Mendekati Tuntutan Deklarasi Negara Palestina di PBB di September ini negara penjajah Israel hidup dalam histeria dan pesimistis. Sejumlah pejabat Israel menampakkan ketakutan kemungkinan negara mereka akan diisolasi dunia.
Hal itu yang mendorong pemerintah Benjamen Netanyahu melepaskan sejumlah ancaman peringatan akan bahaya strategi atas langkah ke PBB. Pada saat yang sama elit Israel sudah menyiapkan langkah menghadapi kemungkinan konfrontasi dengan unjuk rasa Palestina.
Sejumlah sumber resmi Israel mengakui bahwa Amerika dan Tim Kuartet gagal meyakinkan Mahmud Abbas untuk mundur dari langkah ke PBB. Sebaliknya Netanyahu setuju masuk dalam perundingan langsung dengan Otoritas Palestina berdasarkan rencana Obama yang memutuskan untuk mendirikan negara di perbatasan jajahan sebelum Juni 1967.
Menteri Keuangan Israel Yoval Stainis mengatakan bahwa tuntutan Palestina menjadi anggota PBB merupakan ancaman lebih berbahaya dari ancaman gerakan Hamas dan langkah tidak akan dibiarkan Israel. Dalam tukar pendapat yang dilakukan elit politik Israel berhasil didiagnosa tiga bahaya pokok yang bisa muncul dari pengakuan PBB atas negara Palestina:
Bahaya pertama warga Palestina akan turun ke jalan-jalan dengan jumlah puluhan ribu berusaha melakukan kekerasan seperti yang terjadi di negara-negara Arab.
Bahaya kedua organisasi-organisasi pendukung Palestina akan menggunakan resolusi PBB untuk memperketat boikot terhadap Israel.
Bahaya ketiga Otoritas Palestina akan menggunakan organisasi-organisasi dunia untuk menghadapi Israel dan menerapkan sanksi kepadanya karena pembangunan pemukiman yahudi di Palestina.
Mantan Dubes iis di PBB Gabriela Shaliv memperingatkan bahaya jika Israel tanpak seperti Afrika Selatan era rasisme.
Harian Israel Maarev melansir statemen Shaliv bahwa Israel kini menghadapi tsunami politik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya tsunami itu akan menghempaskan Israel ke luar batas daerahnya sehingga akan menghadapi sanksi-sanksi dan boikot berat. (bsyr)
Maarev 12/9/2011