Ir. Ehab Al-Ghasin anggotaInisiatif Nasional Anti Blokade dan Rekontruksi menyatakan Jalur Gaza saat iniberada dalam fase blokade paling keras yang memasuki tahun ke-11 berturut-turutyang melibatkan banyak pihak dalam memblokadenya terutama pihak penjajahIsrael dan Otoritas Palestina pimpinan Mahmud Abbas.
Dalam keterangan persnyakemarin (13/4) Al-Ghasin menegaskan permainan kotor blokade Israel terhadapJalur Gaza yang melibatkan pemerintah Otoritas Palestina di Ramallah yangsemakin memperkeruh blokade dan kondisi kemanusiaan merupakan tindakan perangamoral terang-terangan.
Al-Ghasin mengaku heran dengancara presiden Mahmud Abbas mengancam akan semakin memperparah krisis di JalurGaza terutama krisis listrik dan pemutusan gaji serta menghentikan jatahbantuan bulanan kepada keluarga syuhada dan korban luka serta tawanan.
Al-Ghasin meminta agar politiktidak bertanggungjawab Mahmud Abbas itu segera dihentikan dan segera kembalikepada barisan Palestina daripada berpihak kepada Israel. Sampai kini Abbasmasih mempolitisasi semua masalah terkait Jalur Gaza dari listrik hingga gajipegawai yang dianggap sebagai bentuk sanksi hukuman tidak manusiawi terhadap wargadi Jalur Gaza.
Al-Ghasin menyebut pimpinanOtoritas Palestina di Ramallah hanya memanfaatkan masalah kemanusiaan di JalurGaza dan kebutuhan manusia di sana untuk mencari tujuan tidak mulia.
Karena itu dunia Arab danIslam dituntut mengambil langkah darurat menghentikan langkah otoritasPalestina di Ramallah dan presidennnya Mahmud Abbas terhadap Jalur Gaza danmenjamin penghentian krisis di sana seperti listrik pemotongan gaji danpenghentikan jatah bantuan untuk fakir miskin dan keluarga syuhada.
Al-Ghasin menyatakan BadanInisiatif Nasional Anti Blokade dan Rekontruksi pada 22 April ini yangmerupakan kampanye &ldquoHari Dunia Membela Gaza&rdquo gelaran konferensi nasionalberlevel besar yang menghimpun seluruh kelompok rakyat Palestina untuk bersatumenggadapi politik blokade Jalur Gaza.
Mereka bertekad tidak akantinggal diam menghadapi blokade ini dan akan menghentikan usaha semakinmemperparah krisis di Jalur Gaza. (at/pip)
