Infopalestina: Kalangan politisi Zionis dalam kondisi mobilitas yang terus mulai meningkat sedikit demi sedikit di tengah tekanan internal dan eksternal pada pemerintah saat ini yang dituduh tidak mencapai kemajuan apapun dalam negosiasi dengan pihak Arab manapun.
Meningkatnya mobilitas ini terjadi di tengah upaya yang sedang dilakukan oleh Otoritas Palestina dengan Uni Eropa yang telah menjadi “bermusuhan” pada Israel dan ditengah tenggelamnya Presiden Israel “Benjamin Netanyahu” hingga sampai kedua telinganya dalam konflik internal dengan menteri luar negeri Israel “Avigdor Lieberman” pada “kepemimpinan kanan” yang menyebabkan dia mengalami “kebutaan politik” terhadap apa yang terjadi padanya dari mobilitas luar dan internasional.
Dalam kaitan ini analis politik terkemuka Zionis “Shaul Arieli mengatakan “Yang memberikan kredibilitas Otoritas Palestina pada Uni Eropa adalah upaya yang dilakukan Mahmoud Abbas untuk membentuk otoritas baru berdasarkan: reformasi keamanan penyusunan institusi ekonomi menjauhkan gerakan Hamas dari ruang publik di Tepi Barat mengendalikan Brigade al Aqsha (sayap militer gerakan Fatah red) penegakan hukum pengembangan ekonomi yang kesemuanya memberikan stabilitas keamanan bagi pemerintah “Netanyahu” di Tepi Barat dan membuatnya lebih mudah untuk menyembunyikan adanya konflik dari pandangan masyarakat di Israel.
Dalam konteks ini “Netanyahu” masih berkepentingan pada pengumuman rencana politik baru melalui pidato yang akan disampaikan dalam beberapa minggu mendatang saat berkunjung ke Amerika Serikat dalam upaya untuk memecahkan kebuntuan dalam negosiasi dan untuk menghindar dari apa yang disebut sebagai “isolasi sulit” yang dialami oleh “Israel “di arena internasional. Namun demikian dalam pembicaraan tertutup yang dilakukan hari-hari belakangan ini dia menegaskan apa yang dia digambarkan sebagai “bencana” negara du bangsa. Hal ini yang menuntutnya mengajukan rencana baru yang menjamin hilangnya ancaman semacam ini yang membuatnya sampai ke titik keputusan yang berusaha dihindarinya selama dua tahun. Dan dia akan dihadapan pada salah satu pilihan dari dua hal: ideologi yang dia dibesarkan atasnya dan keyakinan internalnya atau persyaratan yang dikenakan padanya dan terkait dengan dukungan internasional.
Kalangan politisi di sekitar “Netanyahu” menunjukkan bahwa yang mendorong mobilitas ini adalah “situasi strategis” yang tidak nyaman “bagi Israel” yang tidak dapat menghadapi ancaman nuklir Iran ancaman rudal dan perubahan akut yang terjadi di dunia Arab sendirian. Karena itu
Oleh karena itu kolomnis Israel Arieh Shavit berasumsi bahwa dekatnya bulan September ini bisa dibilang sebagai “Black September” bagi “
Terjemahan lapangan untuk masalah ini sama seperti yang diperkirakan oleh seorang politisi senior di “Tel Aviv” di mana “Netanyahu” mengakui pembentukan negara Palestina dengan perbatasan sementara pengaturan keamanan “bagi Israel” pemberian konsesi (kemudahan) kepada orang-orang Palestina dengan berlanjutnya pekerjaan konstruksi di permukiman-permukiman besar dalam konferensi organisasi “AIPAC” di Washington pada Mei mendatang namun para penasihatnya berusaha memajukan tanggal perjalanan.
Bersamaan dengan perjalanan ini dalam minggu-minggu mendatang “Tel Aviv” bertekad mengirim tim ke ibukota Perancis Inggris Jerman Spanyol dan Italia untuk mempresentasikan ide-ide ini untuk kemajukan proses perdamaian dan mendapatkan dukungan Eropa.
Dalam perkembangan terkait Menteri Perang
Di sisi lain orang nomor dua di Partai Kadima dan Ketua Komisi Luar Negeri dan Keamanan di Knesset Shaul Mofaz menuduh Perdana Menteri dan Menteri Perang bertanggung jawab penuh atas krisis dalam perundingan saat ini. Yang menyebabkan
Sementara itu Presiden Amerika Barack Obama dlam pertemuan dengan 50 pemimpin Yahudi di Amerika Serikat menegaskan dukungan tetapnya untuk keamanan Israel dan menentang upaya-upaya untuk mendelegitimasi Israel. Dia mengisyaratkan bahwa Otoritas Palestina tidak percaya dengan keseriusan Netanyahu terhadap “konsesi geografis” yang mungkin diberikan. Chanel 1 Televisi