Barangkali ada yang keberatan jika dikatakan bahwa permukimanYahudi telah mengakhiri mimpi negara merdeka secara final. Keberatan karenamemang benar-benar kehilangan harapan akan negara Palestina yangdiidam-idamkan.
Ingatkah kalian janji mendiringkan negara Palestina di awalKesepakatan Oslo 23 tahun lalu? Dan bahwa Tepi Barat akan berubah menjadiSingapura Arab? Namun tiba-tiba Tepi Barat berubah menjadi hutan bagipermukiman Yahudi jalan pintas tugu-tugu militer pengawas kamera CCTV barakmiliter dimana menjadi target penggusuran penangkapan dan penyitaan setiapjam dan setiap waktu.
Mungkin ada yang membantah bahwa statemen di atas menumpulkantekad alih-alih mengasah asa dan cita-cita dan kerja serta usaha mendirikannegara Palestina. Namun lihatlah Tepi Barat dan Al-Quds (yang dijajah Israel tahun1967) 60% lebih wilayah Al-Quds dikuasai oleh warga pemukim Yahudi 70% dariwilayah Salfit dalam kekuasaan pemukim Yahudi Tepi Barat berubah menjadi 4kantung terpisah-pisah akibat permukiman yahudi.
Kebohongan-kebohongan Lierberman dab Netanyahu tidak akanmeyakinkan siapapun bahwa yahudi berhak membangun permukiman di wilayah yangmereka anggap bagian dari tanah Israel yang ditegaskan dalam Taurat dengansebutan Jodia dan Samira. Mereka berusaha kembali ke sejarah untuk membenarkanpenjajahan mereka terhadap Palestina. Keputusan UNESCO terakhir telahmembongkar kedok kebohongan mereka dengan terang benderngan. Inilah yangmembuat Netanyahu murka karena ingin melakukan penjajahan dengan harga murahyang didukung oleh resolusi dan keputusan dunia internasional.
Sudah menjadi rutinitas media massa Israel menyebar beritabaru penggusuran-penggusuran baru di seluruh wilayah Tepi Barat dengan alasandarurat keamanan atau karena itu tanah negara atau tanah yang dijual semuanyaadalah alasan batil yang tidak diakui oleh hukum internasional.
Permukiman Yahudi telah menghabiskan energi dan menghabisiseluruh sendi-sendi kehidupan di Tepi Barat menghancurkan pertanian Palestinaekonomi keamanan dan kebabasan. Yang tersisa hanya buruh Palestina yangbekerja di permukiman-permukiman atau di wilayah Palestina jajahan Israel tahun1948. Israel ingin Palestina menjadi budak namun dengan model lebih modern.
Keputusan UNESCO tak akan menyurutkan Netanyahu menggusurlebih banyak tanah Palestina dan memperluas permukiman. Sebab resolusi itubiasa tidak diikuti oleh realisasi yang jelas yang bisa menekan dan menghardikserta menakuti Israel. Bahkan terkadang tidak akan ditindak lanjuti oleh pihak Palestinaresmi dan Arab sebagaimana keputusan Mahkamah Den Haag terkait tembok rasial Israelsebagai tembok rasis yang harus dihilangkan.
Pembangunan permukiman yahudi di Palestina yang terus berlanjutadalah deklarasi perang terhadap undang-undang internasional. Mengurang habisSDA dan SDM bangsa Palestina menciptakan status quo baru yang berpihak kepada Israel.
Hukum internasional menjelaskan wilayah Palestina yang dijajahtahun 1967 adalah tanah jajahan yang tidak boleh dibangun permukiman yahudi disana. Ini yang tidak diakui Israel secara resmi karena menggunakan logikakekuatan dan terorisme. masyarakat internasional tidak menekan dan tidakmenjalankan kewajibannya yang riil memaksa Israel menghentikan permukimankecuali hanya melalui resolusi formalitas untuk menghindar dari kecaman dariArab Palestina dan negara-negara Islam.
Di tengah tindakan Israel penjajah mengingkari hak-hak Palestinamaka tidak layak mengadopsi program dan metode dimana waktu telah membuktikan bahwaitu tidak efektif dalam bertindak dan berinteraksi kepada Israel. Harus adajalan dan program lain yang lebih modern dan kuat serta &ldquomenyakitkan&rdquo Israel. Jikatidak maka usaha Palestina hanya sia-sia.
Benar besok akan hilang permukiman dan penjajahan Israel yangkejam. Ini logika dan hukum sejarah. Namun hingga waktu itu terwujud semuaenergi kreatif harus dikerahkan untuk meraih kemerdekaan itu. Perbedaan tidakprinsip tentu harus dikesampingkan oleh Palestina. Sebab masalah utamanyaadalah di penjajah. (at/pip)