Guru besar ilmu politik AbdusSattar Qasim mengatakan pidato presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas diMajlis Umum PBB pada Rabu (20/9) tidak memberikan hal baru dan hanya mengulangikesalahan-kesalahan sebelumnya.
Qasim menilai pidato Abbashanya merayu (Amerika) dan mencari belas kasihan. Bahkan pidato itu hanya pesankepada Israel secara jelas Abbas ingin mengatakan &ldquokami terlalu lemah untukberbuat sesuatu dan kami ingin ada yang bersimpati&rdquo.
Dalam statemennya kepada PusatInformasi Palestina Qasim menambahkan cara Abbas ini justru meremehkanwibawa dari rakyat Palestina.
Ia menyatakan kesalahan Abbasadalah dia menggunakan istilah &ldquoPalestina bersejarah&rdquo ini kesalahan fatal sebabyang benar adalah &ldquoPalestina mendataris&rdquo. Abbas juga bicara soal 50 tahunpenjajahan Israel atas Palestina yang benar adalah 70 tahun penjajahan sebabdengan begitu Abbas telah melepaskan diri secara penuh dari wilayah Palestina1948.
&ldquoAbbas juga tidak bicara soalhak melawan namun bicara soal undang-undang internasional namun undang-undanginternasional memberikan hak melawan kepada bangsa terjajah&rdquo imbuh Qasim. Abbasingin undan-undang internasional anti terorisme dan bukan undang-undang antipenjajahan padahal Israel itu teroris dan menggunakan kekuatannya terhadapwarga sipil untuk mewujudkan tujuan-tujuan politik itulah definisi terorismemenurut Amerika tegas Qasim.
Menurut Qasim Abbas tidakmemiliki titik kekuatan dan tidak ingin memilikinya memang.
Selain sikap Abbas yangmelepaskan tanah Palestina jajahan tahun 1948 sebagai paling berbahaya takkalah bahayanya juga tidak fokus dengan persoalan pengungsi Palestina kecualihanya menyebut sdikit soal resolusi PBB soal hak kembali.
Abbas juga memuji langkah Hamasmembubarkan komite administratif bentukannya namun ia sendiri tidak memberikanusaha menyukseskan rekonsilisasi dan persatuan Palestina. (at/pip)