Fri 9-May-2025

Rekomendasi Zionis: Lepaskan Gaza dari Penjajahan

Kamis 10-Juni-2010

Alov Ben

Kasus armada adalah kesempatan tepat untuk memisahkan secara tuntas Jalur Gaza dari penjajahan. Telah tiba saatnya kita memisahkan Gaza dari wilayah jajahan. Kita tinggalkan untuk negara Hamas saja. Sesungguhnya upaya untuk menguasai Gaza dikuasai oleh pihak luar melalui sector makanan atau kebutuhan pokok bagi penduduknya. Masalah Gaza telah membuat aib moral di jidat Israel. Ia semakin diasing di dunia internasional. Oleh karena itu setiap warga Israel harus peduli dan tiba saatnya untuk menekan masalah ini walau bagaimana sensitivenya masalah ini.

Bagaimana ini bisa dilaksanakan ?. Israel harusnya menyampaikan hal ini kepada dunia internasional bahwa pihaknya mengusulkan hal dengan segala tanggung jawabnya terhadap semua warga Gaza dan kesejahteraannya. Ia menutup semua perlintasan secara permanen tetapi dengan memberikan segala kebutuhan warga termasuk didalamnya kebutuhan medis baik melalui jalur Mesir atau jalur laut. Israel juga harus menentukan limit pemutusan jaringan air atau listrik. Gaza harus dikeluarkan dari lingkaran setan dengan menghentikan segala bentuk pelanggaran hokum dan undang-undang atau dengan menerbitkan pecahan uang kertas Palestina yang bergambar syaikh Ahmad Yasin.

Selain itu Israel menjelaskan bahwa pihaknya akan menggunakan haknya untuk membela diri. Ia akan memeriksa semua muatan yang mencurigakan baik di perairan ataupun darat untuk menghentikan kasus penyelundupan senjata. Demikian juga yang ditempuh sejumlah elemen negara-negara Barat yang melakukan pemeriksaan terhadap kelompok milisi yang membawa senjata dan roket di sejumlah kapal perdagangan. Jika Gaza menembaki kami maka kitapun akan menggempur mereka. Dan sangat mungkin hal ini dilakukan.

Mungkin sebelumnya pernah ada gambaran realitas tersebut hingga tercapainya kesepakatan dengan pihak Mesir. Semua perbatasan Israel dengan Mesir tertutup secara permanen. Jalur perdagangan Israel dengan pihak luar bisa dilakukan melalui pelabuhan ataupun bandara. Dengan demikian perbatasan darat tidak begitu menentukan. Hal ini mengkin agak susah tapi legal. Setiap negara yang berdaulat berhak menutup perlintasanya terutama jika negara tetangganya adalah musuh yang membencinya. Bukanlah suatu situasi yang bagus di mana perbatasan terbuka untuk lalulintas secara sewenang-wenang namun di sisi lain terjadi kekejaman tak tertahankan bagi penduduk yang terisolasi.

Sebelumnya Ariel Sharon berpikir untuk keluar dari Jalur Gaza kembali ke garis hijau. Ia juga berharap dapat pengakuan internasional secara final. Namun ternyata Israel tidak berhasil secara penuh memisahkan Gaza sebelum Hamas kemudian menguasai Gaza. Kemudian Israel menguasai sejumlah pintu perlintasan baik yang masuk ataupun yang keluarnya. Dan setelah Hamas menang dalam pemilu Palestina dan ditangkapnya Giladh Shalit blockade tambah ditingkatkan. Seolah Israel menyesal melepaskan Gaza dan berkeinginan untuk menguasai kembali Gaza walau hanya sebagian kecil.

Saat ini blockade Gaza sangat setrategis. Pertama menerapkan penyatuan kembali warga Palestina antara Tepi Barat dan Jalur Gaza dibawah control negara sahabat Israel. Kedua menggunakan alat penekan untuk Hamas agar meminimalisir serangan roketnya terhadap Israel. Ketiga melindungi keraguan bagi pemerintah Mahmud Abbas dan Salam Fayadh bahwa mereka masih memiliki supremasi hokum di Gaza dan kelima mencegah terjadinya persinggungan dengan pihak Mesi yang sangat ingin membuka perlintasan dengan Palestina.

Setrategi ini sebagai sebuah ujian mungkin belum cukup. Akan tetapi kerja sama setrategis dengan pihak sangat kuat. Dengan demikian Hamas masih bisa dikontrol walau kekuasanya tidaklah lemah. (asy)

Haaretz 7/6/2010

Tautan Pendek:

Copied