Anggota biro politik HamasShalah Bardawel mengatakan gerakannya setuju atas inisiatif Qatar untukrekonsiliasi Palestina namun pihak presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbasmencampakkannya.
Bardawel menjelaskan dalampertemuan persnya dengan sejumlah pengamat dan kolumnis di Gaza hari ini Selasa(25/4) bahwa tindakan Abbas terhadap Gaza merupakan tekanan politik paksa.
Bardawel menyampaikankeanehannya terhadap bahasa Abbas terhadap Jalur Gaza dan ketidaksetujuannyadengan inisiatif Qatar. Hamas sendiri sudah setuju dengan inisiatif Qatar.
Hamas sendiri tidak akan tundukkepada tekanan Abbas dan akan meminta kepada semua pihak untuk bertanggunjawabdan tidak mempermainkan hak rakyat Palestina. Rakyat Palestina memilikibargaining dalam menentukan sikapnya.
Hamas juga sudah bertemu dengansemua kekuatan Palestina lainnya untuk membahas perkembangan politik dantekanan prsiden Abbas terhadap Jalur Gaza.
Soal syarat yang diajukan Abbasagar Hamas memberikan kesempatan kepada pemerintah pesatuan Palestina di GazaBardawel menyatakan gerkaannya siap agar pemerintah tersebut bekerja danmenjalankan tugasnya di Jalur Gaza dan membubarkan Tim Pemerintah bentukanHamas secara langsung.
Soal Abbas ke WashingtonBardawel menyatakan agaknya Abbas melupakan infiltasi penjajah Israel yangmassif membangun permukiman di Tepi Barat dan pergi ke Amerika. Trump sendiritidak memiliki visi yang utuh terhadap persoalan Palestina kecuali hanyamenyerukan konferensi regional yang akan menghadirkan sebagian negara-negaraArab dan Israel serta presiden Palestina.
Tidak akan ada negara Palestinasebab yang diusulkan Amerika adalah menghilangkan isu Palestina. &ldquoSeharusnyapresiden Abbas menghimpun kekuatan-kekuatan aktiv di Palestina danmempersiapkan masa depan.&rdquo (at/pip)