Assafir – Infopalestina: Bagaimana situasi Israel hari ini? Israel Zionis. Sekiranya tidak ada Zionis pasti tidak menjadi Israel. Dan karena Zionis Palestina telah menjadi komnitas Yahudi. Oleh karena tidak ada faedahnya berbicara tentang pemimpn Israel yang meyakini hak-hak Palestina. Adapun menyebutkan pemimpin ini berhaluan kanan dan yang itu berhaluan kiri secara konkrit tidak memiliki nilai apa-apa.
Menurut Dr. Salman Abu Sitah seperti yang dia tulis di harian as Safir 12/7/2010 Israel tetap komitmen dengan peta perbatasan Israel yang diajukan oleh organisasi Zionis internasional pada konferensi perdaman di Farsai tahun 1919. Semua peristiwa yang terjadi sejak saat itu sampai hari ini mendukung hal itu. Organisasi Zionis internasional mengatakan bahwa perbatasan Israel di sebelah barat adalah sesuai dengan “kesepakatan dengan Mesir”. Inilah realita yang terjadi saat ini. Dataran tinggi Golan adalah bagian dari Israel dan inilah yang terjadi sejak pendudukan wilahah tersebut sejak tahun 1967. Dan Libanon selatan hingga Litoni adalah bagian dari Israel dan inilh yang telah gagal direalisasikan Israel namun dia tetap masuk berusaha.
Adapun perbatasan sebelah timur yang dituntut oleh organisasi Zionis internasional adalah garis rel kereta al Hijaz yaitu jalur Dir’a – Aman – Maan – Aqabah. Inilah yang sekarang sedang diupayakan Israel untuk dilaksanakan dengan membuat program pengusiran oran-orang Palestina dari Tepi Barat dengan dalih bahwa setiap orang Palestina di Tepi Barat adalah menyusup yang harus diusir berlanjutnya pembangunan pemukiman-pemukiman Yahudi pencabutan identitas al Quds pelucutan warga Tepi Barat dari 90% air Tepi Barat pendirian 600 pelintasan di jalan-jalan serta penangkapan pembunuhan dan lain sebagainya.
Penguasaan Israel secara penuh terhadap Tepi Barat bukan lagi menjadi rahasia baukan di kalangan Israel dan barat. Sejumlah penulis Israel telah menulis masalah itu sejak beberapa tahun yang lalu. Seperti Ekiva Elder Amira Has Iyal Weitzman dan Girshon Gornberg. Dan juga didokumentasikan secara berkala oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Bantuan Kemanusiaan (OCHAOPT).
Hal ini tulis Abu Sitah telah dijelaskan oleh Prof. John Myers Haimer seorng guru besar terkenal si penulis laporan “lobby Israel” dengn rekannya Prof. Steven Walt dalam kuliah yang disampaikan di Palestina Center di Washington April lalu Dia adalah seorang Palestina yang hanya bekerja untuk kepentinan negerinya saja.
Dia telah menjelaskan dengan analisa detail tentang kebijakan Israel. Bahwa Tepi Barat menuju yahudisasi total dengan tetap membiarkan bagian-bagian daerah Arab. Yang menjadikan Israel sebagai sebuah negara penisah ras atas seluruh wiayah historis Palestina membuka pintu bagi pengusiran massal orang-orang Palestina karena alternatif di saat kondisi jumlah orang-orang bertambah sampai batas mayoritas adalah Israel tidak menjadi sebuah negara Zionis bahkan negara demokrasi bagi semua penduduk. Dan ini tidak boleh terjadi pada Israel meski harus melakukan holocaust terhadap orang-orang Palestina.
Komposisi Kependudukan Israel
Pada tahun 2009 jumlah penduduk Yahudi di Israel mencapai 5.500.000 jika kita menganggap bahwa semua kepala yang jumlahnya sejuta jiwa adalah Yahudi (realitanya 40% – 60% dari mereka non Yahudi). Sekitar separoh imigran Yahudi lahir di luar Palestina separoh lainnya lahir di Palestina. Untuk itu golongan usia mereka kecil. Aslinya 37% Yahudi datang dari Amerika dan Eropa dan 29% dari Asia dan Afrika. Prosentase terakhir ini yang menjadi sebab bertamah meningkatnya prosentasi kelahiran di kalangan mereka.
Angka-angka dan prosentasi tersebut Menurut Dr. Salman Abu Sitah terancam mengalami perubahan besar di saat terjadi intifadhah besar atau kekecauan serius di kawasan atau perang yang membuat Israel mengalami pukulan telak. Perubahan komposisi kependuduan akan menjadi sangat besar jika Israel berubah dari negara menjadi negara demokratis bagi semua warganya yang Arab dan Yahudi.
