Husam Kanafani
Benarkah kepala Otoritas Palestina Mahmud Abbas yakin akan ke PBB untuk mendeklarasikan berdirinya negara Palestina? Pertanyaan meragukan tekad Abbas ini muncul sebab permintaan berdirinya negara Palestina tidak akan sampai kepada Majlis Umum PBB sebab hal itu harus melalui pintu Dewan Keamanan PBB terlebih dulu. Sementara jika ke DK PBB akan terancam veto Amerika.
Tak heran bila banyak pengamat merasa Abu Mazen panggilan Mahmub Abbas dalam dilema. Dilema yang memiliki dua sisi utama pertama soal rute pengakuan negara Palestina yang agaknya akan menemukan jalan buntu. Dari sisi hukum piagam PBB menentukan bahwa keanggotaan di PBB diberikan sesuai dengan keputusan Majlis Umum berdasarkan rekomendasi DK PBB. Artinya negara manampun yang ikut bergabung dalam PBB harus mengajukan terlebih dulu kepada DK PBB.
Persetujuan DK PBB terkait dengan veto Amerika. Ini yang agaknya tengah ngotot dipertahankan oleh Obama pada saat berkumandang lagu “kembali kepada perundingan” dan menolak langkah sepihak. Obama pada 9 Mei lalu sudah memperingatkan dalam pidatonya kepada Palestina agar tidak mengambil langkah sepihak dengan bertolak ke PBB yang dianggap sebagai langkah salah. Kesalahan yang bisa jadi Obama sendiri yang menjerumuskan Palestina ke sana ketika tahun lalu di depan Majlis Umum PBB yang berharap kala itu agar pertemuan rutin tahunan selanjutkan agar menyaksikan negara Palestina di PBB.
Harapan Obama hari ini justru kini ditentangnya sendiri. Tindakan Palestina ke PBB telah merepotkan Amerika sendiri di lembaga internasional itu.
Sisi lain dilema Mahmud Abbas terkait dengan internal Palestina yang agaknya ia terus memilih alternatif terakhir dan tanpaknya ia yakin. Apalagi setelah mendengar pidato Obama dan Netanyahu bahwa tidak ada lagi kesempatan kembali ke meja perundingan.
Dari alternatif yang ada di atas agaknya tidak ada yang meyakinkan bangsa Palestina meski jika Abbas lari dari kegagalan di PBB dan butuh waktu lebih banyak untuk jalan alternatif.
Publik yang sudah melakukan eksperimen aksi unjuk rasa damai pada 15 Mei lalu tidak akan mau bertahan di barisan belakang dan menonton “pilihan-pilihan” yang diambil Abbas. Mereka kini yakin bahwa mereka harus terlibat sendiri dalam menentukan alternatif itu. Sayangnya Abbas kurang cerdas menangkap hal itu. (bsyr)
El-Khaleej