Tepi Barat – Infopalestina: Tindakan represif terhadap para wartawan di Tepi Barat terus dilakukan milisi Abbas. Segala yang tidak sesuai dengan pandangan milisi Abbas atau semua yang tidak mengadopsi pandangannya dianggap sebagai lawannya. Oleh karena itu nasib yang dialami oleh para wartawan adanya penjara penyiksaan dan pengadilan represif.
Meskipun kebijakan otoritas Ramallah dan Pemerintahnya – yang ilegal – sama sekali tidak mencerminkan nasionalisme baik secara politik dan ekonomi – dan bukti adalah koordinasi keamanan dengan penjajah hingga pada puncaknya dan penjajah Zionis terus meniangkat demikian juga pemerintahnya adalah pemerintahan yang sadis dan paling korup di dunia – namun mereka tidak ingin mendengar suara yang bertentangan meskipun hanya satu kata terhadap kebijakannya tapi yang diinginkan adalah menjadikan pers dan jurnalis hanya sebagai alat untuk memasarkan kebijakannya.
Menciptakan Alasan
Beberapa hari yang lalu milisi intelijen Abbas menculik wartawan Amir Abu Arafa koresponen kantor berita “Syihab” di Tepi Barat dari rumahnya untuk yang kedua kalinya selama tahun ini setelah pengadilan militer pada penangkapan pertama menghukumnya dengan penjara 3 bulan.
Milisi Abbas menolak mengungkap nasib Abu Arafa kepada keluarganya dan melarang mengunjunginya dalam kondisi apapun sejah dia ditangkap. Hal ini menimbulkan keraguan kemungkinan dia mengalami penyiksaan sebagaimana yang terjadi dalam penangkapan sebelumnya.
Di Betlehem masalah penahanan wartawan televisi al Quds Mamduh Hamamira yang sudah berlangsung selama 2 bulan masih menimbulkan banyak pertanyaan di antara para wartawan mengenai alasan yang diciptakan milisi Abbas atas penangkapan dan pengadilan atas korban.
Korban ditankap dengan tuduhan menyebarkan gambar yang menghina Abbas di halaman face book padahal korban tidak memiliki kaitan apapun dengan gambar tersebut. Karena yang meng-upload gambar tersebut adalah orang lain di halaman face book Hamamira. Namun demikian milisi Abbas tetap tidak mau membebaskan korban hingga sudah selama 2 bulan dan harus membayar denda.
Pengadilan Militer
Di Ramallah milisi Abbas tetap menahan wartawan Mu’adz Mis’al sejak 3 bulan yang lalu. Korban telah mengalami penangkapan dan pemanggilan lebih dari sekali dalam setahun ini. Dia tetap tidak boleh keluar meskipun kini sedang menyelesaikan studinya di semester akhir.
Awal bulan ini milisi Abbas juga menculik wartawan Thariq Syihab setelah menyerbu kantornya di kota Anina di pinggiran Tulkarem. Sumahnya digeledah mereka menyita komputer pribadi dan dokumen pribadi termasuk passport.
Dalam konteks yang sama kasus wartawan Thariq Abu Zaid koresponen televisi al Aqsha di Tepi Barat juga masih belum hilang dari ingatan. Meski kasusnya usdah lewat 6 bulan diculik dan ditahan oleh milisi intelijen militer Abbas setelah lama menjadi diburu milisi.
Pengadilan militer milisi Abbas telah mengeluarkan hukuman dzalim terhadap Abu Zaid dengan vonis penjara 18 bulan dengan tuduhan bekerja untuk televisi al Aqsha. Organisasi “Koresponen Without Border” menilai Abu Zaid sedang melaksanakan tugas nasional dan professional. Pihaknya menyerukan sejumlah asosiasi wartawan dan lembaga HAM untuk pembebasannya.
Di awal penahanannya Abu Zaid mengalami interogasi keras disiksa dan dicaci maki terus-menerus. Milisi Abbas juga menggunakan ponsel dan e-mailnya untuk hal-hal yang tidak etis.
Puluhan Wartawan
Sebelumnya wartawan Qais Abu Samra wartawan surat kabar Yordania mengalami beberapa kali pemanggilan dan penangkapan oleh milisi Abbas di Qalqilya karena pekerjaan jurnalistik yang dilakukannya. Tahun lalu dia harus mendekam selama 3 bulan di penjara milisi Abbas. Pada saat yang sama milisi Abbas juga menahan koresponen televisi al Quds di Nablus Samir Huwaira korespondennya di Jenin Ahmad Bikawi.
Patut disebutkan bahwa milisi Abbas telah menculik puluhan wartawan. Mereka diinterogasi dan disiksa di dalam penjara milisi. (asw)