Seorang profesor Amerika keturunan Yahudi Ian Lustik mengataka bahwa setelah intifadhah al Aqsha tahun 2000 jumlah orang Yahudi yang meninggalkan Israel berlipat jumah mereka yang meminta kembali kewarganegaraan Eropa bertambah mencapai 40%. Perlu menjadi perhatian pula bahwa laporan data Israel menyebutkan ¾ orang Israel berangkat ke luar negeri sedikitnya sekali dalam setahun sekitar ¾ juta Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Israel tinggal di luar Israel secara semi permanent. Semua orang Yahudi di Israel memiliki kewarganegaraan lain bia digunakan atau mungkin diminta kembali dari negara asal kewarganegaraan yang dimilikinya.
Meskipun Israel memiliki kekuatan militer dan negara-negara Arab yang menjadi tetangganya tunduk kepadanya kerapuhan terjadi di bajak lini khususnya demografi dan kependudukan. Dari sisi penyebaran demografi sebanyak 84% Yahudi tinggal di 17% luas wilayah Israel dan wilayah tinggal mereka di daerah kecil tidak lebih dari 5% dari luas Israel. Sisa tanah lainnya di Israel hanya ditinggali sedikit sekali pendudukan yang pada dasarnya digunakan untuk pangkalan dan fasilitas militer.
Kondisi Ekonomi Israel
Menurut Dr. Salman Abu Sitah ekonomi Israel saat ini sangat kuat dari satu sisi dan rapuh pada sisi-sisi yang lain. Produk Domestik Bruto Israel tahun 2009 mencapai 207 milyar dolar. Sumbernya 32% dari industri 65% dari jasa pelayanan dan hanya 3% dari pertanian. Sumber-sumber Produk Nasional Bruto Israel sebagai berikut: 74% dari ekspor industri dan 24% dari jasa pelayaan. Artinya sandaran utama ekonomi Israel adalah industri yang memiliki teknologi tinggi serta eksport ke Eropa dan Amerika.
Tidak mengherankan bila dikatakan bahwa Israel adalah anak asunya barat. Yang demikian itu karena Israel adalah industri besar yang terbatas di sejumlah wilayah geografi seputar Haifa dan Tel Aviv yang dipasarkan orang Yahudi di Amerika dan Barat Eropa yang memiliki pengaruh dana dan politik di negara-negara tersebut. Jadi Israel adalah “zona perdagangan bebas” untuk Yahudi Barat. Israel juga tempat sandaran orang-orang yang lari dari hadapan pengadilan tempat paling besar untuk pencucian uang yang tidak bisa dilakukan orang-orang Yahudi di barat.
Sebanyak 250 pakar Israel telah berijma’ atau sepakat dalam kajian mereka untuk masa depan Israel hingga tahun 2020 bahwa perhatian keterkaitan industri dengan barat adalah yang utama. Bahwa tujuan Israel yang pertama adalah menjadikan model enam negara industri menjadi delapan di dunia. Untuk itulah Israel mengadakan puluhan perjanjian industri dan proses dengan negara-negara barat untuk tujuan ini serta menjual produk-produknya ke mereka dengan transaksi jangka panjang bahkan negara-negara tersebut membayarnya dengan pendanaan penelitian dan pengembangan.
Sebuah rencana Israel tahun 2020 mengatakan bahwa tujuan Israel dari perdamaian dengan Arab bukan karena takut pada kekuatan militer mereka bukan karena ingin memasarkan produk-produknya di pasar Arab yang kebanyakan adalah teknologi tinggi dan itu tidak dibutuhkan Arab namun tujuannya adalah bahwa “perdamaian” maksudnya adalah pengakuan Arab terhadap legalitas Israel yang menenangkan kekhawatiran Arab atas investasinya di Israel. Israel membutuhkan gelontoran dana ini. Setiap bahaya yang mengancam Israel meskipun itu adalah intifadhah atau ledakan di sana sini atau apapun yang merusak investasi-investasi industri Arab sekecil apapun akan menjadi dampak negatif yang besar bagi ekonomi Israel dan ekonomi barat yang mendukung (Israel).
Dan ini menjelaskan usaha Israel yang kontinyu mengajukan perdamaian palsu dan masuk dalam perundingan-perundingan abadi yang tujuannya adalah untuk memberikan kesan kepada barat dan sebagian negara Arab bahwa perdamaian pasti datang tidak bisa tidak dan tidak ada kekhawatiran bagi investasi-investasi Arab (di Israel) tidak dari sisi riil di mana Arab khawatir investasinya hancur juga tidak dari sisi hukum internasional yakni diisolasi secara internasional dan diajukan para pemimpinnya ke mahkamah kejahatan perang. (asw)