Paraulama dan akademisi memperingatkan dampak dari keputusan yang akan dilakukanAmerika untuk memindahkan kedubes Amerika dari Tel Aviv ke Jerusalem (al-Quds).Mereka menegaskan bahwa pemindahan itu dalam konteks untuk melakukan yahudisasikota suci al-Quds.
Pandangantersebut ditegaskan para ulama dan akademisi dalam seminar di kota Gaza Senin(30/1/2017) dengan tema &ldquoBahaya dan Tantangan yang Dihadapi Kota Suci al-Quds&rdquo.Mereka menegaskan pentingnya melawan upaya-upaya penjajah Zionis untuk merubahdemografi Kota Tua di al-Quds.
MantanMenteri Yusuf Salamah mengatakan bahwa al-Quds sedang mengalami serangan brutalZionis para tokoh agama diburu rumah-rumah Islam dihancurkan dan warga kotadikenakan pajak tinggi.
Dia menambahkanbahwa toko-toko mengalami penutupan para pemiliknya diburu dan dikejar-kejar danpara pemuda kota dipaksa keluar dari rumah dan kota mereka di tengah-tengahberlanjutnya pembangunan dan perluasan permukiman Yahudi.
Dia menjelaskanbahwa tempat-tempat suci Islam mengalami Yahudisasi melalui pembangunan ratusanpermukiman Yahudi berlanjutnya legalisasi permukiman-permukiman Yahudi yangberpacu dengan waktu dalam upaya untuk mengokohkan kontrol penjajah Zionis padakota al-Quds dan menciptakan perubahan demografi di Kota Tua untuk memisahkankota antara sisi timur dan barat.
Sementaraitu profesor sejatah dari Universitas al-Azhar Gaza mengatakan bahwa pemindahankedubes Amerika ke al-Quds bukanlah tugas yang mudah bagi sejumlah pertimbanganpolitik keamanan dan ekonomi. Amerika digih pada kepentingannya. Keputusan initidaklah mudah untuk dilaksanakan karena ia merupakan keputusan otokratis.
AkademisiPalestina ini menyetukan pentingnya menghadang serangan Zionis dan prosespemindahan kedubes ini melalui persatuan nasional bahu-membahu dan kerjasamadengan semua negara Arab dan Islam di samping ke lembaga-lembagainternasional.
KhatibMasjid al-Aqsha Syaikh Ikrimah Shabri mengatakan bahwa al-Quds sedang mengalamirealita yang sulit. Otoritas penjajah Zionis mencengkeramkan tangannya ke kotaal-Quds dan mendudukinya secara agresif. Dia menyatakan penjajah Zionismengerahkan upaya untuk merubah realitas di masjid al-Aqsha dan menciptakanperubahan demografi di kota al-Quds.
Shabrimenegaskan bahwa apa yang dilakukan otoritas penjajah Zionis merukan tindakanilegal dan tidak manusiawi. Karena masjid al-Aqsha adalah bagian dari akidahumat Islam.
Profesorsejarah modern dan kontemporer di Universits al-Aqsha di Gaza Khaled Shafimemaparkan resolusi DK PBB nomor 242 250 25i dan 252 serta resolusi lainnomor 267 dan 271 kemudian resolusi Majlis Umum PBB nomor 181 dan 194 yangmenegaskan bahwa al-Quds di bawah pendudukan. Dia menjelaskan bahwa hukuminternasional menjamin perlawanan dengan segala bentuknya untuk melawanpenjajah Zionis.
Sementaraitu Sekjen Badan Tinggi Islam dan Kristen di al-Quds Hana Isa menegaskanbahwa kota al-Quds sedang mengalami agresi Zionis secara sistematis sejak kotatersebut diduduki penjajah Zionis. Mulai dari penghancuran rumah pengusiranwarga al-Quds pencabutan identitas warga dan pemberlakuan pajak tinggitekanan pada pedagang. Sebaliknya pihak Zionis terus mendirikan puluhan ribuunit permukiman Yahudi untuk merubah petunjuk-petunjuk kota al-Quds. (was/pip)