Gaza – Infopalestina: Para analis politik Palestina sepakat bahwa entitas Zionis Israel tidak mampu melancarkan perang berikutnya di kawasan. Israel mengalami masalah internal dan eksternal terutama setelah aksi pembantaian terhadap “armada kebebasan” akhir Mei lalu.
Dalam pernyataan secara terpisah kepada koresponden Infopalestina para analis politik masalah Palestina menyatakan bahwa otoritas penjajah Israel sedang menggunakan keputusan Liga Arab sebagai payung untuk melanjutkan kejahatan dan agresinya terhadap rakyat Palestina serta kekutan-kekuatan perlawanan dan penentang di kawasan.
Terakhir Israel melancarkan sejumlah serangan udara ke Jalur Gaza dan mengakibatkan dua orang warga gugur salah satunya adalah komandan Brigade al Qassam sayap militer gerakan Hamas. Beberapa hari setelah itu meletus baku tembak sengit antara militer Libanon dengan pasukan penjajah yang menewaskan 4 orang Libanon dan seorang perwira Israel dan melukai dua serdadu lainnya.
Tujuan Eskalasi
Analis politik Hani Elbasus mengatakan “Saya tidak yakin adanya hubungan langsung antata beku senjara di Libanon Selatan dengan eskalasi Zionis terhadap Jalur Gaza dalam beberapa hari yang lalu. Namun ada kemiripan dalam peralatan dan reaksi berupa gempuran dan pembunuhan”
Dia menambahkan “Eskalasi terhadap Jalur Gaza yang pasti adalah untuk mengancam dan memprovokasi gerakan Hamas dan pemerintah Palestina secara khusus. Karena Israel menuduhnya bertanggung jawab atas setiap serangan roket dari Jalur Gaza.” Dia melanjutkan “Islam berupaya memaksa Hamas untuk menghentikan serangan roket seperti otoritas Ramallah. Untuk itu Israel melakukan meningkatkan eskalasi untuk merealisasikan tujuan tersebut.”
Sedikit berbeda dengan Elbasus analis politik Naji Elbatha mengatakan “Ada hubungan anggota antara bentrokan di Libanon dengan eskalasi terhadap Jalur Gaza. Karena keduanya mewakili kekuatan perlawanan dan penentang. Eskalasi itu dalam rangka untuk menenangkan kawasan sehingga bisa membantu agenda Zionis”
Naji mengatakan “Israel berupaya membuat kawasan Timur Tengah tetap dalam kondisi tidak stabil sehingga bisa melaksanakan agendanya setiap saat.”
Sementara itu Letjen (purn.) Yususf Sharqawi melihat bahwa entitas Zionis Israel ingin membuka gerbang-gerbang untuk melancarkan perang di kawasan. Dia mengatakan “Penjajah Israel merencankan untuk meningkatkan keadaan. Israel dengan terang-terangan mengatakan beberapa waktu yang lalu bahwa sebelum menggempur Iran pihaknya ingin memukul para sekutunya di kawasan yang diwakili di Libanon Gaza dan Suriah.
Dalam pernyataan khusus kepada koresponden Infopalestina Sharqawi mengatakan “Penjajah Israel menginginkan dari agresi barunya di kawasan untuk memperbaiki dan mengembalikan karismanya sebagai kekuatan yang tidak tertandingi setelah kegagalannya dalam perang-perang sebelumnya.”
Mengenai kemungkinan terjadinya perang baru di kawasan dalam beberapa waktu mendatang Elbasus mengatakan “Saya tidak yakin di kawasan ini akan terjadi perang baru. Indikasi-indiksi yang ada kali ini sangat lemah untuk menunjukkan hal itu dibandingkan pada agresi ke Gaza tahun 2008 atau ke Libanon tahun 2006. Namun eskalasi saat ini akan menimbulkan kehancuran terbatas.”
Dia menambahkan “Eskalasi ini diharapkan Israel untuk menyampaikan pesan kepada kekuatan-kekuatan perlawanan dan penentang yang intinya adalah bahwa entitas Israel adalah sebuah negara kuat yang akan mampu menghalangi setiap upaya untuk mengancam keamaan warganya dan merusak stabilitas dalam negerinya.”
Sementara itu Naji Elbatha menilai bahwa Israel tidak mampu untuk melancarkan perang di lebih dari satu front. Agresi ke Gaza adalah kegagalan telak ketujuh dalam sejarah Zionis Israel. Oleh karena itu Israel tahu betul bahwa apapun perang yang akan dilakukan tidak dilakukan terhadap pasukan militer resmi namun hanya provokasi. Untuk itu Israel tidak merencanakan perang mendatang karena dua alasan. Pertama Israel percaya bahwa hal itu akan menjadi perang regional yang tidak mungkin bisa dikontrol. Yang kedua adalah Israel sedang mengalami krisis internal yang menerpanya.
Dia menambahkan “Israel sengaja menggunakan keputusan gratis Arab yang bisa memberinya legalitas untuk melaksanakan agenda politik khususnya.” Sementara Sharqawi mengatakan “Rezim Arab bersekongkol dalam memukul perlawanan dan frame perjuangan d Suriah Gaza Iran dan Libanon.” (asw)