Gaza – Infopalestina: Para analis politik Palestina menilai “masalah keamanan” merupakan hambatan terbesar yang menghalangi tercapainya rekonsiliasi Palestina – Palestina. Mereka menegakan gerakanh Fatah tidak memiliki keputusan sendiri. Yang menggerakn masalah keamanan ini adalah pihak-pihak Zionis Amerika.
Dalam perbincarangan secara terpisah dengan koresponen Infopalestina para analis politik Palestina sekapat bahwa rekonsiliasi Palestina berkaitan dengan kepentingan internasional. Mereka menyatakan bahwasanya tidak mungkin ada institusi keamanan di Palestina untuk satu kelompok tanpa yang lainnya.
Penulis dan analis politik Wassam Afifa mengatakan bahwa perubahan yang terjadi selama sebulan terakhir dimulai dari pertemuan Makah yang terjadi antara Kepala Dinas Intelijen Mesir Umar Sulaiman dan Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas Khaled Misy’al telah memberi perubahan bahwa di sana ada langkah-langkah yang beusahan ke arah diskusi.
Sedangkan sikap Mahmud Abbas dan sebagian petinggi Fatah dan sebagian anggotanya seputar masalah keamanan adalah menolak prinsip kebersamaan atau kesepakatan. Menurut Wassam “Upaya-upaya menghindari kata jalan buntu tidak lain adalah upaya untuk memperlambat proses rekonsiliasi.”
Dia menambahkan “Nampaknya lampu hijau baru Amerika adalah pembekuan kesepakatan sampai diketahui apa yang dihasilkan dari upaya yang ingin dicapai melalui pernyataan-pernyataan terakhir.” Dia melanjutkan “Masalah keamanan tidak sepenuhnya ada di tangah gerakan fatah. Masalah itu sekarang pada dasarnya ada di tangah Zionis Amerika Mesir Yordania. Tidak ada keputusan penuh Fatah berkaitan dengan masalah keamanan. Orang yang tidak punya apa-apa pasti tidak bisa memberi. Oleh karena itu Fatah berupaya melompat dari apa yang terjadi di Tepi Barat dan berbicara tentang masalah keamanan secara umum di bawah judul undang undang dasar.”
Di sisi lain professor Ilmu Politik di Universitas al Azhar Dr. Naji Syarab menyatakan bahwa masalah keamanan dalam rekonsiliasi dipengaruhi oleh kepentingan internasional. Nampaknya ada skenario lebih menyeluruh dari rekonsiliasi ungkapnya kepada koresponen Infopalestina.
Sharab menegaskan pentingnya tercapai rekonsiliasi. Dia menambahkan “Tidak mungkin kita mencapai rekonsiliasi kecuali dengan mengungkap dimensi-dimensi penyeluruh dan persoalan-persoalan yang berkaitan dengannya. Hal inilah yang menjadikan rekonsiliasi sulit sebagiannya. Demikian juga kedua belah pihak Palestina tidak mampu melakukan inisiatif independen.”
Mengenai penolakan dalam masalah keamanan ini dia menegaskan tidak mungkin berbicara tentang sebuah institusi keamanan untuk satu kelompok tanpa yang lain. Dia menambahkan “Jika kita menginginkan sebuah institusi nasional yang professional maka harus dilakukan reformulasi menyeluruh pada dinas keamanan.” Oleh karena itu masalah ini harus bersih dari kepentingan kelompok di institusi keamanan.
Menurutnya merestrukturisasi institusi keamanan tidaklah sulit. Namun membutuhkan waktu panjang. Di saat rekonsiliasi telah tercapai secara penuh maka melalui rekonsiliasi bisa dilakukan terapi terhadap seluruh kontradiksi yang ditimbulkan oleh perpecahan.
Sumber-sumber Palestina menyebutkan bahwa suasana dialig terakhir telah kembali ke frame awal seputar apa yang disebut “komisi keamanan tertinggi” dan mekanisme pembentukannya.
Pihak Fatah yang diwakili Majed Faraj berkeras menggiring formula khusus tentang masalah ini hingga mendorong diskusi pada perselisihan. Dia menolak pembentukannya sesuai dengan kesepakahatan dan hanya membatasinya pada Mahmud Abbas berbeda dengan apa yang telah disepakati antara Hamas dan Fatah dalam pertemuan pada 24 September lalu. Hal ini menjadi langkah mundur gerakan Fatah dari apa yang telah disepakati.
Mengenai rekonstruksi dan restrukturisasi dinas keamanan Majed Faraj mengajukan penafsiran yang aneh tentang instilah rekonstruksi dinas keamanan membangun kembali markas-markas dinas keamanan yang hancur baik selama pengambil alihan militer oleh Hamas atau saat perang terakhir ke Jalur Gaza. Gerakan Fatah menolak rekonstruksi dinas keamanan di Tepi Barat. (asw)