Tue 6-May-2025

Khaled Meshaal: Gencatan Senjata Harus dalam Frame Kepentingan Nasional

Minggu 23-Agustus-2015

Infopalestina: Kepala Biro Politik Hamas Khaleed Meshaal mengatakan ada lima persoalan dan problem terkait Gaza yang harus diselesaikan agar bisa terwujud gencatan senjata dengan penjajah Israel. Namun pada saat yang sama Gaza dan Tepi Barat adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan dari sistem perpolitikan Palestina. Karena itu solusi yang ditawarkan harus dalam lingkup kepentingan nasional Palestina dan melibatkan seluruh elemen dan kelompok di Palestina.

Dalam wawancara panjang yang dilansir oleh koran Al-Arabi Jadid Meshaal menegaskan bola saat ini berada di tangan Israel. Sejak tahun lalu penegasan soal gencatan senjata sudah disampaikan. Namun warga Jalur Gaza tidak adem ayem. Sebab mereka mengalami proses “kematian secara perlahan” akibat tindakan blokade Israel dan berlanjutnya kekerasan Israel di Tepi Barat.

Berikut sebagian petikan wawancaranya:

Kita ingin memulai wawancaranya ini dengan pembicaraan gencatan senjata di Jalur Gaza. Belakangan ini ada pembicaraan soal pertemuan antara Anda dengan mediator PBB Tony Blair. Anda yang maju untuk membahasnya. Ada bocoran soal kesepakatan yang dicapai. Bagaimana komentar Anda?

Jalur Gaza saat ini masih mendapatkan sanksi termasuk seluruh bangsa Palestina selama 9 tahun terakhir hanya karena mereka memilih Hamas dalam pemilu terakhir 2006. Padahal mereka menjalankan hak demokrasinya. Mereka mendapatkan sanksi ini karena Jalur Gaza menjadi benteng perlawanan dan membalas agresi Israel berkali-kali.

Jalur Gaza diberi sanksi dengan blokade pemiskinan dan isolasi dari dunia dengan menutup seluruh perlintasan (cek poin)nya. Kemudian setelah diluluh lantakan Israel dengan agresinya Jalur Gaza kini harus mengalami penundaan proses pemulihan dan rekontruksi. Berbagai persoalan dan problematika di Jalur Gaza terus terjadi tanpa henti.

Pasca agresi Jalur Gaza menunggu inisiatif dunia internasional dan Otoritas Palestina pemerintah Dr. Rami Hamdallah pemerintah persatuan dan tetangga kami negara-negara Arab dan semua pihak untuk menyelesaikan problema Jalur Gaza. Namun tak ada hasilnya. Kecuali hanya inisiatif dari sejumlah pihak terutama dari saudara kami di Qatar dan Turki. Sebuah inisiatif dan prakarsa yang patut disyukuri dan diacungi jempol. Namun sayang ada kelalaian dari pemerintah resmi Palestina dari pemerintah Arab dan dunia internasional dalam menyelesaikan masalah di Jalur Gaza.

Kami di Hamas sangat konsen dengan kepentingan bangsa Palestina yang besar ini. Di Gaza Tepi Barat Palestina 48 dan wilayah diaspora lainnya di dunia. Ini adalah satu bangsa integral dengan satu tanah air. Kami tidak akan terima jika Gaza ditinggalkan dan ditenggelamkan dalam krisis-krisisnya.

Kami sangat berterimakasih atas prakarsa sebagain pihak Arab dan dunia Islam meski lamban. Swis ikut dalam menyelesaikan persoalan gaji pegawai pemerintah Palestina yang ada di Jalur Gaza yang jumlahnya 50 ribu pegawai yang mengurusi wilayah itu pada situasi sangat sulit yang menanggung seperlima dari penduduk Gaza. Otoritas Palestina tidak mampu menyelesaikan persoalan mereka. Meski dengan berbagai syarat yang dibuat Swis dalam persoalan ini tetap tidak sepenuhnya tercover.

Ada prakarsa dari Norwegia soal rekontruksi Jalur Gaza namun lamban dan masih dalam tataran teoritis. Juga ada inisiatif dari delegasi PBB Nicolla Maladinov Robert Serei dan Tony Blair yang sudah berkomunikasi dan bertemu kami. Inisiatif itu semuanya berkomunikasi dengan kami.

Sebagian mereka berkunjung ke Jalur Gaza atau bertemu dengan kami di luar negeri yang bertujuan membahas mekanisme menyelesaikan persoalan Jalur Gaza. Sebagian mereka menggagas soal gencatan senjata atau rekontruksi. Kami di Hamas menyampaikan secara ringkas persoalan Gaza harus diselesaikan.

