Thu 8-May-2025

Nakbah Kedua Memburu Warga Palestina 48

Minggu 7-Februari-2010

Jaffa – Infopalestina: Penderitaan (Nakba) Palestina masih berlanjut di Jaffa Lod dan Ramleh dengan kelanjutan insititusi Israel melakukan kebijakan yang memperketat dan mencekik orang-orang Palestina dan kebijakan pengusiran secara paksa terhadap mereka sekaligus melarang mereka untuk mmbangun dan memperluas bangunan.

Perkampungan-perkampungan Arab Palestina di sana yang dihuni oleh sekitar sembilan puluh ribu orang Palestina seperti tinggal di kamp-kamp pengungsi. Penghancuran rumah-rumah mereka menjadi pemandangan yang biasa yang disertai dengan evakuasi hampir 400 ratus keluarga Palestina dari Jaffa dan 30 perintah penghancuran segera terhadap rumah-rumah di Lod dan Ramleh.

Pasukan keamanan Zionis Israel yang dikawal oleh buldoser-buldoser menghancurkan rumah keluarga Musa Dika di Jaffa anggota keluarganya dikeluarkan dari rumah dan tinggal di tanah terbuka tanpa tempat tinggal. Militer Israel berdalih bahwa rumah keluarga Musa tidak memiliki izin dari Israel.

Komite Pemantau Tinggi untuk Masyarakat Arab di Palestina melakukan kunjungan lapangan di Lod dan Ramleh serta rumah-rumah yang terancam dihancurkan di Matsulats. Mereka pun menggelar demonstrasi dan menyelenggarakan shlat jum’at di lapangan terbuka.

Di Bawah Ancaman

Mussa Dika Jaffa mengatakan “Aku terpaksa keluar dari rumah yang terdiri dari dua lantai karena dipaksa oleh kekuatan hukum Israel yang tidak adil. Mereka menghancurkan rumah saya di bawah todongan senjata. Mereka tidak ingin ada orang Arab di Jaffa. Dalih pembangunan tanpa isin hanyalah alasan yang dibuat-buat dan menjadi senjata untuk memerangi keberadaan kami.”

Ayah dua orang anak ini mengatakan bahwa persoalannya bukan persoalan individu. Namun ini adalah masalah orang-orang Arab di kota-kota campuran di wilayah Palestina terjajah 1948. “Kami membangun rumah kami di atas tanah nenek moyang kami. Apa yang terjadi mirip seperti pembersihan etnis” tegasnya.

Anggota dewan kota Tel Aviv dari Jaffa Omar Siksik Jaffa mengatakan “Negara (Israel) lupa atau pura-pura lupa bahwa kami adalah warga negara. Mereka memperlakukan kami dengan logika penjajah. Kami mengalami ketidakadilan dan penindasan dalam hal yang berkaitan dengan tanah dan perumahan.”

Siksik menilai bahwa tujuan dari praktek-praktek ini adalah untuk menghancurkan mereka secara sosial politik dan ekonomi. Warga Arab di sana ungkapnya hidup dalam kondisi yang mengerikan. “Perkampungan-perkampungan Arab tidak lain adalah berupa kamp-kamp pengungsi. Yang berhadapan dengan perkampungan-perkampungan mewah orang-orang Yahudi. Namun demikian kami tetap eksis dan semangat” tegasnya.

Anggota dewan kota lainnya Ahmed Mushahrawi menjelaskan bahwa “perkampungan-perkampungan Arab menjadi terpinggirkan dan tidak memiliki rencana struktur bangunan terancam penggusuran dan pengosongan warga aslinya (Arab) di mana Israel menempuh cara-cara penghancuran.”

Kebijakan Pengusiran

Di sebuah rumah di Lod tinggal Ali Sya’ban – ayah dari delapan anak – bersama putra sulunnya yang sudah berkeluarga dan memiliki empat anak. Meski demikian mereka tatap diminta untuk mengosongkan rumah mereka sebagai persiapan sebelum rumah mereka dibongkar dan dihancurkan.

Ini adalah kondisi salah satu dari tiga puluh keluarga Palestina dari Lod dan Ramleh yang rumah-rumah mereka dihancurkan berdasarkan keputusan pengadilan Israel.

Ali Shaaban mengatakan “Kami kalah dalam pertempuran hukum yang berlangsung selama bertahun-tahun. Kami betul-betul menghadapi benturan nyata bagi eksistensi kami. Dan kalai kami kalah dalam pertempuran maka kami akan tinggal di jalan.”

Dia melanjutkan “Ini adalah kebijakan pengusiran dan deportasi yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina 1948 terutama orang-orang Arab di kota-kota campuran. Tujuannya adalah untuk mengosongkan kota-kota tersebut dari orang-orang Arab dan menggantinya dalah yahudisasi.” Mereka menolak mengalami “Nakba Kedua” namun mereka menghadapi rencana-rencana yang menarget eksistensi mereka.

Mohammed Abu Shureiqi dari Komite Rakyat di Lod mengatakan “Kebijakan penghancuran rumah-rumah berdampak pada ketakutan eksistensi Arab di kota-kota yang kini disebut dengan kota-kota campuran.”

Dia menambahkan “Tujuan dari penghancuran rumah-rumah kami adalah untuk menarik pendatang-pendatang Yahudi untuk ditempatkan di tengah-tengah kami di kota-kota kami dan perkampungan-perkampungan kami. Ini menjadi bagian dari kempanye yang menarget eksistensi kami.”

Komite Pemantau Tinggi untuk Masyarakat Arab Mohamed Zidan mengatakan bahwa ini “adalah masalah masyarakat dan politik”. Untuk itulah mereka sedang berusaha menghidupkan kembali “Komite Pertahanan Tanah di Dalam Palestina.”

Dia menyatakan bahwa Komisi Pemantau Tinggi berencana untuk melakukan pertemuan dengan Presiden Shimon Peres Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Dalam Negeri Eli Yishai untuk menjelaskan bahayanya masalah ini. (asw)

Tautan Pendek:

Copied