Lembaga HAM Arab diInggris (Arab Organization of Human Rigtht AOHR) mengecam prosedursewenang-wenang otoritas keamanan Mesir yang bertanggungjawab atas perlintasanRafah di perbatasan yang menghalangi hak-hak warga Palestina yang inginmelintas ke wilayah Mesir atau sebalinya. Terutama warga yang ingin pulang keJalur Gaza berhaji umrah belajar berobat atau kebutuhan lainnya.
AOHR mengatakan hari iniRabu (7/9) pihak otoritas Mesir membuka perlintasan untuk lalu lintas jamaahhaji Palestina menunaikan haji untuk hari Selasa Rabu dan Kamis pada pekanlalu serta Senin ini. Sebanyak 3000 jamaah haji melintas. Sementara hari Sabtudan Ahad khusus untuk mereka yang tertahan dari dua arah. Sebanyak 1000 musafirmelintas perlintasa menuju wilayah Mesir dan menghalangi sekitar 100 musafirbalik ke Jalur Gaza.
AOHR menjelaskan pihakperlintasan di sisi Mesir mengalami sesak dan penuh serta buruknya pelayanan.Mereka akhirnya harus berdiri di bawah terik matahari selama berjam-jam didepan gerbang perlintasan menunggu persetujuan pemerintah Mesir membukanya.Sebagian paspor mahasiswa ditolak. Bahkan warga yang sakit juga menjadi korbanpenolakan.
Bahkan pasukan Mesirmengintimidasi warga dengan tembakan ke udara. Kemarin bahkan ada kasusmelahirnya di perlintasan akibat menunggu terlalu lama menuju Jalur Gaza.
Parahnya ada oknum darikomandanan keamanan Mesir meminta dana senilia 3000 USD minimal untuk satuorang demi memperoleh kemudahan melintas.
Jumlah pendaftar yangmelintas di Rafah di departemen dalam negeri Palestina di Gaza lebih dari 30ribu orang. Namun hanya diizinkan hanya 1000 orang saja. Sejak awal tahun ini2016 hanya 17 hari saja perlintasan dibuka.
AOHR menilai tindakankesewenang-wenangan Mesir ini membuktikan bahwa mereka ikut terlibat denganIsrael dalam menerapkan blokade yang menimbulkan kerugian parah di Jalur Gaza.