Ada lima persoalan pertama rekontruksi Gaza yang disegerakan. Kedua blokade harus diakhiri dan perlintasan Jalur Gaza harus dibuka. Ketiga persoalan 50.000 pegawai pemerintah Palestina di Jalur Gaza harus diselesaikan. Keempat harus ada pelabuhan dan bandara Jalur Gaza sehingga terbuka dengan dunia. Bukan hanya bersambung dengan wilayah Tepi Barat namun Jalur Gaza tidak boleh menjadi penjara besar. Kelima infra struktur air listrik jalan-jalan saluran air dan sanitasi dan infrastruktur lainnya harus diselesaikan.

Kami katakan jika persoalan itu diselesaikan maka itu menjadi miliu alami untuk mewujudkan gencatan senjata yang sudah dibahas dan digagas sejak tahun lalu saat usai agresi Israel ke Jalur Gaza.
Kami sudah sampaikan sikap kami. Namun seharusnya mereka juga melihat bagaimana sikap Israel yang memblokade Jalur Gaza. Juga Mesir yang bertetangga dengan Jalur Gaza serta sikap Otoritas Palestina sebab ini yang mengendalikan dan mengatur kehidupan warga Palestina secara resmi. Perhatian juga sikap Arab Eropa dan Amerika. Artinya kami ingin masalah Jalur Gaza ini diselesikan.

Sayangnya ada yang menuduh kami ingin menjadikan Gaza sebagai negara kecil dan melepaskan dari Tepi Barat. Kami tegaskan Jalur Gaza dan Tepi Barat satu kesatuan. Kami bagian dari sistem perpolitikan Palestina. kami ingin solusi harus dalam frame nasional dan melibatkan semua pihak. Hamas tidak ingin menyaingi siapapun dan tidak ingin menjadi pengganti otoritas pengganti. Kami sudah lama ingin rekonsiliasi dan ada lima poin kesepakatan rekonsliasi yang masih mandek. Kami ingin pemilu ingin ada kebebasan umum dan rekonsiliasi social.

Kami ingin dewan legislative diberikan wewenang sebagaimana mestinya. Kami ingin partisipasi dalam hal politik ekonomi militer demokrasi dan kotak suara. Kita berperang melawan Israel bersama berpolitik bersama mengambil keputusan bersama.

Kami sudah memahami lima hal terkait gencatan senjata. Sekarang apa yang disampaikan oleh Tony Blair?

Blair dan lainnya awalnya menggagas masa tenang beberapa tahun atau gencatan senjata. Jawab kami “Kami tidak butuh gencatan senjata. Kami butuh istilah baru. Dalam perang terakhir kami membalas serangan Israel dengan kuat. Kemudian terjadi gencatan senjata dengan mediator Mesir. Namun Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata berkali-kali. Kemudian membiarkan Jalur Gaza dalam krisis di berbagai bidang dan membiarkan dalam kondisi terblokade dan diperparah dengan tak adanya rekontruksi. Situasi ini bisa menciptakan ledakan. Karena itu sejumlah pihak takut Jalur Gaza “bom waktu yang siap meledak”.

Namun sejumlah pihak rupanya ingin Jalur Gaza menjadi bom bagi Hamas. Namun Hamas tetap tegar dan menjadi pemangku rakyat dan perlawanan. Sebaliknya Jalur Gaza akan menjadi bom bagi Israel.

Padahal kami tidak ingin ada peperangan. Meski perlawanan akan tetap tegar melawan Israel dan aksi ekspandi pemukiman Yahudi. Ada kemarahan akibat mengabaikan Jalur Gaza.

Karena itu sejumlah inisiatif sebagai usaha meredam situasi itu agar Jalur Gaza tidak menjadi bom dan menciptakan perang baru.

Perang terbiasa dilakukan Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat ekspansi pemukiman pembakaran terhadap bayi yahudisasi Al-Quds masjid Al-Aqsha penangkapan tawanan menderita di penjara pengusiran warga Al-Quds dan penderitaan lainnya di alami pengungsi Palestina di luar negeri. Sekarang pertanyaannya “bagaimana menyelesaikan maslaah Jalur Gaza?”

Kami terbuka akan hal ini dengan semua upaya penyelesaian. Kami terbuka dengan Arab negara Islam internasional. (at/infopalestina.com)

Tautan Pendek:

Copied