Nablus – PIP: Eks tawanan dan aktivis urusan tawanan Fuad Al-Khafsy menegaskan bahwa tawanan Palestina di penjara Israel akan menggelar mogok makan terbuka pada 17 April mendatang di hari tawanan Palestina. Al-Khufash memprediksi bahwa aksi mogok makan ini akan menjadi yang terbesar dan paling berhasil dalam sejarah gerakan tawanan Palestina. Jargon yang akan dikumandangkan adalah “Kami akan hidup mulia”. Aksi ini dilakukan untuk menuntut dihentikannya politik isolasi menghentikan semua jenis pemeriksaan yang melecehkan memberikan izin kepada keluarga tawanan untuk mengunjungi mereka terutama tawanan yang berasal dari Jalur Gaza dan menghapus undang-undang “Shalit”.
Dalam wawancaranya dengan Markaz Filisthini Lil’ilam beberapa jam setelah pembebasan dirinya Al-Hufasy meminta adanya dukungan dari masyarakat Palestina. Sebab tawanan tidak akan mampu memenangkan sipir-sipir Israel jika tidak mendapat dukungan dari masyarakat mereka. Ia juga meminta pihak Mesir dan elit Palestina serta pihak-pihak yang meneken perjanjian tersebut agar bertanggungjawab atas kesepakatan tersebut. Terutama kesepakatan soal pengembalian tawanan dari sel ke penjara biasa dan memperbaiki kondisi bagi tawanan.
Berikut petikan wawancaranya:
PIP: Pertama puji syukur kepada Allah atas keselamatan Anda. Bisa anda ceritakan kondisi penjara Israel setelah tindakan pengekangan besar-besaran Israel terhadap tawanan Palestina?
KH: Meski saya sudah bebas namun saya merasa ada berat dalam hati sebab meninggalkan saudara-saudara yang saya cintai. Kami hidup bersama dalam kondisi sulit. Akhirnya kami tinggalkan mereka mengalami penderitaan. Kondisi sekarang di penjara Israel lebih sulit dari yang dibayangkan. Sebab Israel menggunakan cara-cara baru dalam menekan tawanan Palestina. Para tawanan hanya bisa bersabar dan tegar menghadapi semua itu.
Ada sejumlah cara yang ditempuh oleh tawanan menghadapi tindakan Israel adalah aksi mogok makan pada 17 April mendatang. Saya perkirakan aksi ini akan menjadi aksi paling kuat dan paling berhasil dalam sejarah gerakan tawanan Palestina. Dalam aksi mogok makan ini para tawanan dengan jelas akan mendeklarasikan slogan “Kami akan hidup mulia”. Ada sejumlah tuntutan tawanan dihentikannya politik isolasi menghentikan semua jenis pemeriksaan yang melecehkan memberikan izin kepada keluarga tawanan untuk mengunjungi mereka terutama tawanan yang berasal dari Jalur Gaza dan menghapus undang-undang “Shalit”. Untuk itu sudah ditunjuk pimpinan aksi ini terutama Ir. Abbas Sayyid dari Tulkarm yang divonis seumur hidup tawanan Abdun Nasher Isa dari Nablus divonis seumur hidup tawanan Muhammad Shabhah divonis 15 tahun Muhammad Syaritih. Mereka yang akan menggelar mogok makan dan perundingan sudah dimulai untuk menghadang mereka membatalkan rencana itu.
