Infopalestina: Saat ini militer Israel sedang menggalakkan kampanye terorganisir dan massif di sekolah-sekolah Israel yang menolak hukum negara Israel untuk memperkuat semangat juang dalam jiwa siswa sekolah menengah untuk berani berpartisipasi dalam latihan militer.
Secara khusus adalah latihan menembak dengan senjata api sungguhan yang biasa digunakan oleh tentara penjajah Israel dalam pertempuan mereka. Hal ini mendorong beberapa guru menunjukkan kebencian dan ketidakpuasan mereka atas campur tangan para jenderal militer di bidang pendidikan.
Di samping kurikulum pendidikan reguler seperti biasa para siswa dan siswi mendapatkan mata pelajaran baru khusus mengenai militer Israel yang diterapkan dalam praktek yang diberikan oleh satuan khusus tentara Israel untuk melakukan beberapa latihan tempur militer.
Beberapa jenderal militer Israel mengatakan bahwa kampanye tersebut dilakukan di bawah nama “jalan menuju nilai-nilai” yang bertujuan sebagai berikut:
1 – Menanamkan semangat keprajuritan dalam jiwa alumni untuk mengembangkan semangat loyalitasnya pada institusi militer Israel sebagai persiapan untuk penempatan mereka sebagai kader satuan tempur di masa depan seperti Brigade Golani yang terkenal itu.
2 – Memperkuat wajib militer dengan bergabungnya ribuan dari mereka ke dinas militer dalam menghadapi apa yang disebut militer Israel anti negara Israel seperti Jalur Gaza.
3 –Mengurngi kemunduran yang tampak jelas dari fenomena melarikan diri saat wajib militer. Di mana disebutkan 28% dari anak muda Israel lari saat perekrutan dengan dalih beberapa argumen ideologis atau agama.
Hadiah Besar dari Militer
Untuk mendorong manajemen sekolah agar berpartisipasi dalam melaksanakan rencana militer Israel pihak militer mengalokasikan dana imbalan yang besar bagi sekolah yang sebagian besar siswanya mendaftar di militer langsung begitu mereke lulus sekolah.
Menteri Pendidikan dalam Pengajaran di pemerintah penjajah Israel Gideon Saar menyatakan bahwa jenderal-jenderal militer Israel telah mulai menanamkan slogan-slogan yang mengandung nilai-nilai sosial di dalam jiwa para siswa seperti “dinas dalam militer tidak wajib melainkan suatu kehormatan dan nilai sosial yang lebih tinggi”.
Di sisi lain Gideon Saar mengatakan bahwa apa yang dipraktekkan oleh para jenderal militer Israel terhadap pada siswa sekolah akan membuahkan hasil yang buruk dalam mengevaluasi kemampuan siswa Israel dalam konteks evaluasi internasional. Dikhawatirkan hal itu akan memperburuk nilai dan pendidikan mereka setelah terlibat dalam latihan militer.
Kampanye yang dilakukan para jenderal militer Israel sekarang ini mencerminkan adanya poin-poin yang sangat berbahaya yang dialami tentara penjajah Israel yaitu:
1 – Fenomena melarikan diri lebih dari seperempat pemuda entitas Israel yang memasuki usia prekrutan untuk bergabung dalam militer dengan alasan nilai-nilai ideologi atau agama. Sebab utamanya adalah kurangnya keyakinan internal untuk bergabung dalam dinas militer di wilayah-wilayah pendudukan untuk menekan warga sipil Palestina sebagai pemilik tanah bukannya melawan satuan militer reguler seperti halnya yang terjadi di semua pasukan regular di seluruh dunia.
2 – Tidak adanya kepercayaan diri para muda Israel terhadap kemampuan militer Israel sebagai pasukan yang terjun dan pertempuran dan memenangkannya setelah serangkaian kekalahan berturut-turut yang diderita militer Israel khususnya dalam perang bulan Juli di Libanon. Perang ini mengungkapkan merosotnya tingkat keprajuritan tentara Israel menghadapi tentara Hizbullah.
3 – Bersandarnya para petinggi militer Israel dalam penggunaan uang untuk mendorong sekolah-sekolah agar para siswanya menerima latihan militer dengan berbagai sarana padahal berpartisipasi dalam kemiliteran adalah tugas nasional murni.
Hal ini yang mendorong orang-orang Israel bertanya: kapan para jenderal pimpinan militer Israel berhenti memaksa ribuan putra-putri negara Israel untuk berpartisipasi dalam operasi tempur illegal sementara mereka melihat itu sebagai operasi tempur tidak bermoral terhadap orang-orang sipil Palestina yang tidak lain adalah pemilik tanah di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Al I’lam al Markazi 9/2/2010 (asw)