Jum&rsquoat (1/12/2017)para pejabat Amerika menagtakan bahwa Presiden Donald Trump bertekad untukmengakui kota al-Quds sebagai ibukota Israel. Pengakuan ini akan disampaikanTrump pada pidato Rabu (6/12/2017) mendatang. Demikian menurut kantor berita “AssociatedPress”.
Para pejabat Amerka menambahkanTrump bertekad memenuhi janjinya (selama kampanye presiden Amerika) untukmemindahkan kedubes Amerika dari Tel Aviv ke al-Quds.
Kota al-Quds yang diduduki penjajahZionis pada tahun 1967 menjadi salah satu hambatan utama resolusi perdamaian. Adakekhawatiran para pemimpin Arab akan mengikuti jejak Presiden Trump mengakuial-Quds sebagai ibukota Israel.
Dalam kampanye pemilu presiden akhirtahun 2016 lalu Trump berjanji akan memindahkan kedubes Amerika dari Tel Avivke al-Quds. Lebih dari sekali Trump mengulang-ulang bahwa masalah ini &ldquohanyaberkaitan dengan waktu saja&rdquo. (was/pip)