Para pemimpin Arab menganggap kejahatan pemerintah Israel yang meratakan perkampungan Arab di Araqib Nagev sebagai kejahatan perang menyusul ancaman mereka terhadap 45 desa Arab yang ditolak keabsahanya oleh pemerintah Israel. Mereka yang terdiri dari 80 tidak diberikan hak-hak sipilnya walau dengan infra setruktur yang paling sederhanapun seperti kesehatan pendidikan dan infra setruktur lainya.
Sementara itu para pegawai di divisi pertanahan Israel yang didampingi sejumlah bulldozer dapdagri serta 1300 personil kepolisian Zionis dari satuan khusus serbu. Mereka juga dibekali pentungan dan senjata lengkap untuk membubarkan demonstran. Di pagi buta mereka menyerbu perkampungan Palestina dan menghancurkan 40 rumah dengan dalih dibangun tanpa izin dari pemerintah Zionis.
Kepolisian juga menutup gerbang desa Araqib dan menahan para relawan dari desa lainya yang akan melakukan aksi solidaitas mereka kepada penduduk Araqib. Sementara itu pesawat-pesawat tempur Zionis berputar-putar di atas rumah penduduk. Disamping menembakan bom cahaya di langit Araqib. Aksi ini dipimpin jenderal Yuhnan Danino.
Di pihak lain puluhan warga yang dibantu warga yahudi aliran kiri melakukan aksi protes di kamp perlindungan setempat. Mereka menghadang kepolisian Israel dan membakar ban-ban bekas untuk menghalangi lajunya bulldozer-buldozer Israel. Namun akhirnya pasukan Zionis berhasil juga melakukan operasinya di tengah perlawanan warga yang dahsyat.
Juru bicara warga pengacara Dr. Awad Abu Faraih menyebutkan pada media local dan internasional “Hari ini kami menyaksikan wajah asli dari Zionis sebagai bangsa perusak biadab tanpa prikemanusiaan menghancurkan satu desa Palestina. Inilah gambaran logika demokrasi yang dimiliki Zionis saat ini.
Sementara aleg Arab di dewan Knesset Ibnu Nagev Thalab Shani dalam pernyataanya persnya mengatakan aksi penghancuran satu desa Palestina oleh pemerintah Zionis adalah sebuah tindak terorisme negara terhadap warganya yang terisolasi dan tersingkirkan dari ranah hukum. Ia menuding pemerintah Zionis melakukan tindak kekerasan dan kebuasan tiada tara dalam menghadapi warga Arab dan menganggapnya sebagai musuh yang harus dihancurkan. Sikap seperti ini menggambarkan logika Zionis sebagai bangsa yang licik dan pendendam.
Di sisi lain pemimpin gerakan Merits aleg Hayem Oron menuding departemen dalam negeri Israel tidak peduli terhadap masalah sebenarnya di Araqib. Depdagri tidak mengenal cara-cara damai dalam menghadapi warga seperti memberikan ganti rugi pada mereka atau memberikan tanah pengganti untuk mereka tinggali.
Sama dengan di atas ketua dewan regional bagi perkampungan yang belum dikenal Ibrahim Waqili berpendapat operasi penghancuran Araqib sangat berbahaya dan mengancam 45 desa lainya yang dihuni sekitar 100 ribu penduduk Arab. Inilah kali pertama Israel menghancurkan dan mengosongkan suatu penduduk negeri hingga rata dengan tanah. Mereka juga menghabisi kampung tersebut dan menghilangkan peninggalan Arab di wilayah tersebut.
Disebutkan wilayah Nagev memilki 12.750.000 hektar tanah namun kini tak tersisa lagi selain 850.000 hektar saja yang menjadi milik bangsa Arab. Sisanya dirampas oleh pemerintah Zionis. Sebagian warga Arab bahkan masih tinggal di tenda-tenda pengungsian tempat dimana tanah mereka dirampas.
Juru bicara kepolisian Israel Mike Roznapild menyebutkan 30 keluarga yang sudah dievakuasi sudah dipindahkan ke kota Rahith Badawiyah. Kebanyakan mereka tinggal di wilayah 48 bersama 160 ribu warga lainya di Nagev.
Sementara ketua komisi pemantau Arab mengatakan pihaknya telah mengadakan pertemuan darurat di wilayah tersebut. pihaknya telah bersiap membangun kembali rumah-rumah tempat penampungan sementara bagi para wanita dan manula. Ia menambahkan pihaknya juga telah membentuk komisi khusus untuk memantau kondisi warga Arab dan kami telah meminta partai-partai Arab segera memberikan bantuanya secara ril bukan hanya semangat ataupun motivasi kepada mereka yang mendapat kezaliam dari pemerintah Israel secara materil. (asy)
Arab 48 28/7/2010