BadanBantuan dan Pemberdayaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menegaskan bahwapihaknya terpaksa menggunakan energi alternatif di tengah-tengah krisis listrikyang terjadi di Jalur Gaza.
Dalamketerangan yang dirilis hari Ahad (2/1/2017) UNRWA mengatakan bahwa ditengah-tengah krisis listrik yang terjadi pihaknya masih sangat bergantung padasumber energi alternatif untuk menyediakan pelayanan berkualitas untuk parapengungsi Palestina di Jalur Gaza.
UNRWAmenjelaskan bahwa lembaga merupakan komsumen besar listrik. Di Jalur GazaUNRWA memiliki lebih dari 250 fasilitas yang terdiri dari 22 pusat kesehatan156 gedung sekolah untuk 262 sekolah.
Saatini UNRWA lebih benyak bergantung kepada sumber energi alternatif untukmenyediakan sumber kelangsungan listrik pada jam-jam arus listrik terputusuntuk menghindari dampak negatif pelayanan.
Sumber-sumberenergi ini juga digunakan untuk mengoperasikan sumur-sumur air yang dikelolaUNRWA di kamp-kamp pengungsi guna menyediakan kecukupan air untuk parapengungsi.
Padatahun 2015 UNRWA sudah mulai menggunakan energi matahari untuk menyediakanlistrik di fasiltias-fasilitas yang dimilikinya dan bisa mencukup 80 sekolahdan 3 pusat kesehatan. Untuk kondisi darurat UNRWA menambah kemampuanpenyediaan listrik untuk 50 sekolah untuk penampungan dalam kondisi darurat.
Pemanfaatansumber energi alternatif ini sudah mulai dilakukan UNRWA sejak terjadi krisislistrik di Jalur Gaza pada tahun 2006. Diharapkan warga Jalur Gaza bisamenggunakan sumber-sumber alternatif ini guna mencukupi kebutuhan listrikmereka. (was/pip)