Jacob Amedror*
Tahun 2011 akan menjadi tahun rentan bagi Israel dan Timteng. Satu peristiwa saja bisa menyulut Timteng semuanya. Kalkulasi akhir bukan berada di Desember 2011 namun di September 2011 sebelum akhir tahun dan hari Pengampunan Israel.
Tahun 2011 akan menjadi tahun penentuan soal hubungan dengan Palestina. Bisa jadi akan ada perundingan serius dengan Palestina yang kedua pihak akan melakukan melakukan konsesi sulit. Atau bisa jadi akan pasti pihak mana yang paling berdosa dalam menggagalkan perundingan.
Perundingan Palestina Shaeb Areqat beberapa hari lalu mengeluarkan perkataan penting yakni tidak ada perundingan dan diperkirakan tidak ada kesepakatan jika tidak ada perwujudan dari aspirasi pengungsi Palestina untuk kembali ke tempat yang mereka tinggalkan saat perang tahun 1948 sekitar 7 juta pengungsi. Bagi penulis memang tidak akan ada kesemapatan jika ini orientasi Palestina.
Bisa jadi otoritas Palestina akan mengintenasionalisasi konflik dan mencari pengakuan internasional atas perbatasan Palestina di jajahan 1967 tanpa melepaskan diri dari tuntutan kembalinya hak pengungsi dan tanpa mengakui Israel sebagai negara bangsa yahudi. Bisa jadi juga PBB akan mendukung orientasi Palestina ini.
Israel agaknya harus siap konfrontasi termasuk dalam kancah militer. Di kancah politik tidak mudah menghadapi berdirinya negara anti yahudi (Palestina).
Atmosfer Timur Tengah akan menghadapi ujian berat pemilu di Mesir mungkin raja baru di Saudi kelompok Islam di Turki yang semakin menguat mendukung Iran dan negara-negara Arab. Ini bukan karena kesalahan Israel namun ada perubahan mendasar dalam budaya politik Turki juga konflik dalam di internal Irak dengan intervensi besar dari Iran dan Saudi. Ke depan Iran akan ditentukan antara paham dua negara ini.
Politik Amerika Serikat juga akan mengalami ujian berat di Afganistan dan Pakistan. Ancaman Islam “ekstrim” di sana akan menyulitkan Amerika. Negara Adidaya ini juga belum tentu siap membayar harga mahal stabilitas di tengah menguatnya kekuatan Al-Qaidah dan Taliban. Ancaman ini bisa jadi akan berpengaruh kepada Israel jika kelompok ekstrim memenangkan konflik dengan dukungan dunia Islam secara umum dan Timteng secara khusus.
Di bidang keamanan Hizbullah akan terus mempersenjatai diri dengan roket dan rudal dari Suriah dan Iran. Sementara Suriah sendiri akan membangun kekuatan persenjataannya dan Hamas di Jalur Gaza tidak akan ketinggalan menjadi ancaman militer meski lebih mudah dibanding ancaman dari utara. Tidak ada kepentingan bagi siapapun jika memulai perang dengan Israel apalagi semua sadar keunggulan Israel. Namun Israel dituntut untuk merespon meningkatnya persenjataan lawannya dengan membuat sistem pertahanan anti rudal dan roket serta membangun kemampuan intelijennya serta daya serangnya.
PR Israel ini akan menjadi penting bagi militernya di tahun besok. Kesalahan Israel membidik sekolah TK (yang penuh dengan anak-anak) misalnya di Palestina akan menjadi pemicu ledakan yang tidak kecil. Demikian juga front internal Israel akan tersulut perang jika menjadi target bagi senjata berat dari arah utara dan selatan Israel.
Timteng bisa jadi tergunjang dengan satu kejadian misalnya mengubah posisi Iran. Bisa jadi pos-pos nuklir Iran akan menjadi target militer dan akan memundurkan negara para Mullah ini atau justru akan memajukan negara ini menjadi kekuatan nuklir.
Tahun ini berat. Alangkah baiknya kita bisa menghalangi marabahaya dan mengelola peluang. Namun tidak udah menipu diri sendiri sebab itu adalah sarana tepat untuk mengubah keadaan.
*Kolumnis Israel (Israel to Day)