Seabad sudah deklarasi janjiMenteri Luar Negeri Inggris James Balfour tahun 1917 kepada Yahudi untukmendirikan sebuah negara nasional mereka di Palestina. Namun perlawanan warga Palestinatidak pernah jera sampai hari ini. Sebab saat janji itu dideklarasikan Sultan OtommanAbdul Hamid II sudah lebih dahulu melawan Deklarasi Balfour tersebut.
Sejak janji Deklarasi Balfourdikumandangkan krisis demi krisis tak pernah putus mendera kawasan Palestina dansekitarnya. Khususnya setelah Israel menjadi negara penjajah Palestina tahun1948 bahkan ketamakannya meruyak ke negara-negara tetangga seperti LibanonSuriah dan Mesir.
Sultan Abdul Hamid II
Sejarah mencatat Sultan AbdulHamid II menentang Deklarasi ini dan berdiri melawan manuver yahudi ke Palestina.Semua sejarawan dan politikus Palestina sepakat soal itu tegas pejabat mediadi Hamas di Beirut Rafat Murrah. Kepada Anadolu Murrah menyatakan sosokSultan Abdul Hamid II yang satu-satunya menentang dan melawan proyek permukimanzionis.
Meski iming-iming materi yangsangat besar Sultan Abdul Hamid II menolak menjual Palestina atau mengizinkanyahudi pindah ke sana dengan kompensasi hutang negara Otoman dilunasiseluruhnya. Bukan hanya menolak itu namun Sultan juga mengusir Theodore Herzlpendiri gerakan zionisme internasional.
Tahun 1897 pertama kalikonferensi gerakan zionisme internasional (yang memang didirikan di EropaTimur) yang dipimpin Herzl di kota Basel Swiss. Dari sana dimulailah rencanamekanisme menjajah Palestina dan usaha gerakan zionisme Israel mulai pulamencari dukungan untuk menjalankan proyeknya.
Gerakan zionis ini mendapatkandukungan materi dan spirit dari sebagian negara-negara dan pimpinan dunia saatitu kecuali Sultan Abdul Hamid II. Karena itu mulailah dilakukan rencanamenggulingkannya dan menghancurkan imperium Otoman tegas Murrah.
Melawan Deklarasi Janji Balfour
Murrah menyatakan warga Palestinaterus melakukan perlawanan menghadang dan membatalkan deklarasi Inggris(Balfour) ini tanpa menyerah dan bahwa ada harapan tanah air itu kembali kepadapemiliknya.
Tujuan gerakan zionismeinternasional bukan saja menjajah Palestina namun mereka ingin mendirikannegara mereka di negara-negara Afrika seperti Uganda dan Ethiopia karena merekamenolak membaur dengan masyarakat Eropa sebagai pelarian dari gerakan AntiSemit seperti yang diulang-ulang oleh sejarah. Meski gerakan zionis mencarinegara Afrika atau benua lain untuk mendirikan negara mereka namun penglihatanmereka terarah kepada Palestina karena memiliki makna sejarah peradaban danletak geografis penting imbuh Murrah.
Murrah menyatakan kepentinganYahudi juga sama dengan kepentingan Inggris sehingga dipilihlah Palestina sebagainegara mereka.
&ldquoKekuasaan zionis terhadap Palestinamelalui berbagai sisi dan tahap terutama penjajahan Inggris terhadap Palestinauntuk memudahkan jalan menguasai fasilitas-fasilitas ekonomi dan geografis di negeritersebut.&rdquo Tegas Murrah. Dukungan Inggris sejalan dengan ijin bagi yahudi untukmemproduksi senjata dan mengimpornya dari negara-negara Eropa dan lainnyasehingga memiliki kekuatan militer.
Memo Wilayah Utsmaniyah
Di antara yang sedikit yangkeluar dari Palestina karena terpaksa usai Israel menjajah tahun 1948 adalahHaji As&rsquoad Ghausah (85) yang tinggal di kamp pengungsi di selatan Beirut danmasih hidup hingga kini.
Kepada Anadolu Ghausyah&ndash sebagaimana ribuan warga Palestina lainnya &ndash memuji sikap Sultan Abdul HamidII yang melawan dan berusaha sekuat tenaga menghalangi penjajahan Israel ke Palestinanamun ia menyayangkan karena hanya sendirian di tengah ketamakan Arab terhadapjabatan dan harta benda.
Untuk melindungi eksodus yahudike Palestina Sultan Abdul Hamid II mengeluarkan memo undang-undang pada tahun1876 dengan judul &ldquomemo tanah Otoman&rdquo. Dalam memo undang-undang itu sangSultan melarang menjual wilayah Otoman khususnya Palestina kepada Yahudi secarategas dan menyiapkan kesatuan polisi khusus melakukan tugas pengawasan dantindak lanjutnya. Bahkan mereka membatasi waktu-waktu tertentu bagi yahudiuntuk masuk berkunjung ke Palestina.
Kala itu Herzl menilai SultanAbdul Hamid sebagai penghalang besar bagi tujuan-tujuan zionisme di Palestina. Makadalam bidang diplomasi ia memutuskan untuk meyakinkan Sultan Abdul Hamid IIdengan berbagai cara memperoleh negeri di Palestina. Namun sang Sultan masihmenolaknya. (at/pip)