Thu 8-May-2025

Kenapa Berunding dengan Hamas Nampak Lebih Berguna?

Selasa 20-Juli-2010

Oleh: Tzepi Bariel

“Barang kali lebih baik kalau Israel sekarang ini menyambangi Hamas dengan proposal-proposal yang lebih luas dan lebih berani? Proposal untuk menyetujui kesepahaman yang berisi penghentian serangan secara total penghentian kekerasan dari Jalur Gaza dan pembebasan blokade atasnya?”

Usulan ini dilontarkan pekan lalu oleh penulis Israel David Grossman yang menjadi laporan utama di “haaretz”. Usulan yang dianggap gila? Dalam wawancara dengan “The Marker” profesor Israel Oman peraih hadiah nobel dan tokoh garis kanan yang tidak ragu-ragu dalam menggunakan kekuatan agar “mereka menghormati kita” dia bertnya “mengapa kita melakukan pembicaraan dengan orang yang tidak memiliki kekuatan?” Saya tidak sependapat dengan pembicaraan pendekatan secara mutlak namun bila hal ini terjadi maka bersama dengan orang yang mengatakan itu. Oman adalah orang lain yang menginginkan pembicaraan dengan Hamas.

Nampaknya sihir Hamas telah melampaui garis-garis ideologi. Ide yang mengatakan bahwa negara yang hanya memahami bahasa kekuatan harus hanya berbicara dengan orang yang memiliki kekuatan yang mengandung hasutan besar.

Secara logika Israel harus menghentikan harapan perdamaian dengan Suriah dan cukup melakukan perundingan dengan Hizbullah. Israel tidak membutuhkan perdamaian dengan Mesir tapi hanya untuk menenangkan dari pihak al Ikhwan al Muslimin.

Realitanya kenapa Israel tidak melakukan perundingan secara terpisah bukan saja dengan Hamas tapi juga dengan fron rakyat jihad Islam atau komite perlawanan? Mereka itu juga memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan anti Israel.

Perundingan dengan Hamas – sekiranya Hamas siap melakukan itu dan Hamas tidak demikian pastinya seperti Israel yang siap melakukannya – sama sekali tidak menyerupakan perundingan yang sudah terjadi dengan PLO sebelum kesepakatan Oslo.

Pada waktu itu telah terjadi pembicaraan tentang pengakuan Israel soal perwakilan Palestina yang diakui semua publik Arab dan sebagian besar Palestina tentang kepemimpinan Palestina yang bukan saja mengusulkan kesepakatan menyeluruh namun juga berjanji ketundukan semua elemen dan warganya pada kesepakatan tersebut dan secara mendasar tentang kesiapan Israel untuk mengizinkan pendirian sebuah negara Palestina meskipun di dalamnya ada bagian-bagian yang tidak rela namun kepemimpinan tersebut akan menguasai di semua wilayahnya dan menjamin pelaksanaan kesepakatan.

Kesepakatan ini runtuh namun bukan pengakuan timbal balik pada keniscayaan potensial bahwa dua pemerintahan Palestina dan Israel bukan organisasi akan melakukan perundingan untuk melakukan perubahan kesepakatan.

Hanya saja Israel menginginkan monopoli pada pemilihan mitra perundingan. Israel menolak mengakui pemerintahan Hamas yang dibentuk tahun 2006 dan setelahnya pemerintahan persatuan Palestina yang dibentuk Fatah dan Hamas. Padahal pemerintahan tersebut adalah pemerintahan perwakilan yang terpihak – satu-satunya pemerintahan Palestina yang memungkinkan melakukan perundingan yang mengikat dengan Israel atas nama semua faksi-faksi Palestina.

Pemboikota Islam – Amerika terhadap pemerintahan Palestina tersebut adalah faktor utama bila tidak dikatakan satu-satunya yang menyebabkan pimpinan Palestina terpecah menjadi dua pemerintahan pemerintah Hamas di Gaza dan pemerintahan Fatah di Tepi Barat. Bagi kelompok kanan Israel ini adalah solusi yang melegakan.

Dengan Hamas Israel melakukan perang dan dengan otoritas Palestina (Fatah) Israel melakukan “penjajahan pencerahan”. Israel sama sekali tidak melakukan perundingan perdamaian hakiki dengan siapapun dari keduanya. Dengan Hamas tidak mungkin dan dengan otoritas Fatah tidak butuh karena yang disebut terakhir ini adalah pihak yang lemah dalam perimbangan.

Perundingan dengan Hamas harus dilakukan oleh Mahmud Abbas dan bukan Benyamin Netanyahu. Adapaun Israel seyogianya mendorong rekonsiliasi internal Palestina dan mendorong menuju perdirian sebuah negara Palestina yang mewakili (Palestina). Sekaligus menyatakan bahwa Israel akan mengakui semua pemerintahan yang dipilih secara demokratis dan memperbaiki kesalahan yang dilakukannya pada tahun 2006 ini adalah jalan yang benar.

Demikianlah pastinya yang harus dilakukan Amerika Serikat yang mengakui pemerinthan Libanon yang tergabung di dalamnya para menteri dari Hizbullah atau pemerintahan Afganistan yang tergabung di dalamnya para pedagang Narkoba. Dengan Hamas sebagai organisasi mungkin dan harus dilakukan perundingan yang hanya bisa dilakukan oleh organisasi dengan proposal: pembebasan Gilad Shalit dan penghentian serangan al Qassam. Haaretz 12/7/2010 (asw)

Tautan Pendek:

Copied