Kepala Biro Politik Hamas Khalid Misy&rsquoal menegaskanpihaknya komitmen agar Palestina menjadi isu sentral umat namun apa yangterjadi di Alepo membuat umat tersakiti karena darah dan pembunuhan warga sipildi sana dilakukan demikian massif.
Dalam acara wawancaranya dengan TV Aljazeera kemarin Kamis(8/12) bahwa Hamas hidup di Suriah selama 11 tahun dan ditampung pemerintah danrakyat namun ketika terjadi krisis Suriah Hamas berusaha menghindar danberusaha mencari solusi atas krisis tersebut jauh dari kekerasan dan perpecahantanpa berpihak.
Namun ketika salah satu pihak di Suriah meminta agar Hamasberpihak kepada salah satu maka Hamas keluar dari Suriah.
Bagaimana hubungan dengan Iran? Hamas menyatakan pihaknyaingin memiliki hubungan berimbang dan multiteral dengan negara-negara kawasan Arabseluruhnya serta tidka ingin merugikan satu negara atau berpihak kepada salahsatu negara dengan mengorbankan orang lain. Sebab Hamas ingin dukungan senjatadan dana untuk melawan Israel penjajah dan membebaskan Palestina.
&ldquoKami berbeda dengan Iran soal sikap terhadap Arab Springdan Revolusi Suriah namun kami memenej hubungan dengan negara-negara sesuaidengan kebutuhan kami tanpa kami setuju dengan agenda dalam dan luar negeritersebut. Kami ketika mengetuk pintu seluruhnya.&rdquo Tegas Misy&rsquoal.
Strategi Hamas
Menurut Misy&rsquoal Hamas belum berubah dan berusahamengembangkan sarana dan mekanisme untuk mewujudkan proyeknya setelah 30 tahunberdiri.
Bagi Misy&rsquoal berkurangnya perlawanan di Palestina karenasejumlah hal kekerasan Israel dan arogansinya konspirasi di kawasan regionaldan internasional perpecahan politik Palestina terkait proyek perlawanan danperundingan namun Hamas masih yakin dengan kebebasan seluruh Palestina danbahwa jihad dan perlawanan adalah solusi satu-satunya cara mengusir penjajahIsrael dari Palestina. (at/pip)