Gaza – PIP: Ketua Departemen Urusan Pengungsi di gerakan Hamas Dr. Isham Udwan menegaskan pentingnya mengefektifkan isu pengungsi Palestina dan hak kembali ke wilayah Palestina bersejarah melalui berbagai macam aksi baik di dalam dan luar negeri. Ia juga menyerukan agar memperhatikan peran komunitas-komunitas Arab di negara-negara Eropa untuk membongkar kejahatan penjajah Israel dan mengembalikan hak Palestina kepada pemiliknya.
Udwan menegaskan dalam wawancaranya dengan koresponden PIP di Gaza bahwa bangsa Palestina sepakat soal hak kembali mereka dan ada usaha melalaikan akan hak kembali itu melalui perundingan sia-sia dengan penjajah Israel.
Kepala Departemen Pengungsi di Hamas ini menegaskan bahwa gerakannya memiliki sikap-sikap politik resmi yang berjuang demi kepentingan pengungsi Palestina. Penegasan Hamas “kami tidak mengakui Israel” menegaskan bahwa Hamas tidak mengakui perampasan hak Palestina.
Berikut petikan wawanaranya:
Setelah 65 tahun Prahara “Nakbah” pendapat Anda apakah Palestina akan melupakan tanah air mereka?
Sudah pasti tidak. Mereka tidak akan melupakan tanah air mereka dan saksi-saksi hal itu sangat banyak perayaan mengenang “Nakbah” tahunan nama-nama kota Palestina yang disematkan kepada sekolah-sekolah aula pusat-pusat studi lembaga dan lain-lain. Ada sebagian lembaga bernama Beisan Yafa Haifa yang merupakan kota-kota Palestina yang dirampas Israel. Nama-nama itu masih menyatu dalam ingatan warga Palestina sepanjang waktu. Demikian juga dengan nama-nama kota yang disematkan kepada anak-anak laki-laki dan perempuan. Semua itu menandakan bahwa Palestina memperingati Nakbah dan itu bukan perayaan “kegembiraan” namun peringatakan kesedihan dan tragedi dan prahara. Sudah pasti pula bahwa warga Palestina di Eropa tidak akan melupakan sebab mereka menyelenggarakan konferensi itu setiap tahun yang menghimpun semua warga Palestina di Eropa.
Apa penilaian Anda terhadap dukungan publik Palestina terhadap hak “permanen” kembali warga Palestina?
Kami memastikan dan yakin bahwa bangsa Palestina sepakat soal hak kembali. Namun ada usaha proses pelalaian bagi bangsa Palestina dari hak kembali melalui perundingan sia-sia dengan penjajah Israel. Disamping itu ada sejumlah peristiwa yang memecah perhatian warga Palestina dari tujuan mereka yang utama sebab kejadian-kejadian itu sangat cepat. Namun jika kita lakukan studi soal konsistensi mereka terhadap keputusan hak kembali maka kita akan temukan mereka memegang teguh hak kembali. Kami di Departemen Pengungsi di Hamas melakukan wawancara dengan 100 nenek Palestina yang pernah menyaksikan peristiwa Nakbah. Kita akan menerbitkan wawancara itu dalam buku dalam waktu dekat. Nenek-nenek itu mengatakan semuanya bahwa mereka tidak akan menerima tanah air penangganti dari tanah air Palestina mereka meski negeri pengganti itu baik dan bagus. Mereka semua berpegang teguh dengan hak mereka dan ingin kembali ke tanah air mereka dalam waktu dekat dan tidak ada satupun di antara mereka yang berani melangkahi hak itu.
Apa langkah-langkah yang ditempuh Hamas melalui Departemen Pengungsi soal kasus pengungsi?
Hamas memiliki memiliki sikap-sikap politik resmi yang berjuang demi kepentingan pengungsi Palestina. Penegasan Hamas “kami tidak mengakui Israel” menegaskan bahwa Hamas tidak mengakui perampasan hak Palestina. Hamas berpegang teguh dengan hak kembali. Hamas mengamati perkembangan masalah ini termasuk soal penguasan UNRWA terhadap layanannnya kepada pengungsi Palestina.
Adakah aksi resmi soal isu soal pengungsi dan hak kembali mereka?
Sejak tiga tahun lalu pemerintah Palestina di Gaza menggelar peringatan Nakbah yang diselenggarakan oleh komisi tinggi digelar tiga kali konferensi dan akan digelar konferensi keempat dalam waktu dekat namun belum pasti sebab tersedot dengan aksi mogok makan tawanan Palestina di penjara Israel.
Berapa jumlah pengungsi Palestina di dalam dan luar negeri?
Jumlah warga Gaza 17 juta 12 jutanya adalah pengungsi. Di Tepi Barat ada ada 3 juta warga Palestina pengungsi 700 ribu. Di Jordania ada 45 juta warga Palestina dan 2 jutanya adalah pengungsi dan sisanya dianggap sebagai warga Jordania. Di Libanon ada 430 ribu pengungsi. Di Suriah sekitar 460 ribu pengungsi Palestina di Eropa sekitar 400 ribu pengungsi Palestina di negara-negara Teluk sebanyak 700 ribu disamping yang lainnya tersebar di sejumlah negara lainnya. Itu hanya jumlah perkiraan.
Di tengah tumbuhnya pemukiman Israel apakah itu merupakan eksekusi hak kembali pengungsi Palestina?
Ada beda antara pemukiman di tanah jajahan tahun 1967 dan hak kembali pengungsi ke wilayah yang dijajah Israel tahun 1948. Hak kembali pengungsi akan ke wilayah Palestina Dalam (1948). Ketika kita katakan “tidak mengakui Israel” maka yang kami maksud adalah tidak mengakui kecuali hak Palestina. namun pemukiman sekarang ini mengambil apa yang tersisa dari tanah Palestina atau tanah yang dijajah tahun 1948. Ada 530 desa Palestina yang diusir dari sana warga Palestina yang kini jadi pengungsi dan disanalah Israel tinggal sekarang.
Pendapat Anda apakah ada konsesus Arab soal hak kembali pengungsi Palestina?
Sikap Arab dahulu sejak tahun 50an sangat baik dan berpegang teguh dengan hak kembali dan menolak pemberian kewarganegaraan. Mereka juga memperlakukan pengungsi Palestina dengan baik sebagaimana warga Arab lainnya. Namun sejak prakarsa-prakarsa yang ada soal jumlah pengungsi Palestina dan solusi adil yang disepakati terjadilah penyia-nyiaan terhadap pengungsi Palestina sebab ia menjadi kasus tawar menawar. Para perunding Palestina merundingkan kembalinya pengungsi Palestina yang jumlah 100 ribu. Kemudian jumlah itu berkurang dan berkurang hingga habis. Kami berharap negara-negara revolusi Arab melakukan perubahan mendasar tentang realita isu pengungsi.
Apakah pengungsi Palestina menyadari pentingnya berpegang teguh dengan hak kembali?
Tentu mereka berpegang teguh dengan hak kembali. Namun mereka memiliki perasaan bahwa masalah ini berat. Padahal di tengah perpecahan Palestina yang ada ini. Namun ini masih memungkinkan untuk keluar dari sikap bersatu soal hak kembali. Ini kembali menenangkan pengungsi Palestina dan memberikan harapan besar di masa depan. Kami berharap dari Arab di negara-negara asing untuk bergerak secara lebih besar sebab kinerja mereka lemah. Harus ada efektifitas peran komunitas-komunitas di sana untuk menyampaikan gambaran Palestina kepada bangsa-bangsa dunia yang selama ini mendukung Israel tanpa pemahaman yang jelas. (bsyr)