Nazaret – PIP: Israel terus memperkokoh eksistensinya di sepanjang perbatasan dengan Yordania dan Mesir di tengah ketakutan jatuhnya rezim Yordania dan kesangsian kembalinya hubungan dengan rezim Mesir ke kondisi masa Presiden Husni Mubarak demikian menurut pemberitaan berbagai media massa Israel.
Di tengah ketakutan Israel atas perkembangan yang terjadi di Mesir dan kemungkinan terpilihnya pimpinan Mesir yang mengadopsi sudut pandang rakyat Mesir yang memusuhi Israel maka otoritas penjajah Israel melibatgandakan upayanya untuk memperketat tembok keamanan besar yang tidak mungkin diterobos di sepanjang perbatasan dengan padang pasir Sinai Mesir yang menjadi sumber aksi-aksi penyusupan dan penyelundupan senjata.
Analis dan pakar Israel Lilakh Shoval di surat kabar “Israel Today” mengatakan bahwa dinas keamanan Israel menjelaskan bahwa ketidakyakinan pada Mesir besar karena tidak jelas pemerintahan seperti apa yang akan berdiri setelah pemilu dan seberapa besar akan memperkuat posisi Ikhwanul Muslimin.
Dia menambahkan muncul ketakutan kuat di dalam Tel Aviv dari perubahan situasi yang mungkin bisa menjadi bahaya lebih besar terhadap Israel mencakup bertambahnya upaya-upaya aksi di Sinai.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Matan Vilnai dalam wawancara dengan radio Israel mengatakan bahwa militer Israel mengambil langkah-langkah perlindungan sangat luas mencakup pendirian penghalang darat untuk mencegah penyusupan ke Israel. Dia mengatakan sulit mempertahankan hubungan dengan Mesir seperti di masa lalu. Dia menegaskan bahwa apa yang terjadi saat ini di Mesir adalah urusan internal Mesir apapun inteervensi asing di dalam urusan iternal Mesir akan menjadi kesalahan fatal.
Sementara itu Ketua Departemen Politik Keamanan di Kementrian Keamanan Israel Amos Gilad dalam percakapan dengan radio Israel “Reshet Beit” mengatakan bahwa Israel memiliki hubungan istiwewa dengan otoritas Mesir. Dia menambahkan seharusnya tidak dihentikan mengerahkan upaya untuk meyakinkan Mesir agar menutup jalan-jalan penyelundupan roket-roket dan peralatan perang ke Jalur Gaza.
Amos Gilad menegaskan bahwa hubungan Israel dengan Mesir istimewa ada hasil konkrit dari hubungan ini di antaranya adalah komitmen Mesir pada perjanjian-perjanjian damai dengan Israel ketenangan masih berlangsung di wilayah selatan pembebasan Gilad Shalit dan pemasokan kembali gas alam Mesir ke Israel.
Sementara mantan Menteri Pertahanan Israel Benyamin Ben Eliazer mengungkapkan kekhawatirannya atas masa depan hubungan Israel dengan pihak Mesir yaitu periode setelah rezim terguling Husni Mubarak. Dalam pernyataan di radio Israel Ben Eliazer mengatakan “Masa depan hubungan Israel – Mesir memicu kecemasan.” Dia mengisyaratkan “Bisa jadi tidak ada pilihan bagi Israel kecuali bersiap menghadapi kemungkinan Mesir berubah menjadi negara konfrontasi.” Dia mengungkapkan kecemasannya bahwa “masa depan Mesir ada di tangan rakyat Mesir yang menjadi musuh kita.”
Di sisi lain anggota parlemen “Knesset” Israel memastikan bahwa Israel telah mengerahkan segala upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga hubungan Tel Aviv dengan Kairo karena Mesir adalah partner strategis. Ben Eliazer memprediksi bahwa pemilu legislatif di Mesir bisa merubah wajah negara ini karena sedikitnya sepertiga anggota parlemen bisa jadi berafiliasi kepada gerakan Ikhwanul Muslimin ungkapnya. (asw)