Tue 6-May-2025

UNRWA Tutup Satu-satunya Rumah Sakit Miliknya di Tepi Barat

Rabu 16-Agustus-2017

Badan Bantuan dan Pemberdayaan PBBuntuk &nbspPengungsi Palestina (UNRWA)berniat menutup satu-satunya rumah sakit milik lembaga PBB tersebut di TepiBarat yang terletak di kota Qlqilia dan melayani sekitar 750 ribu pengungsiPalestina.

Kecemasan dan pembicaraan mulaimuncul di sana sini akibat langkah yang akan dilakukan lembaga PBB tersebutyang bisa merusak pelayanan kesehatan yang diberikan bagi ribuan pengungsiPalestina di desa-desa dan kota-kota di propinsi Qalqilia secara khusus dan diTepi Barat secara umum.

Kecemasan ini diterjemahkan dalamsebuah aksi unjuk rasa di depan rumah sakit pada hari Sabtu (12/08/2017) lalu. Wargamenyerukan untuk ikut berpartisipasi dalam aksi ini dan menekan UNRWA agartetep membuka rumah sakit tersebut di semua poli yang ada termasuk polikebidanan.

Di tengah kemarahan massakementrian kesehatan turun tangan dan mengecam penutupan rumah sakit yangdilakukan UNRWA. Kementrian meminta agar rumah sakit dibuka kembali segera.

Dalam keterangan yang dirilis padaAhad (13/08/2017) malam kementrian kesehatan mengatakan bahwa rumah sakitUNRWA dibuka di Qalqilia pada tahun 1952 berdasarkan keputusan dari PBB. Menjadikewajiban UNRWA untuk menjaganya tetap beroperasi memberikan layanan mediskepada para pengungsi Palestina sesuai dengan hukum dan keputusan PBB.

Menteri Kesehatan Palestina JawadAwad secara mendesak memanggil direktur medis dan regional UNRWA dari ibukota AmmanYordani dan direncanakan melakukan pertemuan guna membuka kembali semuafasilitas rumah sakit. Karena saat ini hanya bagian gawat darurat saja yangbuka.

Awalnya UNRWA mengambil keputusanmenutup poli kebidanan di rumah sakit miliknya setelah terjadi kasus kematianseorang bayi. UNRWA membentuk tim investigasi dan setelah itu muncul beritapenutupan seluruh rumah sakit dengan dalih kurangnya anggaran dan sedikitnyajumlah para penerima manfaat.

Jurubicara UNRWA mengatakan bahwakeputusan ini bukan penutupan poli kebidahan namun penangguhan layanan sampaiselesai investigasi internal tentang kematian seorang bacoh di rumah sakittersebut.

Warga marah merespon argumen danklaim pihak UNRWA tersebut. Mereka mengatakan bahwa argumen dan klaim tersebuthanya upaya untuk melarikan diri UNRWA dari tanggung jawab terhadap parapengungsi menyusul pengurangan layanan-layanan yang ada.

Mereka menilai kasus kematian bocahdi rumah sakit bisa terjadi di semua rumah sakit di dunia dan bukan alasanuntuk mengambil penutupan rumah sakit. Warga merasa kaget dengan keputusan inikarena merukan satu-satunya rumah sakit yang memberikan layanan kesehatankepada para pengungsi Palestina di Tepi Barat.

Sementara itu para pengawai danpejabat UNRWA menolak berbicara tentang masalah penutupan rumah sakit ini. Sebagianhanya mengungkapkan empatinya kepada warga dan menolak penutupan. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied