Fri 9-May-2025

Apa Yang Terjadi Setelah Freedom Flotilla ?

Rabu 23-Juni-2010

Ir. Ibrahim Gausyah

Dunia terperanjat menyaksikan peristiwa 31 Mei kemarin. Pembantaian sadis yang dilakukan pasukan komando mariner Israel atas arahan dan pimpinan Netanyahu Barak dan Ashkenazi. Dua nama terakhir terlibat langsung dalam pembantaian Gaza pada Desember 2008 kemarin bersama Olmert. Adapun Livni ia terlibat dalam agresi Zionis ke Gaza sebagai menteri luar negeri. Iapun mendukung pembantai Flotilla dalam kafasitasnya sebagai pemimpin oposisi Zionis.

Pada pembantaian pertama sekitar 1400 syuhada menjadi korban ditambah lima ribuan lainya luka-luka. Sementara pada pembantaian kedua sebanyak Sembilan syuhada dan 50 luka-luka menjadi korban keganasan tentara Zionis. Namun pada pembantaian kedua inilah yang mendorong masalah blockade Gaza tampak ke permukaan. Kondisi inilah yang mendorong pentingnya pembukaan blockade atas Gaza.

Tak diragukan peran media sejak beberapa bulan terakhir dan sepanjang perjalanan dimulai dari Istanbul kemudian ke Antalya hingga ujung Siprus yang kemudian datang terlambat dua hari disebabkan pemerintah Cyprus tidak mengizinkan para aleg Eropa ikut berlayar mengikuti kapal Marmara. Demikian juga kapal dari Yunani dan yang lainya terlambat menyusul Marmara kemungkinan disengaja agar konvoi bantuan hanya terdiri dari enam kapal yang paling besar Mavi Marmara. Adapun kapal dari Irlandia datang terlambat sekali.

Di dalam kapal terdapat sejumlah tokoh ternama seperti Poland dari Turki Syaikh Raed Shalah dari Palestina agamawan Kaputsh dari Suria Dr. Baltaji dari Mesir Wail Saqa dari Yordania Thabatai dari Kuwait Hanin Za’bi dari Dewan Knesset Israel pejuang Libanon Abdullah Sulaiman dan yang lainya.

Sementara itu tim media seperti Jazeera Tv dengan wartawanya Utsman Batuyurry Abbas Nasher TV Al-Quds dengan wartawanya Hasan Rifa’i TV Al-Aqsha dengan Habib Abu Mahfudz. Disamping sejumlah setasiun televise internasional seperti Al-Alam Al-Manar Suriah dan yang lainya yang terus memantau kapal Flotilla untuk jutaan pasang mata di dunia.
Di pihak lain Zionis berupaya untuk memutus sambungan informasi sehari sebelumnya. Namun tayangan tentang agresi Zionis terlanjur tersebar ke dunia. Apalagi setelah sebagian yang tertawan dibebaskan Israel mereka mengungkapkan tentang data-data kebiadaban sebuah negeri “nazi” yang biadab hasil tanaman Inggris dan dilindungi Amerika terletak di jantung ummat Islam dan bangsa Arab sejak 62 tahun lalu. Dan telah tampak kedengkian mereka terhadap semua orang yang bukan yahudi walau mereka orang Amerika Eropa Asia Arab ataupun Islam.

Ditengah itu tampillah Turki yang dipimpin Erdogan seolah Muhammad Al-Fatih yang kembali muncul untuk menghadapi arogansi Yahudi. Demikian juga dengan rakyat Turki yang serta merta melakukan aksi kemarahanya di ibu kota Istanbul sebagai ibukota kekhilafahan Turki Utsmani.

Dengan menggunakan bahasa Turki Erdogan menegaskan dengan lantang masalah Palestina dan Al-Quds adalah masalah kita. Dengan pernyataan tersebut ia telah mengeluarkan Amerika terutama Obama Clinton dan juga kalangan Arab moderat. Ia sendiri menekankan pentingnya pembukaan perlintasan Rafah. Ia juga menyerukan Liga Arab dan OKI untuk kembali pada kesepakatan sebelumnya sebelum segala sesuatunya terlambat.

Betul memang Kuwait telah keluar dari kesepakatan inisiatif Arab. Namun kesepakatan Camp David Oslo dan Wadi Arab masih menjadi rujukan bagi sejumlah Negara Arab moderat. Sikap ini harus dilanjutkan dengan desakan public untuk membatalkan semua perjanjian serta mengusir semua dubes Zionis dari seuruh Negara Arab. Disamping menarik semua dubes Arab dari Tel Aviv. Menghentikan kerja sama keamanan diTepi Baratdan yang lainya. Membatalkan hak kembali Palestina Al-Quds dan yang lainya (asy)

Tautan Pendek:

Copied