Tue 6-May-2025

Pembebasan Al-Quds Menunggu Jatuhnya Rezim-rezim Kawasan Timur Tengah

Kamis 27-Juni-2013

Dr. Abdul Fattah Al-Uwaisi adalah guru besar hubungan internasional dan pendiri “Taman Pendidikan Baitul Maqdis”. Menggondol gelar doctor di Universitas Exer Inggris tahun 1986. Dosen di Univeritas Al-Khalil (Hebron) dan mendirikan program Perbendaharaan Masjid Al-Aqsha. Beliau menyampaikan kajian-kajian di Masjid Al-Aqsha dengan materi “Baitul Maqdis Sepanjang Sejarah”.

Dr. Al-Uwaisi pernah diasingkan ke Maraj Zohour Libanon tahun 1992 bersama 415 tokoh Hamas dan Jihad Islami. Di sana beliau mendirikan sekolah Ibnu Taimiyah khusus mereka yang diasingkan. Sekarang ia mengajar dan melakukan riset di Inggris. Ia mengarang sejumlah buku penting.

Menurutnya pembebasan Al-Quds dari penjajahan zionis akan terwujud bila rezim-rezim di sekiling Palestina terutama rezim Suriah. ia optimis Arab Sping adalah awal pembebasan Palestina dan masalah Suriah memiliki peran dalam hal ini.

“Saya berharap pada generasi saat ini menyiapkan diri memberikan peran dalam pembebasan ke depan melalui tekad tulus dalam studi dan pengetahuan bukan hanya peran emosional. Beralih dari peran emosional kepada kesadaran pengetahuan peradaban sehingga perjuangan membebaskan Masjid Al-Aqsha dan Al-Quds menjadi sempurna.” Tegas Al-Uwaisi.

Ia menegaskan umat Islam saat ini melalui fase gerakan alami membebaskan diri dari otoriter dan pengambaan. Hal ini akan membutuhkan beberapa tahun. Pada kondisi seperti ini bangsa Palestina akan semakin bertambah bebannya karena ia menjadi ujung tombak konflik. Ada empat negara yang menjadi poros pembebasan Baitul Maqdis ke depan Mesir negeri-negeri Syam Irak dan Turki.

Soal Suriah yang mungkin akan menjadi penyebab mundurnya pembebasan selama mengalami krisis Dr. Uwais mengatakan lamanya waktu krisis saudara-saudara kita di Suriah melakukan persiapan yang dibutuhkan untuk bisa membebaskan.

Palestina selama ini melalui sejumlah Nakbah namun tersirat pelajaran penting yang perlu difikirkan:

Nakbah Pertama Nakbah tahun 1917 ketika Inggris mengumumkan janji Balfour mendirikan negara nasional Yahudi di Palestina. Itu sudah disiapkan Inggris sejak 1840. Setelah dipisahkan dari negeri Syam Palestina dijajah Inggris dan Perancis menjajah Syam.

Nakbah Kedua tahun 1948 30 tahun dari Nakbah pertama ketika negara zionis ‘Israel’ didirikan setelah 30 tahun perangkat dan fasilitasnya disiapkan Inggris. PBB akhirnya mengelurkan resolusi pembagian wilayah Palestina. ¾ wilayah Palestina atau 20.700 km2 (77%) dan 854% wilayah Al-Quds berstatus terjajah. Dari sinilah muncul masalah pengungsi Palestina yang diaspora.

Nakbah ketiga tahun 1967 20 tahun setelah Nakbah kedua dan 50 tahun setelah Nakbah pertama. Ketika zionis menjajah penuh wilayah Palestina termasuk Baitul Maqdis yang tersisa (146%) disamping gurun Sinai kepulaian Shanvir dan Thiran (Saudi) dan Golan (Suriah).

Nakbah pertama adalah penjajahan kaum Salib ke Arab Islam membagi negeri Syam dan dipisah-pisahkan dan dibagi-bagi dengan negara-negara Salib untuk menciptakan “pembatas manusia (yahudi) yang asing”. 30 tahun kemudian penjajahan zionis dan 20 tahun kemudian ekspansi penjajahan zionis.

Antara Nakbah pertama dan ketiga ada setengah abad 50 tahun (30+20).

20 tahun setelah Nakbah ketiga kita mulai “menghitung mundur” akhir proyek zionis di kawasan setelah meletus Intifadhah Palestina Pertama 1987 dan kembalinya ruh Islam di relung bangsa Palestina yang sabar dan terus berjihad. Saat itu Gerakan Perlawanan Islam “Hamas” dibentuk. Dengan pengorbanan dan perjuangan di bidang sosial dakwah militer dan politik Hamas terus naik popularitasnya dan perannya di Palestina. Ia menjadi ujung tombak perlawanan Palestina terhadap penjajah. Setelah 20 tahun lahir Hamas kini kebangkitan dan perubahan semakin muncul di kawasan Arab dan negeri-negeri Islam.

Apakah setelah 30 tahun meletusnya Intifadhah Mubarakah (1987) atau 50 tahun setelah Nakbah Ketiga (1967) atau 100 tahun setelah Nakbah Pertama (1917) puncak proyek Salibis kolonialisme barat di kawasan Arab sudah sempurna yang berujung kepada negara zionis.

Apakah di tahun 2017/2018 kita akan menyaksikan peristiwa besar yang akan menjadi awal “gempa mendatang”.

Soal Suriah Dr. Uwais menegaskan zionis Amerika dan kelompok Eropa di satu sisi dan Iran Rusia dan Cina di sisi lain memiliki kepentingan bersama agar rezim Asad bertahan di Suriah meski kepentingannya berbeda. Itulah yang menyebabkan krisis menjadi lama. Mereka semua ingin meluluh-lantakkan Suriah. Jika krisis berakhir rezim hilang dan pasti akan hilang Suriah akan membangun kembali. Setelah itu Suriah akan memiliki peran terpenting dalam pembebasan mendatang. Lamanya krisis ini akan dimanfaatkan para pejuang di Suriah untuk menyiapkan diri untuk membebaskan Baitul Maqdis dan Palestina dengan izin Allah. (bsyr)

Tautan Pendek:

Copied