PIP: Namun apa yang seharusnya dilakukan oleh lembaga dan organisasi berbasis rakyat mendukung tawanan sehingga aksi mogok makanan ini berbuah? Ia juga meminta pihak
KH: Aksi ini tidak akan berhasil kecuali dengan dukungan dari masyarakat Palestina. Sebab tawanan tidak akan mampu memenangkan sipir-sipir Israel jika tidak mendapat dukungan dari masyarakat mereka. Sekarang ini ada peran dari lembaga-lembaga media informasi yang memiliki kewajiban membela dan menolong para tawanan. Lembaga HAM juga memiliki peran besar. Dimana mereka harus mengumumkan keberpihakannya terhadap hak Palestina terutama tawanan Palestina. Lembaga HAM juga memiliki peran dalam memperjuangkan hak-hak mereka melalui jalur hukum melawan politik penangkapan administratif isolasi pribadi pelarangan undang-undang pelarangan dan segala macam bentuk pelanggaran yang dilakukan Israel. Dalam hal ini Israel melanggar dunia internasional. Dan Israel satu-satunya negara dunia yang membuat undang-undang untuk mengekang sebuah bangsa. Karena itu lembaga-lembaga HAM media massa lembaga sipil eks tawanan yang tahu kehidupan di balik jeruji besi Israel agar ikut dalam solidaritas mendukung aksi mogok makan ini.
PIP: Bagaimana peran elit Palestina?
KH: Mereka harus membawa kasus ini ke kancah dan forum-forum dunia internasional. Kami sudah melihat bagaimana elit Palestina mampu memperjuangkan kasus-kasus Palestina ke PBB. Mereka juga harus mendukung aksi mogok makan yang dilakukan tawanan Palestina.
PIP: Bagaimana peran Mesir dalam hal ini? Terutama ia sebagai mediator dalam perjanjian pertukaran tawanan. Mesir mensyaratkan agar Israel memperbaiki kondisi di tahanan mereka dan menganulir undang-undang Shalit. Apakah Anda melihat Mesir melakukan kewajibannya?
Mesir dan elit Palestina serta pihak-pihak yang meneken perjanjian tersebut agar bertanggungjawab atas kesepakatan tersebut. Terutama kesepakatan soal pengembalian tawanan dari sel ke penjara biasa dan memperbaiki kondisi bagi tawanan. Namun yang terjadi justru sebaliknya Israel mengancam akan kembali menahan mereka dengan undang-undang yang sama sebelumnya. Undang-undang Shalit yang dibuat Israel diberlakukan untuk memberikan sanksi kepada tawanan Palestina dan undang-undang itu masih berlaku. Keluarga tawanan yang dari Jalur Gaza dilarang membesuk keluarga mereka di penjara. Di lapangan sama sekali tidak ada yang berubah. Bahkan kondisi makin sulit. Karena itu kami meminta Mesir dan elit Palestina harus bertanggungjawab terhadap kesepakatan itu. Terutama pasal terkait pengembalian tawanan dari pengeselan pribadi ke penjara biasa dan memperbaiki kondisi kehidupan tawanan.
Di antara tawanan Palestina ada yang kembali dijebloskan ke dalam penjara. Mereka Hasan Shafdi yang divonis tahanan administratif tanpa tudingan hanya keluar sebentar dari penjara namun kemudian ditangkap lagi sejak 36 hari lalu. Dia akan ikut aksi mogok makan. Oleh Israel ditawari untuk diasingkan namun menolak. Juga Umar Abu Syalal yang mogok makan sejak 33 hari lalu. Aleg Haji Ahmad Haji yang merupakan tawanan Palestina paling tua di penjara Israel. Usianya sudah 74 tahun. Ia sangat sulit hidupnya. Ia harus minum obat secara rutin dalam jumlah besar. Ia jelas-jelas mengatakan akan ikut dalam aksi mogok makan. Karena itu kami meminta kepada anggota parlemen dimanapun agar mendukungnya dengan serius.
PIP: Jumlah pemogok makan sudah mencapai 11 orang. Bagaimana dinas tahanan Israel menghadapinya?
KH: Kadang Israel mengatakan silahkan mogok makan semau kalian. Di awal-awal kadang Israel memasukkan mereka ke sel pribadi. Namun para tawanan masih teguh memperjuangkan hak-haknya. Mereka berharap ada lembaga HAM yang ikut memperjuangkan hak mereka. (bsyr)